HIDUP
ADA DI TANGAN KITA
Oleh : Arvan Pradiansyah
Hidup kita ini akan terasa lebih
indah kalau kita menyadari bahwa hidup ada di tangan kita sendiri bukan di
tangan orang lain. Kitalah yang mengendalikan hidup kita. Kita sebenarnya dapat
mengubah nasib kita kalau kita mau. Mengubah nasib senantiasa dimulai dengan
merubah pikiran kita yaitu paradigma kita dalam melihat dunia.
Agar hidup benar-benar ada di
tangan kita. Ada beberapa paradigma yang perlu kita ubah.
Pertama,
dalam menghadapi masalah dan kesulitan cobalah untuk menanyakan “Apa” bukannya
“Mengapa”. Menanyakan “Apa” akan membuat diri kita lebih berdaya, sementara
menanyakan “Mengapa” akan membuat kita semakin merasa tak berdaya. Bertanyalah
pada diri sendiri, “Apa yang bisa saya lakukan dalam situasi ini,” bukannya,
“Mengapa situasi ini terjadi.”
Kedua,
sadarilah bahwa yang paling sering membuat segala sesuatunya runyam bukanlah
peristiwa dan masalah yang kita hadapi melainkan respon kita terhadap situasi
tersebut. Kualitas seseorang bukanlah ditentukan oleh stimulus yang datang
kepadanya tetapi oleh respon yang ia berikan terhadap stimulus tersebut.
Ketiga, kita perlu menyadari bahwa
walaupun kita tidak selalu dapat memilih lingkungan kita, kita senantiasa dapat
memilih respon dan tindakan kita sendiri. Kita memiliki kemampuan untuk
melakukan respon terhadap situasi apapun.
Ke empat, Walaupun kita dapat memilih tindakan apapun
yang akan kita lakukan tetapi kita tidak dapat memilih akibat dari
konsekuensinya. Semua itu diatur oleh hukum alam yang berlaku dimana saja,
kapan saja dan untuk siapa saja. Karena itu kita perlu selalu menyesuaikan
tindakan kita dengan hukum alam.
Kelima, hidup akan selalu ada di tangan kita
kalau kita mampu memisahkan stimulus dan responnya. Untuk itu kita perlu menyadari
adanya ruangan di antara stimulus dan respon, dan dalam ruangan tersebut kita
mempunyai kebebasan untuk memilih. Dengan menyadari hal ini kitalah yang akan
mengontrol, bukannya membiarkan stimulus-stimulus tersebut mengontrol kita.
Keenam,
kita perlu mengubah paradigma kita dari “Memiliki” menjadi “Menjadi”. Dalam
paradigma memiliki, kebahagiaan kita tergantung dari apa yang kita miliki.
Padahal apapun yang kita miliki mudah hilang. Lantas apa yang akan terjadi
dengan kita kalau semua yang kita miliki itu hilang. Kita akan terombang ambing
dan kehilangan pegangan.
Paradigma “Menjadi” amatlah
berbeda dengan paradigma “memiliki”. Dalam paradigma “Menjadi” kita
menggantungkan kebahagiaan tersebut pada apa di dalam. Ini akan membuat kita
benar-benar merdeka yaitu lepas dari ketergantungan terhadap apapun yang ada di
luar. Kunci kebahagiaan hidup adalah apa yang ada di dalam. Karena itu apapun
yang terjadi di luar tidaklah akan selalu menggelisahkan kita.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar