Kamis, Februari 25, 2010

JALAN KESELAMATAN DALAM BUDDHA DHAMMA

oleh : Tanhadi

Didalam Buddha Dhamma, kita tidak diajarkan untuk “berdoa” kepada sosok Juru selamat ataupun sosok Yang Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat serta kepribadian seperti halnya manusia. (Menghukum, memberikan pahala, mengasihi, membenci, murka, iri hati, tidak mau diduakan dsb.).

Sang Buddha pernah bersabda :

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan,
oleh diri sendiri seseorang menjadi suci.
Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri.
Tak seseorang pun yang dapat mensucikan orang lain.
(Dhammapada 165 )

Dari Sabda Beliau tersebut diatas, dapat dimengerti bahwa tak peduli apapun agama dan kepercayaan seseorang , Umat Kristiani, Muslim, Hindu, Yahudi, Tao, Kong Hu Cu, Buddhis maupun Atheis, semuanya mempunyai hak dan kebebasan yang sama untuk dapat menikmati hidup yang bahagia dan kelak masuk ke ‘Alam Surga’ 2, asalkan ia banyak berbuat kebajikan melalui pikiran, ucapan dan jasmani serta senantiasa menghindari kejahatan. Dan semua itu tidak bergantung kepada sosok makhluk Adikuasa manapun juga, semua semata-mata kembali kepada usaha kita sendiri.

Konsep agama Buddha tentang Keselamatan dan Kebebasan memang berbeda dengan agama-agama lainnya,  Jalan Keselamatan yang ditunjukkan oleh Sang Buddha bukanlah monopoli untuk suatu suku-bangsa, ras, agama dan golongan tertentu saja, tapi untuk semua makhluk, seperti tercantum dalam Avatamsaka-sutra bab 10 :

“ Bagaikan awan hujan yang besar
Menjatuhkan hujan ke seluruh penjuru bumi ;
Curahan hujan tidak membeda-bedakan siapapun
Demikianlah kebenaran semua Buddha. “

Jalan keselamatan dan kebebasan dari kehidupan yang fana ini tidak bisa didapat dengan cara memohon-mohon kepada makhluk adikuasa  ataupun kekuatan eksternal lainnya, seseorang menjadi suci atau tidak suci tergantung pada dirinya sendiri. Kita sendirilah yang bertanggung jawab terhadap semua perbuatan yang kita lakukan dalam kehidupan ini, janganlah berusaha untuk menyalahkan pihak lain jika hidup ini dipenuhi dengan penderitaan, karena sejak awal dalam pengajaranNya Sang Buddha juga telah menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan ini adalah Dukkha.

Oleh karenanya , Beliau mengajarkan Dhamma kepada kita, Beliau juga telah menunjukkan “Jalan Keselamatan dan kebebasan” itu dengan berbagai cara, Beliau menganjurkan dan senantiasa mendorong setiap orang untuk menjadikan Nibbana sebagai tujuan hidupnya serta agar berupaya dengan tekun dan bersungguh-sungguh untuk mencapainya. Beliau tidak pernah memberikan motivasi dengan janji-janji dan Impian-impian indah tentang  kehidupan ‘Surga abadi’  dengan hanya berbekal ‘percaya kepadanya dan “meng-iman-i” apapun yang dikatakannya’ , Beliau telah mengajarkan kepada kita bahwa hanya diri kita sendiri-lah yang harus berusaha dan mengerjakan “Jalan Kebebasan” itu, Sang Buddha hanyalah menunjukkan Jalannya, seperti Sabda Beliau pada Dhammapada XX : 4 (276) :

Engkau sendirilah yang harus berusaha,
para Tathagata hanya menunjukkan 'Jalan'.

Sang Buddha juga tidak pernah meminta ataupun memerintahkan ‘Pujalah saya , percayalah hanya kepadaku saja’ dan kita akan mendapatkan jaminan berkah keselamatan duniawi dan pahala surgawi. Demikian pula kita tidak  diajarkan untuk hanya percaya begitu saja terhadap sesuatu yang dikatakan sebagai Wahyu dari kitab suci yang mengatakan bahwa jika kita beriman sepenuhnya kepadaNya, maka semua dosa-dosa kita akan terhapuskan dan jaminannya adalah masuk ke Surga abadi.1   Tentang hal ini, kita dapat merujuk Sabda Beliau pada Jnanasarasamuccaya : 31 :

"Sebagaimana orang bijaksana menguji emas 
dengan membakar,memotong dan menggosoknya 
(pada sepotong batu penguji),
demikian pula kalian menerima kata-kata-Ku setelah memeriksanya
dan bukan hanya karena rasa hormat terhadap-Ku."

Keselamatan dan Kebebasan merupakan tujuan dari semua agama dan secara umum diketahui bahwa untuk memperoleh Keselamatan dan Kebebasan ini memiliki syarat-syarat tertentu, a.l :

1. Harus menjadi pengikut agamanya.
2. Harus percaya terhadap kitab Suci agamanya, karena Kitab suci tersebut  berasal dari Wahyu yang diturunkan oleh Tuhan sendiri kepada orang-orang suci pilihanNya (Nabi).
3. Harus Patuh terhadap perintah dan laranganNya seperti yang tertulis     didalam Kitab Suci.
4. Harus sepenuhnya berserah diri terhadap rencana dan kehendak ‘Tuhan’ sebagai Sang Pencipta alam semesta dan seisinya, serta Maha Penentu atas kehidupan dan kematian para ciptaanNya.
5. Selama hidupnya harus banyak melakukan kebaikan-kebaikan.

Jika semua syarat tersebut terpenuhi, maka dijanjikanlah pahala kehidupan bahagia abadi di Surga, namun jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ganjarannya adalah dimasukkan kedalam siksa abadi di Neraka.

