KISAH TIGA PERTAPA
Dhammapada XV: 209-210-211
Suatu ketika terjadi di Savatthi, satu-satunya putra
dari sebuah keluarga, pertama kali menjadi seorang bhikkhu, kemudian sang ayah
mengikuti menjadi bhikkhu, dan akhirnya sang ibu menjadi seorang bhikkhuni.
Mereka sangat dekat satu sama lainnya sehingga mereka jarang tinggal terpisah.
Keluarga itu tinggal di vihara seperti tinggal di rumah sendiri, berbicara dan
makan bersama, membuat bhikkhu-bhikkhu lain merasa terganggu. Bhikkhu lain
melaporkan kelakuan mereka kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha memanggil
mereka.
Sang Buddha berkata, "Sekali kamu telah bergabung
dalam pasamuan Sangha, kamu seharusnya tidak lagi tinggal bersama seperti
sebuah keluarga. Jangan melihat mereka yang kaucinta dan melihat mereka yang
tidak kaucinta, kedua hal itu merupakan penderitaan, maka kamu seharusnya tidak
tergantung kepada seseorang atau sesuatu yang kamu cintai".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
209, 210, dan 211 berikut ini:
Orang yang memperjuangkan apa yang
seharusnya dihindari,
dan tidak memperjuangkan apa yang
seharusnya diperjuangkan;
melepaskan apa yang baik
dan melekat pada apa yang tidak
menyenangkan,
akan merasa iri terhadap mereka yang
tekun dalam latihan.
(209)
Janganlah melekat pada apa yang dicintai
atau yang tidak dicintai.
Tidak bertemu dengan mereka yang
dicintai
dan bertemu dengan mereka yang tidak
dicintai,
keduanya merupakan penderitaan.
(210)
Oleh sebab itu janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai
adalah menyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka
yang telah bebas dari mencintai dan
tidak mencintai.
(211)
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar