Sabtu, Maret 29, 2014

Agama Apa Ini? (Bagian : 3 - Tamat)

MANUSIA DAN TUHAN

Tanpa menempatkan manusia dan takdirnya di bawah kesewenang-wenangan Tuhan tak dikenal dan membuat mereka takluk terhadap kekuatan tertinggi, agama ini meningkatkan kedudukan umat manusia yang berharga karena kecerdasannya.

Agama ini menyatakan kita bagaimana melayani orang lain tanpa mengharapkan pamrih. Para pemeluk agama ini berusaha menjauhkan diri dari perbuatan jahat, bukan karena merasa takut kepada Tuhan, melainkan karena menyadari sebab-sebab yang membawa penderitaan terhadap semua makhluk hidup.

Dorongan mereka berbuat baik untuk membantu orang lain tidaklah menyenangkan Tuhan dengan mengharapkan imbalan, tetapi karena perasaan welas asih terhadap orang lain.

Agama ini mengajarkan kepada Anda bagaimana menemukan jalan untuk mencapai kebajikan dan kebijaksanaan sempurna tanpa “Tuhan berpribadi”, pengetahuan tertinggi tanpa “Wahyu”, suatu sumbangan yang tertib dan adil bagi dunia moral yang dilaksanakan karena kebutuhan hubungan dengan hukum-hukum alam dan kehidupan sendiri; keadaan seterusnya tanpa keterpisahan “jiwa abadi”, kebahagiaan kekal tanpa suatu surga; kemungkinan penebusan tanpa sesuatu yang dialami sang penebus; suatu penyelamatan yang ada pada setiap orang, dan yang dapat dihasilkan dalam kehidupan ini dengan melatih kemampuan sendiri.

Tanpa kenikmatan indra dapatkan kehidupan ini bertahan? Tanpa keyakinan adanya perbuatan-perbuatan amoral, dapatkan manusia bermoral? Tanpa memohon kepada Tuhan, dapatkan manusia memajukan dirinya ke arah kebajikan ? “ya”, jawaban yang diberikan oleh pendiri Agama ini; semua dapat dicapai melalui jasa, kesucian, disiplin dan kebijaksanaan. Sifat baik ini akan membawa ketenangan, kedamaian, kebahagiaan dan keselamatan hidup.

HUKUM KOSMIK

Hukum kosmik seperti telah diterangkan dalam agama ini memecahkan problem penderitaan, misteri takdir dan nasib dari beberapa agama dan diatas segalanya ketidaksamaan umat manusia. Pemahaman mengerti hukum ini memberikan hiburan, harapan, kepercayaan kepada diri sendiri, dan keberanian moral kepada mereka. Ini mengabsahkan usaha, kebajikan, kegairahan mereka selalu ramah, karena mereka mengerti bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang sama sekali baik ataupun jahat sepenuhnya.

AGAMA MODERN

Agama ini bukanlah suatu teori, melainkan cara hidup yang praktis. Agama ini merupakan salah satu agama tertua dalam sejarah, namun paling modern dalam setiap hal. Agama ini mengajarkan orang untuk tidak menjadi budak bagi dewa atau kekuatan luar, tetapi hendaknya mengusahakan kemampuan sendiri yang masih terpendam dengan menggunakan usaha dan kecerdasan sendiri untuk mengatasi kesulitan.

Agama ini mempunyai kualitas yang diminta dari suatu agama rasional yang cocok dengan dunia yang akan datang.

Seseorang akan merasa bangga menyebut dirinya sebagai seorang penganut agama ini dalam dunia modern. Agama ini sebenarnya lebih ilmiah daripada ilmu pengetahuan dan lebih sosialistis daripada sosialisme dan lebih progresif dari pada semua unsur progresif dalam bidang spiritual.

TANPA DISKRIMINASI

Agama inilah yang pertama kali dalam sejarah dunia menentang sistem kasta yang merendahkan derajat manusia; dan mengajarkan persamaan pada umat manusia dan memberi kesempatan yang sama kepada semua orang dalam setiap langkah kehidupan. Agama ini jugalah yang memberikan kebebasan kepada kaum wanita untuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran suatu agama yang memberikan suatu persamaan-persamaan sosial untuk yang pertama kali dalam sejarah dunia.

Guru Agama ini menyatakan bahwa gerbang keberhasilan dan kemakmuran terbuka bagi semua orang dalam setiap kondisi hidup apakah mereka yang tingkat hidupnya tinggi ataupun rendah, suci ataupun jahat, yang mau, mencoba dan bercita-cita untuk mencapai kesempurnaan. Beliau tidak memaksa pengikutnya untuk menjadi budak bagi dirinya sendiri atau ajaran-Nya, tetapi beliau memberikan mereka kebebasan berpikir yang sempurna.

KETIDAKKEKALAN

Agama ini memastikan bahwa makhluk hidup terdiri atas batin dan rupa benda yang dinyatakan sebagai suatu kesatuan utuh, yang tidak selalu sama dalam dua saat yang berbeda. Seluruh proses gejala batin-jasmani terus menerus dalam perubahan. Karena itu tidak ada sesuatu yang kenal, baik di dunia ini maupun di dunia yang lain. Agama ini juga percaya bahwa ada makhluk hidup dalam sistem lain di seluruh alam semesta ini.

FIRMAN DAN SILA

Di dalam agama ini tidak ada firman yang harus dipatuhi; sebaiknya hanya ada sila-sila untuk diikuti secara sukarela. Dengan mengikuti sila seperti menjauhkan diri dari a) membunuh b) mencuri c) berzinah d) berbohong e) minum minuman yang memabukan, mereka dapat membersihkan diri dan dengan demikian orang mencapai kebahagiaan hidup.

TUJUAN KAMI

Tujuan artikel dalam penerbitan artikel ini adalah tidak untuk membawa orang lain untuk mengikuti keyakinan kami, tetapi untuk memberi penerangan kepada mereka untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan dan melaksanakan agama mereka sesuai dengan keyakinan mereka sendiri tanpa kepercayaan buta. Kami anjurkan setiap orang untuk mempraktekkan agama mereka masing-masing dengan tepat jika dia menemukan kebenaran, kedamaian, kebahagiaan, kebijaksanaan dan keselamatan dalam agama tersebut.

Bagaimanapun juga agama ini dapat menjawab beberapa problem spritual yang Anda hadapi atau agama ini dapat memberikan bimbingan yang segar kepada pemikiran Anda mengenai masalah-masalah agama dan filsafat. Agama ini dapat juga membantu Anda memahami cara hidup dan warisan budaya asia. Anda dapat menemukan petunjuk spiritual dalam agama ini yang dibutuhkan dunia modern.

Agama ini memberikan semangat, harapan, jalan baru, yang kebenaran dan kebutuhannya dilihat dan dirasakan pada saat sekarang ini seperti usia tua.

Apapun yang anda maksudkan, kami mempersilakan Anda untuk melihat lebih dekat agama ini dan cita-cita pendirinya. Kami siap membantu Anda. Organisasi kami akan membimbing Anda dan membantu Anda mendapatkan bahan-bahan bacaan yang dapat dipercaya.

Agama besar yang disebut dalam artikel ini adalah Agama Buddha dan pendiri agama ini tak lain dan tak bukan adalah BUDDHA GOTAMA.

-oOo-





Agama Apa Ini ? (Bagian : 2)


KEDAMAIAN, KEBAHAGIAAN, DAN PENYELAMATAN

Guru Agung ini telah menunjukkan jalan menuju Kedamaian, Kebahagiaan dan Penyelamatan. Jalan ajaran-Nya tidak picik, masuk akal, ilmiah dan dapat dipahami, yang akhirnya akan mengarah kepada Penerangan Sempurna.

Pada masa kini pesan perdamaian Guru Agung Dunia ini menjadi lebih penting tatkala umat manusia diracuni oleh amarah, keserakahan, irihati, dan kesombongan.

Beliau justru dilahirkan ke dunia ini untuk menghalaukan kegelapan yang disebabkan oleh ketidaktahuan dan menyelamatkan dunia ini dari segala penyakitnya. Di seluruh dunia banyak orang tetap tidak menyakini atau melaksanakan agama. Namun, bila saja mereka ingin meluangkan waktu sedikit untuk mempelajari dan memahami apa yang telah diamanatkan oleh Sang Buddha, mereka dapat dengan mudah melenyapkan keraguan mereka dan keyakinan mereka segera akan timbul mengenai agama yang benar-benar dapat memberikan kebahagiaan kepada seluruh umat manusia.

Apakah orang percaya padanya atau tidak, bagaimanapun juga ajarannya berpengaruh terhadap segala bangsa. Amanat-Nya disampaikan kepada dunia ini tanpa kekerasan serta tak setitik darah pun mengalir atas nama-Nya. Inilah ajaran yang akan menyeberangkan manusia dari ketidakpuasan menuju suatu dunia baru yang penuh penerangan, cinta kasih, kedamaian, dan kebahagiaan.

Ajaran-ajaran yang telah berusia 25 abad ini mampu menguasai tantangan-tantangan zaman tanpa mengubah arti atau memberi penafsiran baru terhadap ajaran-ajaran yang semula. Ajaran-Nya tidak bertentangan dengan prestasi dan penemuan mutakhir para ilmu modern.

Meskipun kebajikan itu diperlukan bagi pencapaian penyelamatan, hal itu belumlah cukup. Ini harus disertai oleh kebijaksanaan. Kebajikan dan kebijaksanaan diibaratkan sebagai pasangan sayap burung. Kebijaksanaan dapat pula dibandingkan dengan mata manusia, sedangkan kebajikan ibarat sebagai kendaraan yang membawa manusia ke gerbang pembebasan, tetapi kunci yang membuka pintu itu adalah kebijaksanaan.

BERKAH SURGAWI

Para pengikut agama ini tak pernah menganggap diri mereka sebagai manusia pilihan mendapat kesempatan untuk mencapai berkah surgawi.

Manusia menciptakan surga dan neraka sesuai dengan jalan hidup masing-masing. Menurut ajaran ini, kita yakin bahwa setiap orang dapat menikmati berkah surgawi selama ia menempuh jalan hidup yang benar apapun keyakinan agamanya. Surga tidak dicadangkan untuk atau dimonopoli oleh sekte atau masyarakat agama tertentu, tetapi terbuka bagi semua makhluk hidup.

TOLERANSI DAN PENGERTIAN

Toleransi, pengertian dan penghormatan terhadap pandangan orang lain merupakan kebajikan mulia yang dijunjung tinggi oleh para pengikut agama ini. Cinta kasih, welas asih, dan perasaan simpati terhadap makhluk lain tidak hanya terbatas pada manusia saja, tetapi juga bagi setiap makhluk hidup.

PANDANGAN HIDUP

Agama ini begitu jelas dan logis sehingga ia memberikan jawaban sempurna terhadap semua aspek dan masalah penting dan memberikan suatu landasan yang kokoh bagi umat manusia untuk menekuni jalan kehidupan yang positif dan lebih baik.

Agama ini tidak membagi umat manusia kedalam dua golongan yang “terselamatkan” dan yang “terlepas”, namun sebagai suatu kekuatan yang menjinakan mereka yang liar dan melembutkan mereka yang jinak.

Pengikut-pengikutnya tidak merasakan perlunya doa-doa perantara, tetapi mereka yakin akan kekuatan usaha sendiri dari setiap makhluk dan manfaat perenungan (meditasi) yang pada akhirnya akan mengarah pada penaklukan diri, pengendalian diri, pembebasan dan penerangan sempurna. Meditasi dimanfaatkan sebagai alat penguat batin maupun pikiran.

MANUSIA DAPAT MEMBENTUK HIDUPNYA

Pengikut agama ini percaya bahwa pikiranlah satu-satunya kekuatan yang menguasai manusia sepenuhnya dan berfungsi sebagai nakhoda atas kapal kehidupan manusia.

Karena itu manusia mampu membentuk apa saja, jika ia tahu bagaimana ia memanfaatkan pikirannya.

Sesungguhnya agama ini telah menjadi mercusuar yang menuntun manusia mencapai perdamaian, kebahagiaan, dan berkah. Dunia saat ini sering dipenuhi oleh teka-teki kesalahpahaman yang bersifat rasial, internasional, komunal, ekonomi, dan idiologis. Untuk mengatasi masalah rumit tersebut, manusia harus menggunakan semangat kebajikan dan toleransi terhadap makhluk lain, dan ini dapat dikembangkan dengan bimbingan agama ini yang menanamkan kerjasama yang bersifat etika moral bagi kebaikan bersama. Setiap orang harus menyadari bahwa perkembangan kehidupan spiritual itu lebih penting daripada perkembangan material bagi kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan umat manusia. Orang harus pula melaksanakan kebenaran, keadilan, perbuatan jasa, kemurahan hati dan cinta kasih jika dunia ini akan dijadikan tempat kehidupan yang lebih baik.

AGAMA SEJATI

Tiada kebajikan yang lebih baik daripada perkembangan cinta kasih yang universal. Tiada kebahagiaan yang lebih berarti daripada keseimbangan bathin; juga tiada kebenaran yang lebih jelas daripada pemahaman sepenuhnya peristiwa-peristiwa alami; tiada agama yang lebih luhur daripada pengembangan moral dan intelektual, dan tiada falsafah hidup yang lebih tinggi daripada falsafah yang langsung dapat membawa hasil bagi setiap orang.

AGAMA YANG BEBAS

Agama ini tidak melarang seseorang untuk membaca dan mempelajari ajaran agama lain; karena adanya paham fanatik. Seseorang yang fanatik tidak dapat memperkenalkan dirinya sendiri dibimbing dengan alasan prinsip pengamatan dan analisis ilmiah, Oleh karena itu, pemeluk agama ini adalah manusia bebas dan hati terbuka dan bersikap tidak tunduk kepada seseorang demi perkembangan spiritualnya.

Jika anda mau membaca sebagian kecil saja tentang etika agama ini, Anda akan menemukan bahwa Anda mencabut semua kesalahpahaman yang Anda miliki sebelumnya mengenai agama ini. Orang hendaknya tidak hanya menentukan nilai suatu agama dengan semata-mata mengamati kebiasan-kebiasan tertentu yang dilaksanakan oleh beberapa pengikutnya yang tak berpendidikan; malahan, harus dicoba untuk memahami ajaran-ajaran pokok agama itu.


…….Selanjutnya  > Manusia dan Tuhan




Agama Apa Ini ? (Bagian : 1)

AGAMA APA INI ?
Oleh: Dr. K. Sri Dhammananda Nayaka Mahathera
Naskah asli berjudul:
What this Religion?
Diterjemahkan oleh: Wartono
Dibantu oleh Bapak Budhiarta, B. Sc.


PESAN UNTUK SEMUA ORANG

Setiap orang harus beragama dan agama itu harus merupakan agama yang sejalan dengan pemikiran intelektual. Tanpa suatu agama, manusia menjadi bahaya di dalam masyarakat. Para ilmuwan dan ahli ilmu jiwa telah memperluas wawasan kita, tetapi mereka tidak memberikan suatu tujuan hidup kepada kita. Hanya agamalah yang dapat memberikan tujuan hidup kepada kita. Oleh karena itu, manusia harus memilih agama yang rasional dan bersifat ilmiah sesuai dengan keyakinannya. Tak seorangpun hendaknya memanfaatkan kemiskinan, kebutahurufan, atau perasaan emosional manusia untuk memaksa orang lain untuk menerima suatu agama tertentu.

Manusia hendaknya bebas memilih agamanya sendiri sesuai dengan kesukaan dan kemampuan intelektualnya. Menganut suatu agama secara membuta, tanpa suatu pengertian, akan mengaburkan nilai-nilai spiritual agama itu. Manusia bukanlah binatang. Mereka memiliki kecerdasan dan akal sehat untuk membedakan antara sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Mereka dapat menyeseuaikan diri mereka sendiri dengan keadaan di sekitarnya. Oleh karena itu, mereka dapat memilih suatu agama yang secara logis sehat dan dapat membangkitkan semangat.

JALAN TENGAH

Agama yang diperkenalkan dalam artikel ini adalah suatu sistem pendidikan ilmiah yang diungkapkan kepada dunia sekitar dua puluh lima abad yang lalu oleh seorang guru yang telah mencapai pencerahan sempurna dan penuh dengan kasih sayang. Agama ini dikenal juga sebagai “Jalan Tengah”, jalan hidup yang selaras, sistem filsafat etika dan suatu agama yang berkebebasan serta beralasan. “Janganlah berbuat kejahatan, berbuatlah kebaikan dan sucikanlah pikiran”.

Perilaku moral warga masyarakat memainkan peranan yang sangat penting dalam agama ini. Guru Agungnya pernah mengatakan, “Ajaranku tidak untuk datang dan percaya, tetapi datang, lihat, dan laksanakan”. Ini mendorong orang-orang untuk mempelajarinya sepenuhnya dan dengan demikian memungkinkan mereka menggunakan pertimbangan sendiri untuk memutuskan apakah mereka akan menerima ajaran itu atau sebaliknya. Tak seorangpun diminta datang untuk memeluk agama ini tanpa terlebih dahulu memilki pengertian tentang ajaran ini.

Upacara-upacara dan ritual-ritual yang berlebihan tidak mempunyai nilai atau arti penting keagamaan sejati. Tak ada kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek takhayul atau doktrin rahasia dalam agama ini. Segalanya terbuka untuk dipilih oleh orang yang berkebebasan untuk menyelidiki dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bilamana mereka ingin melenyapkan kesangsian-kesangsian mereka. Menurut pendiri agama besar ini, seseorang hendaknya tidak mempercayai sesuatu semata-semata hanya karena suatu hal itu telah diajarkan oleh seorang guru besar, atau karena telah diterima sebagai tradisi, tetapi seseorang hendaknya menggunakan akal sehat dan kecerdasan, dan menerimanya hanya jika hal itu bermanfaat dan pantas untuk dilakukan.

Agama ini mengajarkan bahwa Jalan Mulia Berunsur Delapan yang terdiri atas Pengertian benar, Pikiran benar, Ucapan benar, Perbuatan benar, Penghidupan benar, Daya upaya benar, Perhatian benar, dan Pemusatan pikiran benar, sebagai Jalan Tengah yang unik untuk melenyapkan penderitaan hidup, yang dialami oleh semua makhluk dalam pengembaraannya.

Jalan Tengah ini bukanlah suatu jalan untuk bersifat metafisik ataupun suatu jalan ritualistis; bukanlah dogmatisme, bukan skeptisme, bukan kemelekatan pribadi, bukan pengorbanan pribadi; bukanlah ajaran eternalisme atau nihilisme; jalan ini adalah suatu jalan pencerahan, suatu sarana pembebasan dari penderitaan. Agama ini tidak pernah mengajarkan bahwa umat manusia menderita dalam dunia ini karena “dosa-dosa” yang dilakukan oleh para leluhur; sebaliknya, setiap orang membawa jasa baik atau keburukan masing-masing. Manusia semata-semata bertanggung jawab atas penderitaan atau kebahagiaan dirinya sendiri.

Orang yang mengikuti Jalan Tengah ini yang diperkenalkan oleh agama ini niscaya akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.

MEMETIK APA YANG ANDA TABURKAN

Agama ini memenuhi aspirasi-aspirasi manusia yang sangat dalam dan agung dan bahkan dapat menahan tekanan dan ketegangan kehidupan manusia setiap hari dengan membantunya dalam hubungan mereka dengan sesamanya, di samping memberikan tujuan hidup. Agama ini tidak menanamkan ketakutan pada warga masyarakat. “Kebaikan akan menghasilkan kebaikan dan kejahatan akan menghasilkan kejahatan”.

“Setiap perbuatan mendatangkan akibat”. Ini adalah hukum yang universal.

Agama ini benar-benar sejalan dengan hukum-hukum ini sehingga orang harus “memetik apa yang mereka taburkan”. Perbuatan-perbuatan jahat dilakukan oleh orang-orang karena keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan. Kelemahan tersebut hanya dapat diatasi melalui penyadaran diri sendiri. Dengan alasan ini, agama ini mengatakan : “Kita adalah hasil dari apa yang pernah kita lakukan dan akan menjadi hasil dari apa yang kita lakukan”.

Menurut ajaran ini, sebab dan akibat memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap kehidupan. Dalam lingkaran sebab akibat, suatu sebab pertama tak dapat dibayangkan karena sebab pertama menjadi akibat dan suatu akibat pada gilirannya akan menjadi sebab.

SEORANG GURU AGUNG

Pendiri agama yang unik ini bukanlah suatu mitos, melainkan seorang guru agung yang benar-benar hidup di dunia ini. Beliau tidak pernah mencoba memperkenalkan dirinya sebagai makhluk adikodrati, tetapi sebagai makhluk biasa yang telah menyelami kebenaran, rahasia kehidupan dan sebab penderitaan dan kebahagiaan yang sebenarnya. Sekarang guru agung ini tidak hanya dihormati oleh ratusan juta pengikutnya, tetapi juga oleh setiap orang yang beradab dan berakal di seluruh dunia. Manusia mulia, pembebasan, pembaharuan sosial, demokrat, pendorong dan pemberi inspirasi dalam kehidupan yang jauh lebih luhur, beliau wafat pada usia 80 tahun , dengan meninggal pesan bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dalam keadaan sekarang ini maupun keadaan yang akan datang dan akhirnya untuk mencapai kebahagiaan yang langgeng.

Guru agung ini menyenangkan orang yang putus asa dengan kata-kata menghibur. Beliau menolong orang yang miskin dan terlantar. Beliau memuliakan kehidupan mereka yang tertipu dan membersihkan kehidupan kota kaum penjahat. Beliau mendorong mereka yang lemah, menyatukan mereka yang terpecah, menerangi mereka yang dihinggapi ketidaktahuan, menjernihkan mistik, membimbing mereka yang mau dibimbing, mengangkat kaum hina dan menghargai kaum yang mulia. Baik orang kaya maupun orang miskin, orang suci maupun orang jahat sama-sama mencintai-Nya. Para raja yang lalim atau raja yang budiman, pangeran, para jutawan yang murah hati dan kikir, para sarjana yang sombong atau yang rendah hati, fakir miskin, pemakan bangkai, para algojo, para pelacur yang hina – semuanya mendapat manfaat melalui ujar-ujar kebijaksanaan dan welas asih-Nya.

Teladan mulia-Nya merupakan sumber aspirasi bagi kita semua. Wajahnya yang tenang dan damai benar-benar menyejukkan pandangan mata yang saleh. Pesan-Nya tentang perdamaian dan toleransi disambut oleh semua orang dengan suka cita yang tak terlukiskan dan selalu menguntungkan setiap orang yang mendapat kemujuran untuk mendengar dan melaksanakannya. Kemauan-Nya yang membaja, kebijaksanaan-Nya yang mendalam, cinta universal, welas asih yang tak terbatas, pelayan tanpa pamrih, pelepasan duniawinya yang histeris, kesucian-Nya yang sempurna, kepribadian-Nya yang magnetis, cara-cara teladan yang digunakan, untuk menyebarkan ajaran-Nya dan sukses akhir Beliau – semua itu telah mendorong sekitar seperlima penduduk dunia sekarang ini untuk menyambut guru ini sebagai Guru Besar Keagamaan Utama mereka.

Guru yang mulia ini mengorbankan kebahagiaan duniawi-Nya untuk kepentingan umat manusia yang menderita untuk mencari kebenaran guna menunjukkan jalan pembebasan dari penderitaan. Beliau mengunjungi orang-orang miskin, sementara para raja dan para menteri mengunjungi beliau. Selama 45 tahun setelah pencapaian penerangan sempurna, Beliau mengabdikan hidup-Nya demi umat manusia yang menderita.

Guru Agung ini tidak pernah merasa khawatir dan tidak akan menanamkan kekhawatiran kepada siapapun. Ini adalah salah satu prinsip yang harus dikembangkan di dalam dunia kita yang dilanda peperangan ini, tempat satu-satunya hal yang paling berharga – yaitu kehidupan sampai-sampai dikorbankan di atas kekuatan biadab yang dilengkapi dengan sifat menakut-nakuti, kecurigaan dan kebencian.

Beliau adalah ilmuwan sempurna dalam bidang kehidupan; begitu pengaruh Beliau sehingga ajaran-ajaran-Nya dianggap sebagai agama bercorak ilmu pengetahuan. Beliau melihat manusia itu melalui penelitian yang seksama dalam arti Nama Rupa dan membuktikan kemampuan sejati manusia di atas landasan Kebenaran. Beliau memancarkan secercah cahaya Penerangan Agung yang menguak kegelapan ketidaktahuan.

Sebagai seorang moralis, Beliau mempunyai aturan disiplin termulia dan Beliau adalah teladan sempurna dari semua kebajikan yang Beliau khotbahkan.

Tak pelak lagi Beliau adalah guru agama yang paling meyakinkan meskipun tidak menggunakan unsur-unsur menakut-nakuti sebagai cara memperoleh pengikut.

Beliau adalah pelayan yang paling rendah hati dilihat dari segi kemanusiaan, penuh keseimbangan jiwa terhadap pujian atau celaan, dan tak tergoyahkan oleh penderitaan yang sangat parah sekalipun.






Sabda Sang Buddha (55) : Metta





Jumat, Maret 21, 2014

Ibu Gajah yang Buta

Ibu Gajah yang Buta

Dahulu kala, di sebuah kaki bukit di pegunungan Himalaya, di dekat sebuah kolam teratai, lahirlah seekor bayi gajah. Bayi gajah ini luar biasa indah menawan, putih bersih seperti salju dengan wajah yang sedikit bersemu kemerahan seperti warna batu karang. Belalainya berkilau indah bagaikan utas tali yang berwarna keperakan, gadingnya yang kuat dan kokoh membentuk sedikit leng­kungan yang manis.

Ia selalu mengikuti ibunya ke manapun. Ibu Gajah memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari pohon-pohon yang tinggi dan kemudian memberikannya. “Kamu dulu, baru Ibu,” Ibu Gajah ber­kata. Ia kemudian dimandikan oleh ibunya di kolam teratai yang sejuk diantara semerbak keharuman bunga. Dengan belalainya, Ibu Gajah menghisap air lalu menyemprotkannya ke kepala dan punggung anaknya hingga bersih mengkilap. Kemudian Anak Gajah ini diam-diam mengisi belalainya, dan dengan hati-hati menyemprotkan tepat ke dahi ibunya. Tanpa berkedip, Ibu Gajah balas menyemprotkan air. Balas membalas menyemprot, mereka dengan gembira saling mem­basahi satu sama lain. Splish! Splash!

Setelah lelah bermain, mereka kemudian beristirahat di atas tanah yang lembut dengan kedua belalai melengkung dan saling membelit satu sama lain. Di bawah bayang-bayang sore hari, Ibu Gajah beristira­hat di balik keteduhan pohon jambu air, sambil melihat pu­tranya bermain dengan penuh keriangan bersama anak-anak gajah lainnya.

Gajah kecil tumbuh dan tumbuh hingga ia menjadi gajah tergagah dan terkuat dalam kawanannya. Pada saat yang bersamaan, Ibu Gajah pun menjadi semakin tua. Gadingnya mulai retak dan menguning, dan tidak lama kemudian Ibu Gajah menjadi buta. Anak Gajah yang telah tumbuh dewasa dan kuat ini kemudian memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari pohon-pohon yang tinggi dan memberi­kannya kepada ibunya yang telah tua dan buta yang amat ia sayangi. “Ibu dulu, baru Aku,” ia berkata.

Ia memandikan ibunya di kolam teratai yang sejuk diantara semer­bak keharuman bunga. Dengan belalainya, ia menyemprotkan air ke kepala dan punggung ibunya hingga bersih mengkilap. Setelah itu, mereka kemudian beristirahat di atas tanah yang lembut dengan kedua belalai saling membelit satu sama lain. Di bawah bayang-bay­ang sore hari, Anak Gajah menuntun ibunya untuk beristirahat di balik keteduhan pohon jambu air. Ia kemudian pergi bersama gajah-gajah yang lain.

Suatu hari seorang raja pergi berburu dan melihat seekor gajah putih yang begitu indah. “Luar biasa indah! Aku harus memilikinya sebagai peliharaan untuk ditunggangi!” Raja lalu menangkap gajah tersebut dan membawanya ke kandang istana. Raja memberikan kain sutra dan permata yang indah serta untaian kalung bunga teratai kepada gajah tersebut. Raja juga memberikannya rumput manis dan buah-buahan yang lezat serta air murni yang segar untuk diminum.

