KISAH RAJA SUDDHODANA
Dhammapada XIII: 168-169
Ketika Sang Buddha kembali mengunjungi Kapilavatthu
untuk pertama kalinya Beliau tinggal di Vihara Nigrodharama. Di sana Beliau
menjelaskan Dhamma kepada sanak saudaranya. Raja Suddhodana berpikir bahwa
Buddha Gotama, yang adalah anaknya sendiri, tidak akan pergi ke tempat lain,
tetapi pasti akan datang di istananya untuk menerima dana makananan pada hari
berikutnya; tetapi ia tidak dengan resmi mengundang Sang Buddha datang untuk
menerima dana makanan. Bagaimanapun, pada hari berikutnya, ia menyediakan dana
makanan untuk dua puluh ribu bhikkhu. Pada pagi hari itu Sang Buddha berjalan
untuk menerima dana makanan bersama dengan rombongan para bhikkhu, seperti
kebiasaan semua Buddha.
Yasodhara, isteri Pangeran Siddhattha sebelum beliau
meninggalkan hidup keduniawian, melihat Sang Buddha berjalan untuk menerima
dana makanan dari jendela istana. Dia memberitahukan ayah mertuanya, Raja
suddhodana, dan sang raja tergesa-gesa menghampiri Sang Buddha. Raja
memberitahukan Sang Buddha bahwa untuk seorang anggota keluarga kerajaan
Khattiya, berkeliling meminta makanan dari pintu ke pintu adalah memalukan.
Kemudian Sang Buddha menjawab bahwa itu merupakan kebiasaan semua Buddha untuk
berkeliling menerima dana makanan dari rumah ke rumah, dan oleh karena itu
adalah benar dan layak bagi Beliau untuk tetap menjaga tradisi itu.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
168 dan 169 berikut:
Bangun! Jangan Lengah! Tempuhlah
kehidupan benar.
Barangsiapa menempuh kehidupan benar,
maka ia akan hidup bahagia di dunia ini
maupun di dunia selanjutnya.
(168)
Hendaklah seseorang hidup sesuai dengan
Dhamma
dan tak menempuh cara-cara jahat.
Barangsiapa hidup sesuai dengan Dhamma,
maka ia akan hidup bahagia di dunia ini
maupun di dunia selanjutnya.
(169)
Ayah Buddha Gotama mencapai tingkat kesucian sotapatti
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar