Senin, April 01, 2019

Anak dan Kalkulatornya ( Berbakti kepada orang tua)

ANAK DAN KALKULATORNYA
(Berbakti kepada orang tua)
Upa. Amaro Tanhadi


Ketika orang tua melihat anaknya mengalami sakit dan harus mendapatkan perawatan medis di rumahsakit, orang tua akan berjuang sepenuh hati dan habis-habisan, bahkan mempertaruhkan seluruh hartanya demi kesembuhan si anak dari sakitnya.

Namun, 

Ketika giliran orang tuanya yang sakit, dan harus mendapatkan perawatan medis di rumahsakit, si anak diam-diam  mengeluarkan kalkulator dan mulai hitung-hitungan untuk menyelamatkan harta bendanya agar tidak ikut terkuras untuk membiayai perawatan orang tuanya.

Disinilah perbedaan nilai dan makna cinta kasih antara orang tua dan anak,  dan ini adalah fakta yang terjadi pada beberapa anak zaman sekarang yang krisis terhadap nilai-nilai moral, etika dan bakti terhadap orang tuanya sendiri.

Anak yang berbakti terhadap orang tuanya akan menyimpan dan menggunakan kalkulatornya hanya untuk urusan bisnis, dan bukan untuk menghitung untung dan rugi demi  menyokong kehidupan orang tuanya yang sedang mengalami kesulitan soal  finansial atau sudah tidak produktif lagi, dan terlebih lagi bila orang tuanya dalam keadaan sakit dan butuh pertolongan.

Semoga para sahabat se-Dhamma disini, yang masih memiliki orang tua,  janganlah lupa atas budi baik orang tua kita yang telah berjasa besar merawat, mendidik dan melindungi serta mencurahkan cinta kasih dan kasih sayangnya terhadap kita sejak kita dilahirkan.

Bagi yang orang tuanya sudah meninggal, limpahkanlah jasa-jasa kebajikan yang telah kita lakukan kepada mereka, agar mereka berbahagia dan terkondisikan untuk terlahir di alam yang bahagia.

Apapun dan bagaimanapun caranya, lakukanlah yang terbaik dan semampu yang dapat kita lakukan untuk membuat mereka  bahagia. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur dan tahu berterima kasih atas kebaikan orang lain yang telah berjasa kepada kita dan betekad untuk membalas budi baik mereka. (katannukatavedi).

Semoga bermanfaat.

Mettacittena,
Semoga semua makhluk hidup bahagia.

Lalu, Aku ini Siapa?

LALU, AKU INI SIAPA ?
Upa. Amaro Tanhadi


Sudah begitu lamanya kita terbelenggu dengan konsep adanya sang "AKU", dan ketika kita dihadapkan pada konsep "Tidak ada AKU yang kekal", kegamangan timbul. Jika tidak ada "AKU", lalu aku ini  siapa?

Anda bingung? Saya lebih bingung. Tidak apa, itu normal untuk ukuran manusia awam. Hanya seorang yang telah mencapai tingkat kesucian yang dapat menembus dan merealisasikan pengertian "Anatta"  ini.

Konsep "tidak ada aku yang kekal" (Anatta) merupakan konsep yang sangat unik dan spesifik Buddhism, konsep ini tidak ada dalam ajaran agama lain. Anatta merupakan satu corak kehidupan dari 3 corak kehidupan dalam buddhism. Dua yang lain yaitu Dukkha dan Anicca ( segala sesuatu yang berkondisi akan berubah).

Dari 3 corak kehidupan. Anicca, Dukkha dan Anatta, Konsep Anatta merupakan konsep yang paling sulit dipahami dan paling sering disalah-pahami, karena menyangkut eksistensi dari ego atau sang AKU itu sendiri. Betapa sulitnya bagi si aku untuk memahami bahwa 'AKU' itu tidak ada. Namun pengertian 'tidak ada' ini bukanlah kekosongan semata. Yang dimaksud dengan ' tidak ada aku' disini adalah tidak ada aku/inti/roh didalam tubuh kita ini.

Mungkin anda bertanya kembali, jika tidak ada inti/roh, lalu siapa yang bertumimbal lahir setelah meninggal? Bukankah sering dikatakan bahwa si A kelahiran yang lampau adalah si Anu. Lalu apakah si A dan si Anu itu sama atau berbeda? Tidak 100% sama dan tidak 100% berbeda. Anda bingung lagi? Saya juga lebih bingung. 

Dengan sedikit perenungan, kita coba flash back hidup kita saat ini. Mulai sejak kita kecil, bersekolah, kuliah, bekerja, menikah sampai sekarang apakah kita sama? atau kita berbeda? Secara jasmani maupun rohani kita berbeda, tetapi juga tidak berbeda 100% karena kalau berbeda 100% maka anda bukan lagi anda yang dulu. Orang lain akan menyangkal kita dan bertanya-tanya bagaimana dengan DNA nya dsb.

 Proses kematian juga seperti itu. Sama seperti saat kita tumbuh dari kecil lalu dewasa. Bedanya adalah proses kita tumbuh dapat kita lihat, tetapi proses kematian hanya segelintir orang yang punya kemampuan melihat proses dari si Anu meninggal menjadi lahir si A.

