IA YANG MELIHAT DHAMMA , MELIHAT SANG BUDDHA
Vakkali
Sutta
(Bhikkhu Vakkhali mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri karena Ia terkena penyakit kusta sangat parah).
**
Demikianlah yang kudengar. Pada
suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha di Hutan Mambu, Taman
Suaka Tupai. Pada saat itu Yang Mulia Vakkali sedang berdiam di gubuk pengrajin
tembikar, sakit, menderita, sangat sakit. Kemudian Yang Mulia Vakkali berkata kepada
para pelayannya:
“Pergilah, Sahabat-sahabat,
datangilah Sang Bhagavā, berikan hormat atas namaku dengan kepala kalian di
kaki Beliau, dan katakan: ‘Yang Mulia, Bhikkhu Vakkali sedang sakit, menderita,
sangat sakit; ia memberi hormat kepada Bhagavā dengan kepalanya di kaki
Beliau.’ Kemudian katakan: ‘Baik sekali, Yang Mulia, jika Bhagavā sudi mengunjungi
Bhikkhu Vakkali demi belas kasihan.’”
“Baik, Sahabat,” para bhikkhu itu
menjawab, dan mereka mendatangi Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau,
duduk di satu sisi, dan menyampaikan pesan. Sang Bhagavā menyetujui dengan berdiam
diri.
Kemudian Sang Bhagavā merapikan
jubah dan membawa mangkuk dan jubahNya, mengunjungi Yang Mulia Vakkali. Dari
jauh Yang Mulia Vakkali melihat Sang Bhagavā datang dan bangun dari tempat tidurnya.
Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Cukup, Vakkali, jangan bangun dari tempat
tidur. Ada tempat duduk di sini, Aku akan duduk di sini.”
Kemudian Sang Bhagavā duduk di
tempat yang telah disediakan dan berkata kepada Yang Mulia Vakkali: “Aku harap
engkau bertahan, Vakkali, Aku harap engkau menjadi lebih baik. Aku harap
perasaan sakitmu mereda dan bukan meningkat, dan bahwa meredanya, bukan meningkatnya,
terlihat.”
“Yang Mulia, aku tidak dapat
bertahan, aku tidak menjadi lebih baik. Perasaan sakit yang kuat meningkat,
bukan mereda, dan meningkatnya, bukan meredanya, terlihat.”
“Aku harap, Vakkali, engkau tidak
terganggu oleh penyesalan.”
“Sebenarnya, Yang Mulia, aku
memiliki banyak penyesalan.”
“Aku harap, Vakkali, engkau tidak
memiliki alasan untuk mencela dirimu sehubungan dengan moralitas.”
“Aku tidak memiliki alasan apa
pun, Yang Mulia, untuk mencela diriku sehubungan dengan moralitas.”
“Kalau begitu, Vakkali, jika
engkau tidak memiliki alasan apa pun untuk mencela dirimu sehubungan dengan
moralitas, mengapa engkau terganggu oleh penyesalan?”
“Sejak lama, Yang Mulia, aku
berkeinginan untuk mengunjungi Sang Bhagavā, namun aku tidak cukup sehat untuk
melakukannya.”
“Cukup,
Vakkali! Mengapa engkau ingin mengunjungi tubuh menjijikkan ini? Seseorang yang
melihat Dhamma, melihat Aku; seseorang yang melihat Aku, melihat Dhamma. Karena
dalam melihat Dhamma, Vakkali, maka ia melihat Aku; dan dalam melihat Aku, maka
ia melihat Dhamma.
“Bagaimana menurutmu, Vakkali,
apakah bentuk adalah kekal atau tidak kekal?”
“Tidak kekal, Yang Mulia.”…
“Oleh karena itu … Melihat
demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi makhluk ini.’”
Kemudian Sang Bhagavā, setelah
memberikan nasihat kepada Yang Mulia Vakkali, bangkit dari duduknya dan pergi
menuju Gunung Puncak Nasar.
Kemudian, tidak lama setelah Sang
Bhagavā pergi, Yang Mulia Vakkali berkata kepada para pelayannya: “Marilah,
Sahabat-sahabat, angkat aku dari tempat tidur ini dan bawa aku ke Batu Hitam di
Lereng Isigili. Bagaimana mungkin orang sepertiku berpikir untuk mati di tengah-tengah
perumahan?”
“Baik, Sahabat,” para bhikkhu itu
menjawab, setelah mengangkat Yang Mulia
Vakkali dari tempat tidur, mereka membawanya ke Batu Hitam di Lereng Isigili.
Sang Bhagavā melewatkan hari dan
malam itu di Gunung Puncak Nasar. Kemudian, pada larut malam, dua devatā dengan
keindahan memesona mendekati Sang Bhagavā, menerangi seluruh Gunung Puncak
Nasar…. Sambil berdiri di satu sisi, salah satu devatā itu berkata kepada Sang
Bhagavā: “Yang Mulia, Bhikkhu Vakkali bertekad untuk mencapai Pembebasan.” Devatā
lainnya berkata: “Pasti, Yang Mulia, ia akan terbebaskan seperti seorang yang
terbebaskan sempurna.” Ini adalah apa yang dikatakan oleh kedua devatā itu.
Setelah mengatakan hal itu, mereka memberi hormat kepada Sang Bhagavā dan,
dengan Beliau di sisi kanan mereka, mereka lenyap dari sana.
Kemudian, ketika malam telah
berlalu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Pergilah,
para bhikkhu, datangilah Bhikkhu Vakkali dan katakan padanya: ‘Sahabat Vakkali,
dengarkanlah kata-kata Sang Bhagavā dan dua devatā. Kemarin malam, Sahabat,
pada larut malam, dua devatā dengan keindahan memesona mendekati Sang Bhagavā.
Salah satu devatā itu berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, Bhikkhu Vakkali
bertekad untuk mencapai Pembebasan.” Devatā lainnya berkata: “Pasti, Yang
Mulia, ia akan terbebaskan seperti seorang yang terbebaskan sempurna.”
Dan Sang Bhagavā berkata
kepadamu, Sahabat Vakkali: “Jangan takut, Vakkali, jangan takut! Kematianmu
bukanlah kematian yang buruk. Kematianmu bukanlah kematian yang buruk.”’”
“Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu
itu menjawab, dan mereka mendatangi Yang Mulia Vakkali dan berkata kepadanya:
“Sahabat Vakkali, dengarkanlah kata-kata Sang Bhagavā dan dua devatā.”
Kemudian Yang Mulia Vakkali
berkata kepada para pelayannya:
“Sahabat-sahabat, turunkan aku
dari tempat tidur. Bagaimana mungkin seorang sepertiku berpikir untuk
mendengarkan Ajaran Sang Bhagavā sambil duduk di tempat yang tinggi.”
“Baik, Sahabat,” para bhikkhu itu
menjawab, dan mereka menurunkan Yang Mulia Vakkali dari tempat tidur.
“Kemarin malam, Sahabat, dua
devatā dengan keindahan memesona mendekati Sang Bhagavā. Salah satu devatā itu
berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Yang Mulia, Bhikkhu Vakkali bertekad untuk mencapai
Pembebasan.’ Devatā lainnya berkata: ‘Pasti, Yang Mulia, ia akan terbebaskan
seperti seorang yang terbebaskan sempurna.’ Dan Sang Bhagavā berkata kepadamu,
Sahabat Vakkali: ‘Jangan takut, Vakkali, jangan takut! Kematianmu bukanlah
kematian yang buruk. Kematianmu bukanlah kematian yang buruk.’”
“Baiklah, Sahabat-sahabat,
berilah hormat kepada Sang Bhagavā atas namaku dengan kepala kalian di kaki
Beliau dan katakan: ‘Yang Mulia, Bhikkhu Vakkali sedang sakit, menderita,
sangat sakit; ia memberi hormat kepada Bhagavā dengan kepalanya di kaki
Beliau.’
Kemudian katakan: ‘Bentuk adalah
tidak kekal: aku tidak meragukan hal ini, Yang Mulia, aku tidak meragukan bahwa
sehubungan dengan apa yang tidak kekal adalah penderitaan. Aku tidak meragukan bahwa
sehubungan dengan apa yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan,
aku tidak lagi memiliki keinginan, nafsu, atau kerinduan. Perasaan adalah tidak
kekal … Persepsi adalah tidak kekal … Bentukan-bentukan kehendak adalah tidak
kekal … Kesadaran adalah tidak kekal: aku tidak meragukan hal ini, Yang Mulia,
aku tidak meragukan bahwa sehubungan dengan apa yang tidak kekal adalah penderitaan.
Aku tidak meragukan bahwa sehubungan dengan apa yang tidak kekal, penderitaan,
dan mengalami perubahan, aku tidak lagi memiliki keinginan, nafsu, atau
kerinduan.’”
“Baik, Sahabat,” para bhikkhu itu
menjawab dan kemudian mereka pergi. Kemudian, tidak lama setelah para bhikkhu itu
pergi, Yang Mulia Vakkali menggunakan pisau.
Kemudian para bhikkhu itu
mendekati Sang Bhagavā … dan menyampaikan pesan itu. Kemudian Sang Bhagavā
berkata kepada para bhikkhu: “Mari, para bhikkhu, kita pergi ke Batu Hitam di
Lereng Isigili, di mana Vakkali telah menggunakan pisaunya.”
“Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu
itu menjawab. Kemudian Sang Bhagavā, bersama dengan sejumlah bhikkhu, pergi ke
Batu Hitam di Lereng Isigili. Dari jauh Sang Bhagavā melihat Yang Mulia Vakkali
berbaring di tempat tidur dengan bahunya terbalik.
Pada saat itu gumpalan asap,
pusaran kegelapan, bergerak ke timur, kemudian ke barat, ke utara, ke selatan,
ke atas, ke bawah, dan ke seluruh penjuru di antaranya. Sang Bhagavā berkata
kepada para bhikkhu: “Apakah kalian melihat, para bhikkhu, gumpalan asap, pusaran
kegelapan, bergerak ke timur, kemudian ke barat, ke utara, ke selatan, ke atas,
ke bawah, dan ke seluruh penjuru di antaranya?”
“Ya, Yang Mulia.”
“Itu, para bhikkhu, adalah Māra
si Jahat yang sedang mencari kesadaran Vakkali, bertanya-tanya: ‘Di manakah
sekarang kesadaran Vakkali terbentuk?’ Akan tetapi, para bhikkhu, dengan
kesadaran tidak terbentuk, Vakkali telah mencapai Nibbāna akhir.”
( Samyutta Nikaya XXII. 87 /PTS.
iii.119 : Vakkali Sutta)
-oOo-
Selamat sore. Mau Tanya Inti sabda ini APA yah,terima kasih
BalasHapus