Sabtu, Juli 10, 2010

KUMPULAN SABDA SANG BUDDHA (Alam Semesta)

1. Sang Buddha berpendapat, bahwa alam semesta, yang disebut Beliau sebagai Samsara, adalah tanpa awal. Beliau bersabda:


Tidak dapat ditentukan awal dari alam semesta.
Titik terjauh dari kehidupan,
berpindah dari kelahiran ke kelahiran,
terikat oleh ketidaktahuan dan keinginan,
tidaklah dapat diketahui.

(Samyutta Nikaya II : 178)


2. Sang Buddha telah memaklumi pengembangan dan penciutan alam semesta. Beliau bersabda:

Lebih awal atau lebih lambat, ada suatu waktu,
sesudah masa waktu yang sangat panjang sekali
alam semesta menciut ....
Tetapi lebih awal atau lebih lambat,
sesudah masa yang lama sekali,
alam semesta mulai mengembang lagi
.
( Digha Nikaya III : 84)


3. Beliau menyebutkan sistim dunia terdiri dari ribuan matahari dan planet, walau sebenarnya oleh para ahli astronomi menyebutnya sebagai jutaan.

Sejauh matahari-matahari dan bulan-bulan berputar,
bersinar dan memancarkan sinarnya ke angkasa,
sejauh itu pula sistim dunia ribuan-lipat.
Didalamnya terdapat ribuan matahari, ribuan bulan.


( Anguttara Nikaya I : 227)


4. Sewaktu Sang Buddha ditanya tentang panjang kurun waktu satu kappa, Beliau menjawab:

Sangat panjang kurun waktu satu kappa. Tak dapat diperhitungkan dengan tahun, abad ataupun ribuan abad”. 

“Bila demikian, Guru, dapatkah dengan menggunakan perumpamaan?”

“Dapat. Bayangkan bongkahan suatu gunung besar, tanpa retak, tanpa celah, padat, berukuran panjang 1 mil, lebar 1 mil dan tingginya juga 1 mil. Lalu bayangkan setiap seratus tahun ada seorang datang menggosoknya dengan sepotong sutra Benares. Maka, akan lebih cepat bukit itu habis tergosok dari pada suatu kappa berlalu. Pula ketahuilah, lebih dari satu, lebih dari ribuan, lebih dari ratusan ribu kappa, sebenarnya telah berlalu. 

( Samyutta Nikaya II : 181)


5. Ketika seseorang sekali waktu mendesak Sang Buddha untuk menjawab pertanyaan tentang luasnya alam semesta, Sang Buddha membandingkan keadaan orang tersebut sebagai seorang yang terkena panah beracun, namun menolak diobati dan dicabuti anak panah tersebut, sebelum orang tersebut mengetahui secara jelas siapa yang melepaskan anak panah tersebut. Sang Buddha, lalu bersabda:

Menjalani hidup yang suci
tak dikatakan tergantung apakah alam semesta ini terbatas atau tidak,
atau keduanya atau tidak keduanya.
Sebab apakah alam semesta ini, terbatas atau tidak;
tetaplah ada kelahiran, tetap ada usia-lanjut, 
tetap ada kematian, kesedihan, penyesalan, 
penderitaan, keperihan dan keputusasaan;
dan untuk mengatasi semua itulah semua yang Aku ajarkan.


( Majjhima Nikaya I :430)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar