Oleh : Tanhadi
Bila kita merenungkan pertanyaan ini :
"Pernahkah umat Buddhis bersyukur ?",
"Kepada siapakah umat Buddhis bersyukur ?"
lalu : "Dengan cara apa dan bagaimana umat Buddhis bersyukur ?"
1). Pernahkah umat Buddhis bersyukur ?
Tentu saja, bahkan semua umat Buddhis diajarkan oleh Sang Buddha untuk melatih pikirannya setiap saat dengan cara "mensyukuri" apapun yang telah dimiliki saat ini, sehingga secara perlahan-lahan dapat mengikis ketamakan-ketamakan (lobha) yang timbul dari dalam diri kita sendiri.
2). Kepada Siapakah umat Buddhis bersyukur ?
Pada dasarnya kita bersyukur melalui sikap batin dan perbuatan kita sendiri. Bersyukur tidak cukup hanya melalui ucapan saja, tapi kita harus merealisasikannya dalam bentuk-bentuk perbuatan yang nyata.
Sebagai contoh : Banyak diantara teman kita yang sebelum makan mengucapkan rasa beryukurnya dengan berdoa...,akan tetapi begitu dia memakan makanan yang telah tersedia itu, dia berkomentar...yang nggak enak-lah...yang hambar-lah...yang begini dan begitu, pokoknya nggak suka terhadap makanan itu, kemudian ia-pun tidak menghabiskan makanannya..., hal ini tampak dengan jelas sekali bahwa sesungguhnya antara sikap dan perbuatannya tidak sesuai dengan kenyataannya.
3). Dengan cara apa dan bagaimana umat Buddhis bersyukur ?
Sang Buddha telah mengajarkan kepada kita untuk melihat 'segala sesuatu apa adanya'...., Orang yang berbahagia adalah orang yang selalu merasa puas terhadap pencapaian/ hasil dari apa yang telah ia perjuangkan..., ini bukan berarti kita pasrah atau malas-malas-an dan tidak mau maju...; tetapi kita harus dapat menerima kenyataan apa adanya...bahwa semua yang diterima adalah hasil dari suatu upaya kerja keras /perjuangan.
Seseorang yang selalu merasa tidak puas akan melakukan dengan cara apapun untuk memenuhi kepuasannya...dan tidak akan pernah berhenti untuk mengejar dan mencari kepuasan-kepuasan berikutnya yang sesungguhnya tidak akan pernah ia temukan dan tentu saja akan membuatnya gelisah, cemas, khawatir dan menderita...,kecuali ia menyadari akan hal itu dan mensyukuri apa yang telah ia dapatkan.
Apakah ada jaminan bahwa orang yang kaya raya itu merasa puas dan bahagia karena berkelimpahan harta dan kesenangan jasmani ? Belum tentu bukan ? banyak contoh untuk hal ini disekitar kita...
Bagi seorang laki-laki yang sudah berumah tangga : Bersyukurlah bahwa saat ini kita masih bisa menikmati makanan yang telah disediakan oleh isteri kita, yang telah bersusah-payah memikirkan makanan yang kita sukai ,ia pergi berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan, ia mengolah masakan itu sedemikian rupa dengan harapan sang suami akan menyukai masakannya..., apa yang terjadi jika saat itu kita berkomentar : "duh...masakanmu rasanya enggak enak...masih kalah dengan masakan si A, si B..". Sungguh kata-kata yang seperti itu selain tidak bijaksana , juga akan mengecewakan hati isteri kita...., semua itu karena kita tidak merasa puas dan tidak mensyukuri seperti apa adanya.
Sebaliknya bagi seorang isteri : Bersyukurlah bahwa Sang suami masih memiliki tanggung jawab untuk memberikan nafkah dengan kerja kerasnya..,tidak peduli berapapun hasil yang ia dapatkan...syukurilah dan puaslah dengan yang telah didapat saat ini apa adanya......
Bagi para pemuda-pemudi remaja yang segala sesuatunya masih menjadi tanggung jawab orang tua kita : Bersyukurlah bahwa orang tua kita masih bisa menyediakan kebutuhan-kebutuhan kita, dari soal makan, pakaian, tempat tinggal, hiburan, pendidikan/sekolah, uang saku dsb.., jangan pernah membuat mereka merasa kecewa, apalagi menyakiti hatinya yang hanya dikarenakan kita merasa tidak puas terhadap sesuatu yang diberikannya...., makanlah dan nikmatilah apapun masakan yang telah disediakan orang tua kita dengan perasaan beryukur, orang tua kita akan tersenyum dan kita-pun kenyang.
Semua orang pasti ada kelebihan dan kekurangannya dan tidak akan pernah ada seseorang yang dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada diri kita. Terimalah semua seperti apa adanya.
Pandanglah makanan sebagai makanan , bukan hanya sebagai pemuas nafsu lapar. Pandanglah rumah sebagai tempat berteduh, bukan untuk gengsi-gengsi-an. Pandanglah pakaian sebagai penutup badan, bukan sebagai alat untuk pamer dan bersaing mahal-mahal-an / ber-Merk.
Terimalah semuanya itu dengan rasa puas dan bersyukur, kitapun akan merasa berbahagia, lepas dari rasa iri, keserakahan dan keinginan yang bukan-bukan (buruk). Dengan bisa menjaga pikiran, ucapan dan perilaku jasmani, kita akan bisa merasakan kepuasan dan kebahagiaan bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Sifat dan sikap merasa tidak pernah puas dan tidak mensyukuri apa adanya, akan membawa kita lebih jauh terseret dalam lingkaran kekecewaan dan penderitaan yang berkepanjangan.
4). Apa pendapat anda tentang "Tuhan telah membagikan Rejeki kepada umatnya sesuai dengan jatahnya masing-masing...?"
Didalam Ajaran Sang Buddha disebutkan bahwa Hukum Karma-lah yang bekerja dan yang membuat perbedaan-perbedaan diantara semua makhluk di 31 alam kehidupan ini...
"Semua makhluk memiliki kammanya sendiri,
mewarisi kammanya sendiri,
lahir dari kammanya sendiri,
lahir dari kammanya sendiri,
berhubungan dengan kammanya sendiri,
terlindung oleh kammanya sendiri.
Kammalah yang membuat semua makhluk
menjadi berbeda, hina atau mulia".
menjadi berbeda, hina atau mulia".
( Majjhima Nikaya 55 )
"Mari kita bangkit dan berterima kasih,
karena meskipun hari ini kita tidak belajar banyak,
setidaknya kita belajar sedikit.
Bila kita tidak belajar sedikit, setidaknya kita tidak sakit.
Bila kita sakit, setidaknya kita masih hidup.
Maka, mari kita bersikap syukur".
( Sang Buddha )
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia