Sabtu, Juni 30, 2012

Kasus Kelahiran Kembali " Swalanta" Dari India


KASUS KELAHIRAN KEMBALI “ SWANLANTA” DARI INDIA

Kasus investigasi tentang seorang gadis India bernama Swanlata, yang dapat mengingat dua kehidupan sebelumnya.

Swanlata adalah putri dari Sri Mishra dan lahir 2 Maret 1948 di daerah Panna,  India. Ketika ia berusia 4 tahun, Swanlata mampu mengingat dan menjelaskan kelahiran lampaunya.

Ia mengatakan bahwa ia adalah anggota keluarga Pathak dari kota Katni, India bagian lain, dalam kehidupan sebelumnya.

Keluarganya yang sekarang sama sekali tidak ada hubungan dengan keluarga Pathak.

Suatu hari Swanlata bersama ayahnya melewati kota kelahirannya, Katni. Dan Swanlata langsung meminta ayahnya menengok "rumah lamanya" untuk minum teh, karena rumahnya sudah sangat dekat.

Prof Ian Stevenson dan para peneliti lainnya, memulai melakukan investigasi. Mereka mengumpulkan keluarga Pathak sesuai dengan informasi dari Swanlata.

Swanlata menyatakan dahulu ia adalah seorang ibu yang bernama Biya dari keluarga Pathak. Tahun 1939 ia meninggal dunia, meninggalkan suami dan dua anak laki-lakinya.

Saat ini Swanlata mampu mengenali suami dan anak-anaknya, dan saudara-saudaranya. Sekali ia berjumpa saudaranya, ia mampu mengatakan siapa nama dan hubungannya dulu. (Padahal ia sekarang anak 4 tahun yang lahir dari keluarga yang berbeda).

Professor Stevenson mengadakan ujian yang berat utk Swanlata.
Murli, anak dari Biya diminta mengingkari sebagai anak Biya, dan  berbohong sebagai orang lain. Tetapi Swanlata terus-terusan berkata Murli anaknya dahulu. Selama 24 jam pengingkaran Murli dan kepastian dari Swanlanta bahwa Murli adalah anak kandungnya, mengungkapkan fakta-fakta yang benar tentang Murli.


Swanlanta mengenali ruangan dimana Biya telah meninggal..
Yang menarik adalah Swanlanta membuka rahasia antara Biya dan suaminya, tentang perbuatan suaminya mengambil 1200 rupee dari kotak rahasia milik Biya. Tiada seorangpun yang tahu tentang rahasia ini. Akhirnya Suami Biya mengakui perbuatannya mengambil uang milik Biya secara diam-diam.

Biya meninggal tahun 1939. Tetapi Swanlata terlahir tahun 1948. Ada selisih waktu 9 tahun. Kemana Swanlata  selama 9 tahun ini?

Swanlata mengatakan setelah kehidupanya sebagai Biya, Ia terlahir sebagai seorang gadis dalam sebuah keluarga di Bangladesh. Meninggal muda saat usianya akan mencapai 9 tahun.

Saat ini Swanlata senang bernyanyi dalam bahasa yang sama sekali tidak dikenal oleh orangtuanya yang sekarang. Swanlanta juga senang menari sambil bernyanyi. Dalam kunjungan dari Kerabat dari Prof. Stevenson yang merupakan kelahiran dari Bengal (Bangladesh) mengenali lagu tersebut adalah lagu daerah Bengali. Yang dinyatakan lagu yang sangat populer di sebuah kota bernama Sylhet di Bangladesh.

Swanlata mengatakan bahwa ia belajar lagu dan tari-tarian tersebut dari temannya selama kehidupan lalunya ketika la lahir di Sylhet, Bangladesh.

Prof. Stevenson menyatakan selama ia berhubungan dalam penelitian terhadap Swanlata. (Terus mengikuti perkembangannya sampai dewasa). Swanlata bukanlah seorang dengan keterbelakangan mental, melainkan anak yang sangat cerdas. Ia menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Ia menyelesaikan Sarjana S1 Mesin (Bachelor’s degree in Engineering) diusia 19 tahun, dan Pasca Sarjana S2 Ilmu Mesin (Master of Science degree in Engineering) di usia 21. Dan telah menjadi dosen saat usianya 23 tahun.

Inilah bukti penelitian ilmiah tentang proses kelahiran kembali adalah nyata. Kita membuktikan segala fenomena yang begitu bervariasi dan membutuhkan investigasi yang dapat dipertanggunjawabkan.



** Artikel diterjemahkan dari buku: 20 Cases Suggestive of Reincarnation ke bahasa Indonesia by NX.28.5.2012


Sabtu, Juni 16, 2012

Tentang Mara Suatu Saat Menjadi Sammasambuddha


TENTANG MARA SUATU SAAT MENJADI SAMMASAMBUDDHA


Sebutan “Mara”, didalam literatur Buddhis diartikan sebagai :  

A). Mara sebagai dewa diceritakan tinggal di Paranimmitta-vasavatti, atau tingkat surga ke enam.

(Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca a.l. di : Samyutta Nikaya – Sagatha-vagga Bab I : 4 – Marasamyutta ; Digha Nikaya : Maha Vagga 16 - Mahaparinibanna Suta, Bab III : 21, (Delapan Macam Perhimpunan) ; Majjhima  Nikaya I, Mahasihanada Sutta :12 - Attha Parisa (Delapan Kelompok)).

B). Mara juga sebagai lambang nafsu-nafsu keinginan yang menguasai manusia untuk melakukan kejahatan dan juga segala sesuatu yang menghalangi perkembangan pelaksanaan yang benar untuk mencapai kesucian (proyeksi psikologis). (Lebih lengkapnya baca di  MN III : 123- Padhana Sutta)

** Di dalam buku berbahasa Thai berjudul Lokadipani tulisan Phra Dhammadhirajamahamuni, diceritakan Kisah Vasavattimaradhiraja (maharaja dari para dewa Mara)..yang pada akhir cerita disebutkan : ...

Kini, Maradhiraja yang biasa dikenal sebagai dewa Mara, masih bertinggal di sorga Paranimmitavasavatti sebagai seorang Bodhisatta yang sedang menghimpun Dasaparami. Kelak, di kappa yang akan datang, dewa Mara akan berhasil mencapai penerangan sempurna sebagai seorang Sammasambuddha. Sebagai satu-satunya Sammasambuddha di kappa tersebut.

Akan disebut Sammasambuddha Dhammasami, yang mempunyai amat banyak murid yang berhasil mencapai kesucian. Kappa dimana kini kita hidup, mempunyai paling banyak Sammasambuddha, yaitu lima orang Sammasambuddha. **

Jadi, Bila benar seperti yang ada di dalam cerita itu, maka pada suatu saat , Mara akan menjadi Buddha /Sammasambuddha.



Penyelewengan Persepsi


PENYELEWENGAN PERSEPSI

Para bhikkhu, ada empat penyelewengan persepsi,
empat penyelewengan buah-pikir dan
empat penyelewengan pandangan.

Apakah yang empat itu?

Berpegang bahwa di dalam ketidak-kekalan ada kekekalan:
ini adalah penyelewengan persepsi, pemikiran dan pandangan.

Berpegang bahwa di dalam penderitaan ada kebahagiaan:
ini adalah penyelewengan persepsi, pemikiran dan pandangan.

Berpegang bahwa di dalam apa yang tanpa-diri ada suatu diri:
 ini adalah penyelewengan persepsi, pemikiran dan pandangan.

Berpegang bahwa di dalam hal-hal yang menjijikkan ada keindahan:
ini adalah penyelewengan persepsi, pemikiran dan pandangan.

Para bhikkhu, inilah empat penyelewengan persepsi, pemikiran dan pandangan.

Mereka yang memahami apa yang berubah sebagai kekal, Penderitaan sebagai suka-cita, diri di dalam tanpa-diri, Dan yang melihat tanda keindahan di dalam hal yang menjijikkan Orang ini berpegang pada pandangan yang terselewengkan,  Secara mental kacau, terkena ilusi.

Terperangkap oleh Mara, tidak bebas dari belenggu, Mereka masih jauh dari keadaan yang aman.

Makhluk-makhluk itu berkelana melalui lingkaran yang menyakitkan dan pergi berulang-ulang dari kelahiran menuju kematian.

Tetapi ketika para Buddha muncul di dunia, Pembuat cahaya di pekatnya kegelapan,  Mereka mengungkapkan Ajaran ini, Dhamma nan agung, Yang membimbing menuju akhir penderitaan.

Ketika orang-orang yang bijaksana mendengarkannya, Mereka akhirnya memperoleh kewarasan lagi.

Mereka melihat yang tidak kekal sebagai tidak kekal,  Mereka melihat penderitaan semata-mata sebagai penderitaan.

Mereka melihat tanpa-diri sebagai kosongnya diri, Dan di dalam yang menjijikkan mereka melihat sifat menjijikkan.

Dengan menerima pandangan benar ini, Mereka mengatasi semua penderitaan.

(Angguttara Nikaya IV, 49)