Penderitaan Akibat Kemelekatan
Oleh : Thubten Chodron
Apakah Anda pernah mengenal orang
yang sepenuhnya puas dengan apa yang dia miliki? Sebagian besar orang tidak
merasa puas: mereka menginginkan lebih banyak uang, berlibur ke tempat yang
lebih baik, membeli lebih banyak barang untuk rumahnya, dan memiliki lebih
banyak pakaian menarik. Beberapa orang merasa menderita karena tidak mampu
membeli apa yang diinginkan, atau bahkan jika mereka telah memilikinya, mereka
akan merasa khawatir untuk membayar tagihan pada akhir bulan. Mereka melekat
pada harta bendanya dan merasa sedih saat hadiah yang berharga hilang atau
benda kesayangannya rusak.
Perhatian kita selalu diarahkan
keluar sepanjang hari. Sejak pagi hingga malam hari, kita sangat berharap untuk
melihat bentuk yang indah, mendengar suara yang menyenangkan, menikmati
wangi-wangian, merasakan makanan lezat, dan menyentuh objek yang menyenangkan.
Saat kita mendapatkannya, kita merasa bahagia: saat kita tidak
mendapatkannya,atau ketika kita berhubungan dengan penglihatan, suara, bau,
rasa dan sentuhan yang tidak menyenangkan, kita merasa terganggu. Perasaan dan
suasana hati kita berfluktuasi naik turun setiap hari, bergantung pada apakah
kita menyukai objek yang berhubungan dengan kita atau tidak.
Buddha telah mengamati bahwa
ketika kita melekat pada objek indra, kita akan menderita pada akhirnya.
Masalahnya bukan pada objek, namun pada cara kita berhubungan dengannya.
Bagaimana cara kerja kemelekatan? Apakah itu merupakan cara yang akurat atau
penting untuk berhubungan dengan orang dan hal-hal di lingkungan kita?
Kemelekatan adalah sikap memberikan
penilaian yang berlebihan pada suatu objek atau orang kemudian menempel
padanya. Dengan kata lain kita membayangkan kualitas yang sebenarnya
tidak dimiliki pada orang dan benda-benda, atau melebih-lebihkan yang mereka
miliki. Kemelekatan adalah pandangan tidak realistis sehingga mengakibatkan
kebingungan.
Kemelekatan memberikan dasar bagi
ketidakpuasan, karena sebanyak apapun yang kita miliki, kita akan selalu
mencari lebih banyak dan lebih baik. Masyarakat kita memanfaatkan
keserakahan dan ketidakpuasan ini, dan kita diberitahu bahwa mode pakaian dan
peralatan tahun lalu yang sudah ketinggalan zaman. Tetapi hanya sedikit orang
yang mampu membeli benda yang mereka pikir seharusnya mereka miliki. Walaupun
kita dapat membeli banyak barang, barang tersebut akan menjadi lapuk atau
rusak, atau kita harus mendapatkan lebih banyak dan lebih baik karena semua
orang telah memilikinya. Hal ini dapat membuat kita senantiasa merasa
tidak aman.\
Sebaliknya jika kita berpikir, “Apa yang
saya miliki sudah cukup baik”‘ maka batin kita akan tenang. Hal ini
bukan berarti bahwa kita tidak pernah membeli barang baru atau masyarakat kita
tidak seharusnya berkembang secara teknologi. Jika kita membutuhkan sesuatu
atau jika model baru lebih efisien, maka tidak ada salahnya untuk membelinya,
jika kita sanggup membayarnya! Namun terlepas apakah kita berhasil mendapatkan
sesuatu atau tidak, pikiran kita akan menjadi tenang karena kita puas terhadap
apa yang telah kita miliki. Buddha berkata :
Jika kau menginginkan kesenangan,
Sepenuhnya lepaskan semua kemelekatan.
Dengan melepaskan semua kemelekatan,
Kesenangan paling sempurna ditemukan.
Selama kau mengikuti kemelekatan,
Kepuasan tidak akan pernah ditemukan.
Siapapun menjauhi kemelekatan,
Dengan kebijaksanaan mencapai kepuasan.
Selama kita menginginkan lebih
banyak, lebih baik, dan hal hal yang berbeda, kita tidak akan pernah puas
dengan apa pun yang kita miliki. Sebaliknya, jika kita merasa puas dengan apa
yang kita miliki, kita masih dapat bekerja untuk meningkatkannya, namun batin
kita menjadi tenang. Terbebas dari cengkeraman, kita dapat berkembang secara
ekonomi dan teknologi demi kebaikan setiap orang.
Pada awalnya mungkin sulit untuk
berpikir demikian, karena kita terbiasa untuk melekat. Kemelekatan akan
kehilangan suatu benda atau orang dapat menjadi sangat kuat, dan kita menjadi
panik. Ketakutan dan kemelekatan ini menghambat perasaan baik kita dan
menghambat kita untuk menikmati hubungan dan benda yang kita miliki.
Kita dapat menghilangkan
ketakutan ini. Pertama kita dapat menyadari bahwa pikiran yang memproyeksikan
benda indah atau orang cantik dan kemelekatan tersebut adalah pandangan salah.
Hal ini dapat membuat kita lebih realistis. Kemudian kita dapat mengingat
kerugian akibat melekat dan melepaskannya. Sebaliknya kita dapat membiarkan
batin kita beristirahat dan terbuka terhadap kepuasan, menyadari bahwa jika kita
dapat memiliki benda tersebut atau dekat dengan orang tersebut, akan
menyenangkan; namun jika tidak, kita pun tetap dapat berbahagia.
Bagi beberapa orang, kata ‘pelepasan’
memiliki konotasi yang negatif karena terkait menjadi petapa, apatis atau tidak
perduli. Bagaimanapun juga, bukan hal ini yang dimaksud ‘pelepasan’
oleh Buddha. Pelepasan mengacu pada kondisi batin yang seimbang ketika
kita tidak melekat pada benda-benda sehingga kita bebas memfokuskan perhatian
pada hal yang berharga.
Melepas bukan berarti kita melepaskan semua
milik kita dan tinggal di gua. Tidak ada yang berbahaya dengan kepemilikian harta.
Kita membutuhkannya untuk bertahan hidup. Masalah muncul hanya jika kita tidak
memandang pentingnya harta benda dengan realistis. Kemelekatan dan ketergantungan
menimbulkan masalah tersebut, bukan harta bendanya. Dengan terbebas dari
kemelekatan, kita dapat menikmati harta benda tersebut.
Saat kita memiliki harta benda,
akan membantu untuk berpikir,”Banyak orang bekerja
untuk menghasilkan benda yang saya nikmati dan saya berterima kasih pada
mereka. Alih-alih menggunakan harta benda saya untuk kemelekatan yang egois,
saya akan menggunakannya dengan aspirasi untuk meningkatkan kualitas hidup saya
sehingga saya dapat mencintai dan membantu lebih banyak orang.” Kita
dapat menikmati makanan, pakaian, rumah dan harta benda, namun dengan motivasi
yang berbeda. Dengan melakukannya, kita akan menjadi damai dan terbebas dari
kecemasan.
Meninggalkan kemelekatan juga tidak berarti
membuat diri tidak termotivasi dan acuh. Pada awalnya hal ini akan
tampak demikian hanya karena kita telah sangat terbiasa dengan kemelekatan.
Namun terdapat beragam sikap yang dapat memotivasi kita. Perhatian yang
tulus terhadap orang lain adalah salah satunya. Harapan untuk memberikan
kebahagiaan dan mengakhiri penderitaan dapat menjadi kekuatan motivasi yang
besar dalam hidup kita. Sehingga tindakan menghindari kemelekatan akan membuka
pintu bagi komunikasi yang tulus dengan orang lain, cinta dan welas asih.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar