KISAH TISSA THERA
Dhammapada XV: 205
Ketika Sang Buddha mengumumkan bahwa dalam waktu empat
bulan lagi Beliau akan merealisasi "Kebebasan Akhir" (parinibbana),
banyak bhikkhu puthujjana gelisah. Mereka kehilangan dan tidak tahu apa yang
harus dikerjakan, maka mereka selalu berada dekat dengan Sang Buddha. Tetapi
Tissa Thera memutuskan bahwa dia akan mencapai tingkat kesucian arahat pada
saat Sang Buddha masih hidup.
Dia tidak pergi ke dekat Sang Buddha, tetapi dia pergi
ke suatu tempat menyendiri untuk berlatih meditasi.
Bhikkhu-bhikkhu lain tidak mengerti hal itu, sehingga
mereka membawa Tissa Thera menghadap Sang Buddha, dan mereka berkata,
"Bhante, bhikkhu ini tidak kelihatan menghargai dan menghormati Bhante,
dia hanya peduli pada dirinya sendiri, tidak kepada kehadiran Bhante".
Tissa Thera kemudian menjelaskan kepada mereka bahwa
dia berusaha keras untuk mencapai tingkat kesucian arahat sebelum Sang Buddha
mangkat (parinibbana), dan itulah alasannya mengapa dia tidak datang mendekat
Sang Buddha.
Setelah mendengar penjelasan itu, Sang Buddha berkata
pada para bhikkhu, "Para bhikkhu, siapapun yang mencintai dan menghormati
Saya, seharusnya berbuat seperti Tissa Thera. Kalian menghormati saya jangan
hanya dengan mempersembahkan bunga, wewangian, dan dupa. Tetapi hendaknya
kalian menghormati saya dengan mempraktekkan Lokuttara-Dhamma, yaitu meditasi
Pandangan Terang (Vipassana-Bhavana)".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
205 berikut:
Setelah mencicipi rasa penyepian dan
ketentraman,
maka ia akan bebas dari duka-cita dan
tidak ternoda,
serta meneguk kebahagiaan dalam Dhamma.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar