KISAH TISSA
Dhammapada XVIII: 249-250
Tissa, seorang bhikkhu muda, mempunyai kebiasaan yang
sangat buruk yaitu melecehkan kemurahan hati dan perbuatan baik orang lain. Ia
bahkan mencela dana yang diberikan oleh Anathapindika dan Visakha. Di samping
itu, ia membual bahwa teman-temannya sangatlah kaya bagaikan sumur, dimana
setiap orang bisa mendapatkan air.
Mendengar ia membual demikian, para bhikkhu yang lain
tidak percaya; maka mereka memutuskan untuk menemukan kebenarannya. Beberapa
bhikkhu muda pergi ke desa asal Tissa dan mencari keterangan tentang hal ini.
Mereka menemukan kenyataan bahwa semua teman-teman Tissa miskin, dan selama ini
Tissa hanya membual saja.
Ketika Sang Buddha mendengar hal ini, Beliau berkata,
"Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang tidak senang orang lain menerima
pemberian dan persembahan, ia tidak akan pernah mencapai 'Jalan dan Hasil
Kesucian' (magga dan phala)".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
249 dan 250 berikut ini:
Orang-orang memberi sesuai dengan
keyakinan
dan menurut kesenangan hati mereka.
Karena itu barang siapa yang merasa iri
atas makanan dan minuman orang lain,
ia tidak akan memperoleh kedamaian
batin,
baik siang ataupun malam.
(249)
Orang yang telah memotong perasaan iri
hati ini seluruhnya,
mencabut akar-akarnya serta
menghancurkannya,
akan memperoleh kedamaian batin, baik
siang maupun malam.
(250)
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar