Jumat, November 29, 2013

Melepaskan 8 Hal Dalam Hidup

MELEPASKAN 8 HAL DALAM HIDUP

1.    Melepas tekanan
Lelah tidaknya Anda tergantung pada persepsi Anda. Apabila Anda tidak membersihkan pikiran, maka pikiran akan penuh debu. Setiap hari Anda akan menemui banyak kegiatan, sebagian bahagia, sebagian lagi tidak.

Semua peristiwa ini akan menetap di pikiran, melebur dan mengacaukan pikiran. Bila Anda menyimpan kenangan yang menyakitkan, Anda akan merasa sangat tertekan. Oleh karenanya, bersihkan pikiran Anda, biarkan hal-hal itu berlalu, singkirkan kenangan pahit, maka Anda akan memiliki banyak ruang untuk kebahagiaan.

  • Ketidakbahagiaan merupakan akar penderitaan Anda.

2.    Melepas kekhawatiran
Kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana. Melatih tersenyum, bukan secara mekanis memasang ekspresi pada wajah Anda, tetapi berusaha keras untuk mengubah apa yang Anda rasakan di dalam. Belajar untuk menerima kenyataan dengan tenang; belajar bagaimana mengatakan kepada diri sendiri, “Saya akan mengikuti sifat alam.”

Belajar bagaimana menghadapi krisis dengan jujur, memandang hidup dengan positif, melihat sisi terang dari segala sesuatu. Dengan demikian, secercah cahaya akan masuk ke dalam hati Anda dan menghalau kegelapan.

  • Kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Hanya membiarkan diri Anda merasa bahagia.

3.    Melepas pikiran ruwet
Hilangkan hal itu dari kamus Anda. Tidak semua orang bisa menjadi contoh teladan yang dikagumi semua orang, namun semua orang dapat memiliki pikiran yang besar. Pikiran yang besar dapat meredam rasa sakit dan kesedihan seseorang; dapat mengompensasi kekurangan Anda; memungkinkan Anda untuk melanjutkan perjalanan hidup tanpa rasa takut dan membantu menyadari bahwa pikiran Anda sendiri dapat melampaui gedung pencakar langit dan gunung tertinggi!

  • Percaya pada diri sendiri, temukan relung sendiri dan Anda juga dapat memiliki kehidupan yang berharga.

4.    Melepas rasa malas
Kerja keras dapat mengubah hidup seseorang. Jangan gelap mata, iri pada orang lain. Jika Anda dapat mencoba keras dan gigih, Anda juga bisa memilikinya. Karena ketika Anda berlatih hingga sempurna, itu adalah sebuah ketrampilan.

  • Hanya untuk mengingatkan: memperbaiki diri sendiri, bahagia, sehat, dan bersikap baik, akan memungkinkan Anda untuk memiliki kehidupan yang indah.

5.    Melepas sikap buruk
Jika ingin berhasil, berusahalah untuk menjadi yang terbaik. Ganti sikap negatif Anda dengan positif.  Ganti keacuhan dengan martabat, kemunafikan dengan ketulusan; pikiran sempit dengan toleransi, depresi dengan kebahagiaan, kemalasan dengan ketekunan, kerentanan dengan ketangguhan… selama Anda mau, Anda akan menjadi yang terbaik sepanjang hidup Anda.

  • Tidak ada yang bisa mempengaruhi hasil perjuangan Anda. Anda adalah satu-satunya yang bertanggung jawab. Meskipun tidak semua mimpi dapat menjadi kenyataan, mimpi indah dapat membawa keindahan pada hidup seseorang.

6.    Melepas keluhan
Lebih baik bekerja keras daripada mengeluh. Semua kegagalan adalah dasar untuk sukses. Mengeluh dan menyerah adalah halangan yang mencegah datangnya keberhasilan. Menerima kegagalan dengan tenang adalah cara cerdas.

Mengeluh tidak dapat mengubah kenyataan, hanya kerja keras yang bisa membawa kembali harapan. Emas murni selalu ada saatnya bersinar.

Banyak mukjizat dalam kehidupan dibuat oleh orang yang lahir dalam lingkungan yang tidak menyenangkan.

  • Jangan khawatir pada hidup, dan jangan berpikir bahwa kehidupan memperlakukan Anda secara tidak adil. Pada kenyataannya, Anda diberikan porsi hidup yang sama dengan orang lain.

7.    Melepas keraguan
Mengambil tindakan cepat. Setelah Anda memutuskan sesuatu, jangan ragu. Majulah ke tujuan Anda dan jangan menoleh ke belakang. Kesempatan muncul sekejab dan hanya kecepatan dan ketegasan yang dapat menangkapnya.

Mengambil tindakan cepat merupakan salah satu karakteristik orang sukses. Bila Anda tahu bahwa ide Anda baik, bertindaklah secepat Anda bisa, jika Anda melihat peluang yang baik, tangkaplah. Dengan demikian, Anda dijamin akan sukses.

Beberapa orang harus Anda lupakan. Beberapa kejadian baik untuk mengintrospeksi diri Anda. Beberapa hal harus diurus. Beberapa hal tidak bisa menunggu, dan sekali keraguan timbul akan mengakibatkan penyesalan dalam hidup Anda.

  • Hanya jika Anda dapat membiarkan hal-hal tersebut pergi ketika Anda harus melepasnya, Anda dapat memperoleh kebahagiaan yang benar-benar milik Anda dalam hidup ini.

8.    Melepas prasangka
Ketika pikiran Anda luas, langit dan bumi akan menunjukkan ruang.

Toleransi adalah kebaikan. Bila Anda menolerir orang lain, Anda benar-benar membuat ruang bagi jiwa Anda. Hanya dalam dunia yang penuh toleransi, manusia dapat memainkan lagu kehidupan yang harmonis.

Jika tidak menginginkan prasangka, kita harus menciptakan masyarakat yang toleransi. Jika kita ingin menghilangkan prasangka, pertama-tama kita harus menyingkirkan pikiran sempit.

Hanya dengan menyingkirkan prasangka jauh-jauh, seseorang dapat memiliki keharmonisan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat.

  • Bukan hanya kita yang menginginkan kebahagiaan, tetapi juga teman dan saudara kita, dan bahkan orang asing. Kita ingin mereka semua merasakan kebahagiaan kita. Sukacita berbagi kegembiraan melampaui sukacita dalam memiliki.

(Secret China/val)

Sumber :


-oOo-


Bhikkhu yang Bahagia

BHIKKHU YANG BAHAGIA
(Kegembiraan Dari Kehidupan Spiritual)
by: Selfy Parkit in Buddhist Tales (Jataka),
Diterjemahkan oleh Selfy Parkit.

Suatu ketika, ada laki-laki kaya terkemuka. Ketika ia menjadi lebih tua, ia menyadari bahwa penderitaan berumur tua sama halnya seperti kaya dan miskin. Jadi ia melepaskan kekayaan dan kedudukannya dan pergi ke dalam hutan untuk hidup sebagai seorang bhikkhu yang miskin. Ia berlatih meditasi dan mengembangkan pikirannya. Ia membebaskan dirinya dari pikiran-pikiran yang tidak berfaedah, menjadi merasa puas dan bahagia. Ketenangan dan keramahannya secara bengangsur-angsur menarik 500 pengikut pendampingnya.

Pada saat itu, dahulu kala, kebanyakan dari bhikkhu-bhikkhu biasanya kelihatan sangat serius. Tetapi ada satu orang bhikkhu yang walaupun ia sangat dihargai, ia selalu menampilkan paling sedikit tersenyum. Tak perduli apa pun yang terjadi, ia tidak pernah kehilangan cahaya kehagaiaan di dalam dirinya. Lalu dalam keadaan bahagia, ia memiliki senyum yang paling lebar dan tertawa yang paling hangat di antara semuanya.

Kadang bhikkhu-bhikkhu, orang lain akan bertanya kepadanya, kenapa ia sangat bahagia, selalu tersenyum. Ia tertawa kecil dan berkata, “Jika aku memberi tahumu, kau tidak akan percaya! Dan jika kau berpikir aku berkata bohong, ini akan menjadi sebuah aib untuk guruku.” Guru tua yang bijaksana tahu sumber dari kebahagiaan yang tidak akan bisa dihapus dari wajahnya. Ia menjadikan bhikkhu paling bahagia ini sebagai asisten utamanya.

Setahun setelah musim hujan, Bhikkhu tua dan 500 pengikutnya pergi ke kota. Raja mengijinkan mereka untuk tinggal di dalam kebunnya yang indah selama musim semi.

Raja ini adalah orang baik, yang sungguh-sungguh bertanggung jawab sebagai seorang raja. Ia berusaha melindungi rakyatnya dari bahaya, dan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Ia harus selalu hati-hati mengenai kerajaan tetangga, beberapa dari mereka tidak ramah dan ada yang mengancam. Ia harus sering berdamai antara menteri-menteri negara saingannya.

Terkadang istri-istrinya bertengkar untuk mendapatkan perhatiannya, dan untuk kenaikan pangkat anak-anak mereka. Ada kalanya, persoalan ketidakpuasan bahkan mengancam hidup dari raja itu sendiri. Sudah tentu, ia tidak henti-hentinya harus khawatir tentang keuangan kerajaan. Pada kenyataannya banyak hal yang harus dikhawatirkannya, sehingga ia tidak pernah punya waktu untuk menjadi bahagia!

Ketika mendekati musim panas, ia tahu bahwa bhikkhu-bhikkhu sedang bersiap-siap untuk kembali ke hutan. Mengingat kesehatan dan kesejahteraan dari pemimpin yang tertua, raja pergi menemuinya dan berkata, “Yang terhormat, sekarang kau sangat tua dan lemah. Apa baiknya kembali ke hutan? Kau dapat mengirim pengikut-pengikutmu kembali, sementara kau tetap di sini.”

Kemudian kepala bhikkhu itu memanggil asisten utamanya dan berkata, “Sekarang kau adalah pemimpin bhikkhu lainnya, sementara kalian semua tinggal di dalam hutan. Karena aku terlalu tua dan lemah, aku akan tetap di sini seperti apa yang ditawarkan oleh Raja.” Jadi 500 orang bhikkhu itu kembali ke hutan dan bhikkhu tua tetap tinggal.

Asisten utama itu melanjutkan berlatih meditasi di hutan. Ia mendapatkan banyak sekali kebijaksanaan dan kedamaian yang membuatnya bahkan lebih bahagia dibandingkan sebelumnya. Ia merindukan gurunya dan ingin membagi kebahagiaannya bersama gurunya. Jadi ia kembali berkunjung ke kota.

Ketika asisten utama itu sampai, ia duduk di atas sebuah permadani di kedua kaki si Bhikkhu tua. Mereka tidak bicara terlalu banyak, tetapi sering sekali asisten utama akan berkata, “Kebahagiaan. Oh.. kebahagiaan!”

Kemudian raja datang berkunjung. Ia menunjukkan rasa hormatnya kepada bhikkhu kepala. Akan tetapi, bhikkhu yang dari hutan itu terus saja mengatakan “Kebahagiaan. Oh.. kebahagiaan!” Dia bahkan tidak berhenti untuk menyapa raja dan menunjukkan rasa hormat yang sepantasnya. Hal ini menggangu sang raja, dan ia berpikir, “Dengan segala kekhawatiranku, sesibuknya aku dalam mengurusi kerajaan. Aku menyediakan waktu luang untuk berkunjung dan bhikkhu ini tidak cukup menghormatiku bahkan mengenaliku. Sungguh sebuah penghinaan!” Ia berkata kepada bhikkhu senior dari dua orang bhikkhu itu, “Yang mulia, bhikkhu ini pasti bodoh karena kebanyakan makan. Itu sebabnya kenapa ia sangat dipenuhi oleh kebahagiaan. Apakah ia hanya bermalas-malas setiap saat?”

Si kepala bhikkhu menjawab, “Oh Raja, sabarlah dan aku akan memberitahu mu sumber dari kebahagiaannya. Tak banyak yang mengetahui hal ini. Dulu ia adalah seorang raja sama kaya dan hebatnya seperti Anda! Lalu ia ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu dan melepaskan kehidupannya sebagai raja. Saat ini ia berpikir bahwa kebahagiaannya yang dulu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kegembiraannya saat ini!”