Akan tetapi, gajah tersebut tidak mau makan ataupun minum. Ia terus menerus menangis, dan menjadi semakin kurus dari hari ke hari. “Ga­jah yang mulia,” Raja berkata, “Aku menyayangimu dan memberimu sutra dan permata. Aku juga memberikan makanan terbaik dan air termurni, namun Engkau tidak juga mau makan dan minum. Lalu apa yang bisa membuatmu bahagia?” Gajah tersebut menjawab, “Sutra  dan permata, makanan dan minuman tidak membuatku bahagia. Ibuku yang sudah tua dan buta sedang sendirian di hutan tanpa ada seorangpun yang merawatnya. Walaupun aku akan mati, aku tidak akan makan dan minum sebelum aku memberikannya terlebih dahulu kepada Ibu.”

Raja terharu dan berkata, “Tidak pernah aku menyaksikan kebaikan yang sedemikian rupa, bahkan diantara manusia. Tidaklah benar untuk mengurung gajah ini.” Setelah dilepaskan, gajah tersebut segera ber­lari diantara bebukitan mencari ibunya. Ia menemukan ibunya di tepi kolam teratai. Ibu Gajah berbaring di atas lumpur, terlalu lemah untuk bergerak. Dengan air mata yang membasahi pelupuk matanya, Anak Gajah tersebut mengisi belalainya dengan air dan menyemprotkan ke kepala dan punggung ibunya hingga bersih mengkilap. “Apakah hujan?” Ibu Gajah bertanya-tanya, “atau anakku telah kembali?” “Ini anakmu, Ibu!” ia berseru, “Raja telah membebaskan aku!” Ketika ia membersihkan mata ibunya, terjadi keajaiban. Penglihatan ibunya pulih kembali. “Semoga Raja hari ini berbahagia sebagaimana kebaha­giaanku bisa melihat anakku kembali!” Ibu Gajah berkata.

Anak Gajah kemudian memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari sebuah pohon dan memberikannya kepada ibunya, “Ibu dulu, baru Aku.”

Anda tentunya dapat menduga siapa Anak Gajah? Anak Gajah ini adalah Buddha pada kelahiran Beliau sebelumnya. Ya, kasih sayang lah yang menggerakkan dunia ini. Kita bisa berada di dunia ini juga karena adanya kasih sayang. Kasih sayang dari orang tua kita, keluarga, saudara, sahabat dan tak terkira banyaknya benih-benih kepedulian dan kasih dalam dunia ini.

Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayangnya tanpa batas.
(Metta Sutta)

-oOo-





Kekuatan Metta yang Mempesona

Kekuatan Metta yang Mempesona
Oleh: Nârada Mahâthera

Pada suatu hari Sang Buddha dan para bhikkhu mengunjungi kota Kusinara. Kabar gembira tentang kedatangan Beliau tersebar luas di antara suku Malla, dan mereka mengeluarkan maklumat yang disetujui bersama bahwa barang siapa di antara mereka tidak pergi memberi selamat datang kepada Sang Buddha akan didenda 500 mata uang.

Roja, seorang bangsawan suku Malla yang pernah menjadi sahabat dari Bhikkhu Ananda, menyambut Sang Buddha, kemudian mendekati Bhikkhu Ananda, memberi salam dan duduk di sebelahnya.

"Sungguh baik engkau, O Roja. Dengan bersusah payah engkau datang memberi selamat datang kepada Sang Bhagava", kata Bhikkhu Ananda.

"Bukan demikian, Bhikkhu Ananda. Bukanlah karena hormat kepada Sang Buddha, Dhamma dan Sangha yang membuat aku datang menyambut Sang Bhagava. Kami sudah mewajibkan di antara kami bahwa, barang siapa yang tidak datang menyambut Sang Buddha akan didenda 500 mata uang. Karena takut didenda itulah aku datang kemari".

Bhikkhu Ananda tidak gembira mendengar ucapan yang tak terduga itu; menghadap Sang Buddha, dan mohon kepada Sang Tathagata untuk menjelaskan Dhamma Beliau kepada Roja dari suku Malla supaya dia mengerti akan Dhamma.

"Adalah tidak sukar Ananda, bagi Sang Tathagata untuk menerangkan Dhamma kepada Roja, dan menariknya ke dalam Sasana", jawab Sang Buddha.

Segera Beliau pancarkan pikiran-plkiran penuh metta kepada Roja dari suku Malla itu, lalu Beliau masuk ke kamar-Nya. Seluruh tubuh Roja dari suku Malla itu ditembusi oleh cahaya cinta kasih yang dipancarkan oleh Sang Buddha. Badan jasmaninya dipenuhi dengan pikiran-pikiran metta yang amat besar, sehingga ia tidak mampu menguasai dirinya lagi. Roja merasakan dirinya tertarik oleh kekuatan yang tak nampak dan sukar untuk ditolaknya. Bagalkan anak sapi yang lari membayangi ibunya. Roja tergesa-gesa berlarian dari satu kamar ke kamar yang lain dan bertanya, "Para Bhante, di manakah Sang Bhagava, Arahat, Samma Sambuddha kini berada? Aku ingin menemui Beliau".