Pada hakikatnya, "AKU" hanyalah merupakan perwujudan dari perpaduan unsur-unsur  fisik dan mental; yang berada dalam arus perubahan yang terus menerus dan saling bergantungan di dalam hukum sebab dan akibat. Untuk merealisasikan ajaran Anatta ini dibutuhkan perenungan yang sangat  mendalam dan kebijaksanaan yang timbul dari pandangan terang. Dan hanya dalam Dhamma, segala bentuk kegamangan tentang "Anatta" akan berubah menjadi sebuah keyakinan yang kokoh dan tak tergoyangkan.

Semoga bermanfaat bagi perenungan kita bersama.

Mettacittena,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

                              -oOo-

Hidup ini Singkat

HIDUP INI SINGKAT
(Renungan bagi yang berusia tua)
Upa. Amaro Tanhadi


Hidup ini terasa makin singkat.
Tiada perlindungan bagi orang yang sudah berusia tua terhadap kematian yang tidak pernah memberitahukan saat kedatangannya.

Dengan menyadari tanda-tanda kondisi fisik yang semakin rapuh ini, adalah sangat baik untuk memahami bahwa dengan rela atau pun tidak rela, tubuh ini akan terbaringkan dan segera kita tinggalkan.

Namun, dengan sedikit waktu yang masih tersisa ini, kiranya belumlah terlalu terlambat untuk senantiasa menambah perbuatan baik dan berusaha dengan tekun untuk membersihkan kekotoran batin kita sendiri.

Dan sudah saatnya bagi kita untuk melepaskan simpul-simpul yang selama ini menjerat dan membelenggu batin kita dari bentuk-bentuk nafsu keinginan dan kemelekatan terhadap sesuatu yang selama ini kita genggam dengan erat. Sehingga pada saatnya nanti, kita dapat melanjutkan perjalanan pada kehidupan yang berikutnya dengan batin yang jernih dan bahagia, dan Semoga demikian adanya.

                              -oOo-

Sila dan Dana

SILA DAN DANA
Upa. Amaro Tanhadi


Di dunia ini, melindungi dan menjaga orang lain dari penderitaan merupakan suatu perbuatan mulia. Demikian pula untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran orang lain juga merupakan perbuatan mulia. 

DANA berarti membantu orang lain untuk memperoleh kesejahteraan. Menjalankan SILA berarti melindungi orang lain dari penderitaan.

FUNGSI DANA
- Memberikan bantuan kepada orang miskin adalah termasuk dalam dana.

- Memenuhi empat kebutuhan pokok  para Bhikkhu juga termasuk dana.

- Memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan juga termasuk dana.

Mereka yang benar-benar mengerti manfaat dana akan selalu menyadari bahwa berdana adalah perbuatan benar.

FUNGSI SILA (Kemoralan)
Fungsi sila adalah untuk melindungi makhluk lain dari penderitaan. Sila pertama dari Lima Sila Buddhis adalah menghindari pembunuhan semua makhluk hidup.

Mari kita renungkan akibat buruk dari PELANGGARAN SILA PERTAMA ini;  Bayangkan berapa banyak hewan laut, ternak, ayam, dan makhluk lainnya  terbunuh karena tidak menjalankan sila pertama. Pembantaian merajalela, yang   akhirnya menuju pada peperangan serta pertumpahan darah. Ini semuanya adalah contoh bahwa sila pertama tidak seharusnya dilanggar, karena ini akan menyebabkan malapetaka bagi setiap makhluk yang tinggal di bumi ini.

Dengan menjalankan sila menghindari  pembunuhan, kita secara individual  telah menyelamatkan hidup makhluk lain, dan secara bersama-sama kita semua telah menyelamatkan hidup makhluk lainnya dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya. Sila menjamin keselamatan semua makhluk dan memperluas pengembangan Metta (cinta kasih universal), Karuna (belas kasihan, welas asih) dan Mudita (turut bersukacita atas kesuksesan, kesejahteraan dan kemakmuran pihak  lain) terhadap semua makhluk. Dengan demikian dunia akan menjadi tempat tinggal yang nyaman, tempat semua makhluk hidup berbahagia.

PERBANDINGAN
Sekarang kita telah melihat kebaikan dana dan aturan moralitas yang pertama. Kita akan lebih yakin bahwa sila lebih unggul dibandingkan dengan dana. 

Kita bisa bandingkan besarnya kegembiraan yang dirasakan oleh seseorang yang (1)menerima pemberian (derma) dan (2)seseorang yang hidupnya telah diselamatkan dari kematian. Tentunya yang kedua bernilai ribuan kali lebih gembira dibanding yang pertama. Begitu juga kegembiraan seseorang yang kelaparan kemudian diberi makan dan kegembiraan seseorang yang hukuman matinya dicabut, tentunya sangat berbeda. Kegembiraan karena mendapatkan makanan tidak bisa dibandingkan dengan kegembiraan orang yang terbebas dari hukuman mati.

Semoga saya, Anda dan kita semuanya  yang telah bertekad melatih diri untuk tidak melanggar Pancasila Buddhis, dapat menjalankannya dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari.
_______
Catatan :
* Study perbandingan antara dana dan sila ini BUKAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK MEMILIH DAN  MENGABAIKAN SALAH SATU DIANTARANYA dalam melaksanakan perbuatan bajik yang hendak kita lakukan, tapi keduanya kita lakukan secara bersama-sama demi keselamatan dan kesejahteraan bagi semua makhluk hidup yang berada dalam jangkauan kita.

Semoga tulisan pendek ini dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya.

Sadhu, sadhu, sadhu 

Mettacittena,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

-