Dalam Buddha Dhamma, keselamatan dan kebebasan ini dapat dicapai dalam kehidupan saat ini juga dan tidak perlu menunggu setelah kematian jasmaninya, sebagaimana disabdakan oleh Sang Buddha dalam Parinibbana Sutta :

" Mengenai Bhikkhu Salba , O, Ananda, dengan melenyapkan kekotoran-kekotoran batinnya selama hidupnya itu, maka ia telah memperoleh kebebasan batiniah dari noda, telah mendapatkan kebebasan melalui kebijaksanaan, dan hal itu telah dipahami dan disadarinya sendiri.....”

Demikian pula didalam Satipatthana Sutta (Majjhima Nikaya I;10), Beliau telah menunjukkan Jalan Keselamatan dan Kebebasan ini untuk dapat dicapai oleh setiap orang pada kehidupan sekarang ini juga , cuplikan Sutta tsb. adalah sbb:

Para bhikkhu, ini adalah satu-satunya jalan untuk mensucikan makhluk-makhluk, untuk mengatasi penderitaan duka nestapa, untuk menghancurkan kesusahan dan kesedihan, untuk mencapai jalan kebenaran, untuk mencapai Nibbana (nirvana), jalan itu adalah Empat Perkembangan Perhatian .....

..... Para bhikkhu, bilamana seseorang melaksanakan dengan sungguh-sungguh Empat Perkembangan Perhatian seperti ini selama tujuh tahun, maka salah sebuah dari dua hasil yang dapat dicapainya Pengetahuan (Kesuciannya) pada kehidupan sekarang ini, atau jika masih ada bentuk ikatan tertentu ia mencapai tingkat kesucian Anagami.

Jalan Kebebasan hanya dapat dicapai dengan cara mengalaminya sendiri  dengan mempraktikkan Sila, Samadhi dan Panna. Didalam   “Mahasatipathana-Sutta”, dinyatakan :

“Jalan ini, wahai para Bhikkhu, adalah jalan tunggal demi kesucian makhluk-makhluk, demi melampaui kesedihan dan ratap-tangis, demi kepadaman penderitaan dan kepiluan hati, demi mencapai hal yang benar, demi membuat pencerahan Nibbâna; Jalan itu adalah Empat Perkembangan Perhatian (satipatthâna). “

Didalam Buddha Dhamma disebutkan bahwa Surga bukanlah tujuan utama dan tertinggi bagi umat Buddhis maupun bagi semua makhluk. Terbebas dari daur-ulang “Tumimbal lahir“ inilah yang merupakan “Keselamatan-Absolut” dan “Kebebasan-Mutlak”, karena saat itulah semua makhluk akan terbebas sepenuhnya dari lingkaran kelahiran dan kematian (samsara).

Keselamatan dan Kebebasan mutlak ini hanya dapat diraih dengan merealisasi “Nibbana” yaitu ; Keadaan tanpa nafsu keinginan, yang merupakan  pemadaman total dari semua kekotoran batin .

Demikianlah, sehingga Keselamatan dan Kebebasan dalam Buddha Dhamma bukanlah hal sederhana sebagai pencapaian kehidupan di alam surga semata. Keselamatan dalam Buddha Dhamma merupakan terbebasnya suatu makhluk dari putaran arus kelahiran dan kematian ( samsara ), yang penuh dukkha, kepiluan, dan ratap-tangis. Keselamatan sedemikian ini hanya akan dicapai saat suatu makhluk, dalam hal ini seseorang manusia, merealisasi Nibbana, mencapai Pencerahan, mencapai ke-Buddha-an.


Semoga semua makhluk berbahagia

Rabu, Februari 17, 2010

PELEPASAN MAKHLUK HIDUP (Fang Shen)

oleh : Tanhadi

Pelepasan makhluk hidup(Fang Shen) adalah merupakan tindakan nyata yang tumbuh dari benih Cinta kasih kita kepada sesama makhluk hidup. Dengan menyelamatkan dan melepaskan makhluk tersebut ke alam bebas, yang didasari oleh pengharapan agar semua makhluk hidup berbahagia dan bebas dari penderitaan, sesungguhnya kita telah melakukan perbuatan yang sangat mulia dan sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Para Buddha sepanjang zaman.

Dalam Kitab Suci Tipitaka, Anguttara Nikaya III: 203, Sang Buddha mengajarkan lima aturan moral (sila) yang dikenal dengan Pancasila Buddhis. salah satu dari lima sila tersebut adalah bahwa seorang umat Buddha bertekad melatih diri menghindarkan diri dari “Pembunuhan makhluk hidup”.

Pembunuhan, apapun bentuk dan alasannya adalah merupakan perbuatan kejahatan, karena pembunuhan berarti mengakhiri kehidupan makhluk lain. Jika kita sebagai manusia memiliki keinginan untuk hidup, serta tidak ingin kehidupan kita dirampas dan dipenjara oleh makhluk lain, demikian juga yang dirasakan dan diinginkan oleh makhluk lain. Hal ini adalah hukum alam kehidupan yang tidak dapat dipungkiri, tapi mungkin kita berusaha mengingkarinya dengan lebih mengutamakan kepentingan diri kita sendiri dengan anggapan bahwa kepentingan kita jauh lebih diatas dan lebih berharga daripada kepentingan makhluk lain.

Ingatlah selalu Ajaran Sang Buddha yang terangkum dalam sebait syair indah yang berbunyi:

Sabba pappasa akaranam,
Kusala uppasampada,
Sacitta pariyodapanam,
Etam Buddhanam sasanam

Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan
dan membersihkan batin;
inilah Ajaran Para Buddha.


Semoga kita semua senantiasa berbahagia,
Semoga semua makhluk berbahagia.