"O Roja yang balk, di sanalah kamar Sang Buddha yang pintunya tertutup, berjalanlah pelan-pelan, jangan berisik, dan ketuklah pintunya. Sang Buddha akan membukakan pintu untukmu".

Roja dari suku Malla berbuat sesuai dengan yang ditunjukkan kepadanya. Sang Buddha membuka pintu, Roja masuk, memberi hormat dan duduk di sampingNya.

Dengan penuh kasih sayang Sang Tathagata membabarkan Dhamma kepadanya, setahap demi setahap. Pertama-tama Sang Bhagava mengajarkan tentang dana, sila, dan pengendalian pikiran, kemudian tentang hal-hal buruk dari kesenangan duniawi dan berkah-berkah dari pengorbanan dan pelepasan. Ketika Sang Buddha melihat bahwa batin Roja sudah cukup masak untuk mengerti Dhamma yang lebih dalam. Beliau mulai menerangkan Empat Kesunyataan Mulia.

Seketika itu Mata-Kebenaran (Dhamma-Cakkhu) timbul dalam dirinya, dan Roja menjadi salah seorang yang mencapai tingkat kesucian.

Metta atau cinta kasih mempunyai kekuatan gaib. Hati yang suci bersih, yang terkonsentrasi penuh akan memancarkan sinarnya, dapat merubah sifat liar dan buas menjadi jinak, merubah seorang pembunuh menjadi seorang rahib yang luhur.

Kekuatan gaib dari metta dapat menjangkau semua makhluk. Hanya ketekunan dan tekad yang diperlukan untuk mendapatkannya.

Praktekkan metta dan pergi tidur. Anda pasti akan tertidur lelap, dan keesokan harinya akan bangun dengan wajah berseri-seri.

Bangunlah tiap hari dengan bahagia dan pancarkan metta. Semua orang akan mencintaimu seperti engkau mencintai mereka. Tiada kekuatan jahat yang akan mengusikmu sebab engkau sudah dilindungi oleh kekuatan metta. Pikiran menjadi tenang dan engkau hidup dalam sorga ciptaanmu sendiri. Orang-orang yang bergaul denganmu akan merasakan kedamaian dan kegembiraan yang mempesona.

Berpikir dan hiduplah dalam metta, berbuatlah lebih banyak lagi dalam ucapan dan perbuatanmu setiap hari. Dengan demikian engkau tidak akan menutup diri dalam suatu ruangan yang sumpek. Diskriminasi dan segala perbedaan lambat laun akan lenyap. Sang 'Aku' menyerap kesemuanya dan tidak akan ada 'Aku' lagi. Pada akhirnya engkau akan menjadi satu dengan 'semua' (sabbatta). Inilah titik tertinggi dari metta —cinta kasih.***

Sumber:
Buku Peresmian Pembukaan Perpustakaan Narada; Yayasan Jakarta Dhammacakka Jaya; 21 Oktober 1989

-oOo-



Jangan Seperti Si Kepiting

Jangan Seperti Si Kepiting

Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki. Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah.

Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat. Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri. Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting. Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar. Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun! Dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar. Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.

Begitu pula dalam kehidupan ini. Tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu. Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener. Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya. Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini. Pertanda seseorang adalah si "kepiting" adalah:

1.    Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak.

2.    Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan.

3.    Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri. ..Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, sebab dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya.

Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

-oOo-


Cinta, Kekayaan, Kesuksesan

CINTA, KEKAYAAN, KESUKSESAN

Suatu ketika, ada seorang perempuan yang kembali pulang ke rumah,dan ia melihat ada 3 orang laki-laki berjanggut yang duduk di halaman depan. Perempuan itu tidak mengenal mereka semua. Perempuan itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut.

Laki-laki berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?

Perempuan itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar. "Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali, kata laki-laki itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.

Perempuan itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata laki-laki itu hampir bersamaan.

"Lho, kenapa? tanya perempuan itu karena merasa heran.

Salah seorang laki-laki itu berkata, "Nama dia Kekayaan,"katanya sambil menunjuk seorang laki-laki berjanggut di sebelahnya, dan "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu laki-laki berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta.  Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu.

Perempuan itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan laki-laki di luar. Suaminya pun merasa heran. "Oh...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta. Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka.

"Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.

Perempuan itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 laki-laki itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.

Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Oh..ternyata, kedua laki-laki berjanggut lainnya pun ikut serta.

Karena merasa ganjil, perempuan itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

"Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?

Kedua laki-laki yang ditanya itu menjawab bersamaan; "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”

-oOo-