“Ia terbiasa dikelilingi laki-laki bersenjata, yang menjaga dan melindunginya. Sekarang, duduk sendiri di dalam hutan tanpa takut apa pun, ia sudah tidak perlu penjaga yang bersenjata. Ia sudah melepaskan beban dari kekhawatiran tentang kekayaan yang harus dilindungi. Sebaliknya, bebas dari kekhawatiran akan kekayaan dan kekuatan rasa takut, kebijaksanaannya melindungi dirinya dan orang lain. Ia mengalami kemajuan dalam meditasinya sampai kepada kedamaian diri, yang membuatnya terus berkata, “Kebahagiaan! Oh.. kebahagiaan!”

Raja menjadi mengerti. Mendengar cerita bhikkhu yang bahagia membuatnya merasa damai. Ia tinggal sejenak dan menerima nasihat dari kedua bhikkhu tersebut. Kemudian ia menghormat mereka dan kembali ke istana.

Kemudian, si Bhikkhu bahagia yang pernah menjadi seorang raja menghormati gurunya dan kembali ke hutan. Bhikkhu ketua hidup sampai sisa hidupnya, meninggal dunia dan terlahir kembali di surga tingkat tinggi.

Pesan moral :
Tak melekat oleh kekayaan dan kekuatan, akan meningkatkan kebahagiaan.


Sumber:
Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50



-oOo-



Manusia yang Beruntung

MANUSIA YANG BERUNTUNG
Oleh: Bhikkhu Thitaviriyo


Kiccho manussapatilābho, Kiccham maccana jîvitam
Kiccham saddhammasavanam, Kiccho buddhānam uppādo

Sungguh sulit dapat terlahir sebagai manusia,
Sungguh sulit kehidupan makhluk hidup
Sungguh sulit dapat mendengarkan Dhamma,
Sungguh jarang terlahirnya para Buddha
(Dhammapada 182)

Manusia atau “manussa” dalam bahasa Pā
i berasal dari dua suku kata yaitu mano dan usa. Mano berarti pikiran/batin sedangkan usa berarti luhur. Jadi, manusia atau manussa adalah makhluk yang memiliki batin yang luhur.

Terlahir sebagai manusia merupakan sebuah keberuntungan. Namun banyak orang tidak menyadari keberuntungan ini. Ada dua potensi yang bisa dikembangkan jika hidup sebagai manusia. Kedua potensi itu adalah potensi duniawi yang akan menghantarkan kita pada kebahagiaan duniawi dan potensi spiritual yang akan menghantarkan kita kepada kebahagiaan non duniawi (batiniah). Banyak manusia tidak mengetahui potensi ini sehingga mereka jatuh dalam pelanggaran moral dan keterpurukan mental.

Dalam Samyutta Nikāya (Opammasamyutta), Sang Buddha waktu itu berdiam di Savathi pernah memberikan perumpamaan sebagai berikut;

Sang Bhagava mengambil sedikit tanah dengan kuku jarinya, dan Beliau berkata: “O para bhikkhu, bagaimana pendapatmu, mana yang lebih banyak, tanah yang ada di kuku jari saya ini atau tanah yang ada di bumi ini?”

“Tanah yang ada di bumi inilah yang lebih banyak, bhante. Sedangkan tanah yang ada di kuku Sang Bhagava jauh lebih sedikit dan tidak ada artinya. Tanah yang ada di bumi ini jauh lebih banyak, tidak dapat dihitung, tidak layak dibandingkan.”

“Demikian juga O para bhikkhu, makhluk-makhluk yang terlahir kembali sebagai manusia sangatlah sedikit jumlahnya. Sedangkan makhluk-makhluk yang terlahir sebagai bukan manusia jauh lebih banyak. Oleh karena itu O para bhikkhu, kalian seharusnya melatih diri demikian: ‘kami akan berdiam dan berlatih dengan rajin, demikianlah seharusnya kalian melatih diri”

Sang Buddha dengan terang dan jelas mengajak kita merenungkan hal ini bahwa kesempatan terlahir sebagai manusia sangatlah sulit, oleh karena itu janganlah kita menyia-nyiakan kehidupan kita sebagai manusia dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dan merugikan makhluk lain maupun diri sendiri.

Umumnya orang sering mengeluh dan tidak puas dengan keadaan dirinya. Mereka mengeluh karena mereka membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih dari dirinya. Dia merasa miskin karena membandingkannya dengan yang kaya, merasa buruk rupa karena membandingkan dirinya dengan yang cantik/ganteng. Hingga muncul pepatah yang mengatakan “rumput tetangga lebih hijau”. Selama kita membandingkan diri kita dengan yang lebih baik maka tidak akan pernah ada rasa puas.

Dalam Digha Nikāya (Sa
ngiti Sutta), Sang Buddha menjelaskan ada 9 kondisi yang tidak menguntungkan. Apabila kita berada dalam kondisi ini, maka kita tidak bisa bertemu Dhamma dan menjalani kehidupan suci (akkhanā asamayā brahmacariya vāsāya). Sembilan kondisi itu adalah:

1.    Terlahir di alam neraka/niraya.
Jika kita berada di alam neraka maka kesempatan untuk bertemu Dhamma tertutup bagi kita karena makhluk yang hidup di alam neraka mengalami siksaan lahir batin sehingga tidaklah mungkin sempat memikirkan Dhamma.

2.    Terlahir di alam binatang.
Walaupun ada binatang yang pandai tetapi tidaklah bisa mengerti Dhamma, mereka tidak punya kemampuan untuk mengerti Dhamma.

3.    Terlahir di alam peta.
Seperti kita ketahui bahwa alam peta sama dengan alam setan kelaparan, dimana mereka sangat membutuhkan kebaikan dari sanak keluarganya. Jika kita berada dalam keadaan lapar, maka sulit bagi kita untuk mengerti Dhamma karena hanya memikirkan perutnya saja.


4.    Terlahir di alam Asura.
Alam asura mempunyai kemiripan dengan alam peta hanya saja bentuk dan ukuran mereka yang berbeda.

5.    Terlahir di alam yang berumur sangat panjang.
Misalnya terlahir di alam Brahma yang memiliki usia kehidupan yang panjang sehingga melewatkan kesempatan bertemu Dhamma Sang Buddha.

6.    Terlahir di tengah-tengah suku yang bodoh tidak beradab, yang tidak dapat dikunjungi oleh para bhikkhu/bhikkhuni maupun upasaka/upasika.
Jika kita terlahir di suatu daerah atau tempat seperti ini, maka tidak ada ajaran kebenaran dan kondisinya tidak memungkinkan mendengarkan ajaran kebenaran.


7.    Terlahir sebagai manusia tetapi memiliki pandangan salah dan pengertian yang menyimpang:
Seperti pandangan tidak ada buah/akibat dari perbuatan baik.

8.    Terlahir sebagai manusia dan sudah bertemu Dhamma namun tidak memiliki kebijaksanaan, bodoh dan tidak mengetahui apakah hal yang telah dijelaskan itu benar atau salah.

9.    Terlahir di jaman tidak ada Buddha (Sunya Kappa)

Inilah 9 kondisi yang tidak menguntungkan. Apabila kita termasuk dalam kondisi ini maka kita akan sulit untuk punya kesempatan bertemu Dhamma. Oleh karena itu, marilah kita gunakan kesempatan kita sebagai manusia yang sudah bertemu ajaran kebenaran/Dhamma Sang Buddha ini dengan sebaik-baiknya. Karena kesempatan ini belum tentu datang lagi.

Sumber : Digha Nikāya, Samyutta Nikāya



-oOo-



Kebahagiaan Diperoleh dari Memberi

KEBAHAGIAAN DIPEROLEH DARI MEMBERI

Kisah ini bercerita tentang seorang wanita cantik bergaun mahal yang mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa seluruh hidupnya hampa tak berarti.

Maka si psikiater memanggil seorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya," Saya akan menyuruh Mary di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya."

Si wanita tua meletakkan gagang sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: "OK, suamiku meninggal akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku tidak punya siapa-siapa. aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku pulang. Sejenak aku merasa kasihan melihatnya.

Cuaca dingin di luar, jadi aku memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja-manja di kakiku dan untuk pertama kalinya aku tersenyum.

Sesaat kemudian aku berpikir jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia. Maka di kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang terbaring sakit di tempat tidur.

Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang lain bahagia. Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi."


-oOo-