INTROSPEKSI
Oleh : Hendry Filcozwei Jan
Beliau menceritakan, suatu saat beliau didatangi sekelompok pemuda Buddhis. Pemuda Buddhis ini merasa “panas” dengan ucapan pihak lain yang terasa melecehkan agama Buddha. Nasihat apa yang bisa saya berikan? Buddha terkenal ahli dalam membabarkan Dhamma, bisa menyesuaikan dengan keadaan (situasi saat itu dan keadaan pendengarnya).
“Nasihat apa yang jitu untuk pendengar yang sedang emosi?
Untunglah kita punya komik mahabesar dan monumental, yaitu Borobudur ” lanjut Bhante Paññavaro. Di sana terpahat aneka kisah Jataka. Dan saya menceritakan kisah tentang kerbau (binatang yang juga dikonotasikan dungu).
Tersebutlah kisah seekor kerbau.
Suatu saat, kerbau ini sedang diganggu segerombolan kera. Ekornya ditarik, kepalanya dinaikin kera, dan macam-macam lagi tindakan gerombolan kera tersebut. Kerbau tadi hanya diam saja.
Mengapa kerbau ini sabar sekali? Orang yang melihat pun saja rasanya tidak sabar dan ingin membalas. “Hai... kerbau, mengapa engkau diam saja diganggu oleh kera-kera ini” tanya orang. Apa jawab kerbau tadi? “Biarkanlah mereka mengganggu saya, daripada mereka mengganggu harimau mereka bisa mati diterkam.”
Oh...rupanya itu pertimbangan kerbau. Ternyata sikap kerbau yang memilih diam ini ibarat pisau bermata dua. Sebagai Buddhis, kita yakin, apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Diam dan tidak membalas, berarti kita tidak membuat karma buruk yang baru. Ini juga melatih kesabaran kita. Di sisi lain, tindakan ini juga menyelamatkan kera.
“Ya, biarlah kera mengganggu saya. Kalau mengganggu harimau, dia bisa mati diterkam” ucap kerbau. Tapi diamnya kerbau ini, sekaligus juga sebuah pelajaran tersembunyi. Bukan mustahil, suatu saat kera usil ini pun akan mengganggu harimau. Saat itu pula kera akan merasakan akibatnya. Anda pernah dengar ungkapan “Mengalah untuk menang?” Inilah sikap yang dipilih kerbau tadi.
oooOOooo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar