Kamis, September 06, 2012

Belajar dan Praktik Buddha Dhamma


BELAJAR DAN PRAKTIK BUDDHA DHAMMA
Oleh : Amaro Tanhadi


Dalam suatu kesempatan, terjadi dialog antara seorang bhikkhu dengan umat yang sudah bertahun-tahun selalu hadir dan mengikuti acara puja bakti di Vihara itu.

Bhikkhu : Saya melihat Anda begitu rajin dan khusuk dalam setiap mengikuti acara Puja Bakti di Vihara ini, omong-omong sudah berapa lama Anda mengenal Dhamma ini ?

Umat : Mmm..kira-kira ada kalau 8 tahun Bhante…

Bhikkhu : Wahh..berarti saya harus banyak belajar Dhamma dari Anda nih.., sebab saya sendiri mengenal Dhamma ini baru sekitar 5 tahun.

Umat : Ah, Bhante bisa aja..(sambil tersenyum bangga karena merasa mengenal Dhamma lebih lama dari Bhante).

Bhante : Dengan pengalaman selama dua belas tahun itu, apakah Anda masih sering emosi dalam menghadapi berbagai hal yang mengganggu pikiran Anda ?

Umat : Ya Masih dong Bhante, karena saya kan umat awam yang belum mencapai kesucian..

Bhikkhu : Ooo..( mulai heran..). Dan setelah mengenal Dhamma ini, bagaimana dengan meditasi Anda ?

Umat : Meditasi sih baik-baik aja Bhante.., tapi saya sendiri belum bisa untuk bermeditasi..(tampak kedua pipinya mulai memerah karena malu..).

Bhikkhu : Ooo..(bertambah heran). Lalu.., maaf ya, dahi anda koq nampak agak kehitam-hitaman, itu kenapa Pak ?

Umat : Iya Bhante, ini karena saya sering bernamakkhara didepan patung Buddha dan para Bhante..

Bhikkhu : Wahh…itu baik sekali, tapi apakah Anda mengerti maksud daripada bernamakkhara ?

Umat : Gak ngerti Bhante…

Bhikkhu : Ooo…(semakin heran). Lalu kenapa pada waktu Anda masuk ke Vihara ini dan pertama-tama yang Anda lakukan adalah bernamakkhara di depan patung Buddha ?

Umat : hehe..karena kebiasaan Bhante…

Bhikkhu : Ooo…(penasaran). Bagaimana dengan pembacaan paritta?..apakah Anda…

Umat : (memotong pembicaraan..)..Oh..Kalau paritta saya hafal semuanya di luar kepala
Bhante, Bhante boleh test saya deh…

Bhante : Wahh…hebat itu Pak…, dan Anda pasti mengerti makna dan manfaat dari pembacaan paritta itu  kan?

Umat :..Mmmm..gak ngerti Bhantte, pokoknya saya hapal semuanya deh…

Bhikkhu : Oooww…(terkejut).  Lalu ketika anda tadi berkomat-kamit didepan patung Buddha, apa yang anda bacakan saat itu ?

Umat : Pertama-tama saya memohon kepada Sang Buddha untuk memberikan berkah keselamatan jauh dari segala malapetaka dan marabahaya, kedua, saya memohon diberikan berkah kesehatan, Umur panjang dan rejeki., begitulah yang saya lakukan Bhante..

Bhikkhu : Ooohh…( mulai tercerahkan). Omong-omong Anda belajar Dhamma darimana saja Pak ?

Umat : Saya suka baca-baca dari buku Dhamma dan mendengarkan ceramah dhamma dari para Bhikkhu bahkan saya sering menghadiri ceramah Dhamma para Bhikkhu terkenal di luar negeri , makanya sampai saya punya satu almari khusus untuk mengkoleksi buku-buku Dhamma dan VCD ceramah para Bhikkhu..

Bhikkhu : Ooo…(tercerahkan-sambil tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya)

Umat : Apakah Bhante punya saran dan petunjuk khusus buat saya mengenai perpustakaan kecil saya itu ?

Bhikkhu : Saran saya…bagikan saja semua buku dan VCD itu kepada orang-orang yang membutuhkannya, karena Anda sudah tidak memerlukannya, dan Anda mulai saat ini jadilah ‘Lidah’ yang baik dan bukannya sebagai sendok yang tidak dapat merasakan makanan yang paling enak sekalipun.

Umat : Mmmm…maksudnya Lidah yang baik itu yang bagaimana Bhante ?

Bhikkhu : Sebelum nantinya Anda membagikan buku-buku Dhamma itu kepada orang lain, sebaiknya Anda baca lagi Dhammapada Bala Vagga 64 dan 65, itu saran dari saya.

Umat : Anumodana Bhante…(berpamitan untuk pulang). Nanti setelah sampai di rumah, saya akan segera membuka buku Dhammapada itu .

Bhikkhu : Sadhu…sadhu…sadhu….(sambil berbalik kanan, sang bhante berkata lirih kepada dirinya sendiri sambil garuk-garuk kepala padahal tidak gatal: ‘ono-ono wae maceme umat Buddhis iki…’ / Ada-ada saja macamnya umat Buddhis ini..)

:D
****

Orang bodoh, walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana,
tetap tidak akan mengerti Dhamma,
bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

Walaupun hanya sesaat saja orang pandai bergaul dengan orang bijaksana,
namun dengan segera ia akan dapat mengerti Dhamma,
bagaikan lidah yang dapat merasakan rasa sayur.

(Dhammapada 64-65)

Dari ilustrasi dialog tersebut diatas, kita mendapatkan suatu pelajaran Dhamma yaitu ; menjadi umat Buddha bukan dilihat dari berapa lama (senioritas) kita menjadi umat Buddha, karena tujuan utama Sang Buddha mengajarkan Dhamma dari sejak dahulu, saat ini dan kelak di masa yang akan datang adalah untuk membebaskan diri dari Penderitaan yaitu dengan tidak berbuat kejahatan (Sila), senantiasa mengembangkan kebajikan (Panna) dan membersihkan batin (Samadhi).

Dhamma ada dimana-mana
Dhamma bukan hanya ada di Kitab Suci atau buku-buku, dan Dhamma bukan hanya terdapat dalam ceramah-ceramah para bhikkhu, tapi Dhamma berada didalam kehidupan kita sehari-hari.

Belum cukup jika hanya mempelajari Dhamma.
Puja bakti saja belum dapat membebaskan seseorang dari penderitaan. Bila ada umat Buddha yang berpendapat bahwa dengan melaksanakan puja bakti saja maka seseorang dapat terbebas dari penderitaan atau mencapai Nibbana, maka pendapat ini merupakan “Pandangan Keliru”. Sebab jika kita hanya melaksanakan puja bakti saja, dengan tidak melaksanakan sila dan mengembangkan samadhi maka pencapaian kesucian batin adalah tidak mungkin dapat dicapai.

Segala bentuk pelaksanaan tata cara /upacara dalam puja bhakti hanyalah sebagai pelatihan untuk mengarahkan perbuatan kita melalui hal yang positif, konsentrasi dan menanam kamma baik melalui jasmani, ucapan dan pikiran yang benar, dan selanjutnya hasil dari latihan-latihan itu diharapkan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sangatlah tidak cukup jika kita belajar Dhamma hanya dengan cara membaca Kitab Suci  atau buku-buku Dhamma saja, demikian pula sebaliknya, umat Buddhis yang hanya ‘mementingkan praktik’ dengan membuta terhadap Sutta-Sutta yang merupakan instruksi Sang Buddha, tidak akan dapat memastikan dirinya bahwa apa yang dipraktekkannya itu sudah sesuai dengan jalan yang benar atau jangan-jangan malah menjauh dari Ajaran Buddha ?!.

Olehkarenanya, untuk dapat mengerti dan memahami dengan benar mengenai Buddha Dhamma, maka kita harus melaksanakan tiga cara / 3 jalan dibawah ini :

1. Mempelajari Dhamma secara teori (Pariyatti Dhamma), dalam hal ini yaitu, mempelajari dengan tekun Kitab Suci Tipitaka atau mendengarkan Dhamma melalui ceramah-ceramah para bhikkhu /dhammaduta (sekarang bisa melalui media elektronik spt. MP3, CD atau VCD)

2. Melaksanakan (mempraktikkan) Dhamma tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. ( Patipatti Dhamma).

3. Hasil (penembusan), yaitu hasil menganalisa dan merealisasi kejadian- kejadian hidup melalui Samadhi (meditasi) hingga merealisasi Kebebasan Mutlak. ( Pativedha Dhamma )

Mengenai hal itu, Sang Buddha pernah bersabda :

“ Tidaklah mungkin, O para siswa,
untuk menguasai Samadhi tanpa menguasai sila.
Tidaklah mungkin pula untuk menguasai Panna
tanpa menguasai Samadhi. ”

(Majjhima Nikaya 10 : Satipatthana Sutta)

Dengan mencermati Sabda Sang Buddha tsb. diatas, maka dapat di pahami bahwasanya “Praktek Dhamma” bukanlah hanya terbatas pada pengertian yang sempit dan terfokus pada praktek Samadhi/Meditasi saja, atau Upacara-upacara puja bakti dan Moralitas saja dan atau berdasarkan Kebijaksanaan (Panna) saja. Namun perlu dipahami bahwa pengelompokan 3 inti Dhamma yaitu : Sila, Samadhi, dan Panna itu sendiri hanyalah merupakan ‘Pengelompokan’ dari masing-masing unsur dhamma yang terdapat dalam ‘Jalan Mulia Berunsur Delapan‘, dan di dalam Praktik/pelaksanaannya adalah merupakan SATU KESATUAN yang tidak dapat di pilih dan dipisah-pisahkan seperti misalnya kita memilih praktik Sila-nya dulu -baru praktik yang lain, atau memilih praktik Samadhi-nya dulu-baru melaksanakan Sila atau Panna, tidak bisa demikian ! Jadi dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara berbarengan sekaligus ketiga-tiganya!!

Dengan demikian semoga kita sebagai umat Buddhis ‘yang berpandangan secara Buddhis’ diharapkan tidak lagi berpandangan sempit - apalagi berpandangan salah terhadap pengertian serta pemahaman dari makna ‘Belajar dan Praktik Buddha Dhamma’ ini.

6 september 2012.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar