Beberapa Contoh Nyata Mengenai Ajaran Anatta
( Tanpa
Inti Diri )
Oleh :
Tanhadi
Ketika
kita melihat sebuah sofa,
maka kita akan melihatnya sebagai hal yang biasa dan menyebutnya sebagai sofa.
Tetapi ketika sofa yang terbuat dari kayu, busa, kain, lem, tenaga manusia, dan
sebagainya itu kita uraikan, kita pisah-pisahkan, kita bongkar, maka yang kita
lihat sekarang hanyalah beberapa potong kayu bekas, kain, busa dan sebagainya
yang tidak mungkin sama dengan bahan awal pembuat sofa. Kita hanya menyebutnya
sebagai sisa sofa, kain bekas sofa, kayu bekas sofa, dan sebagainya. Kita tidak
akan melihat lagi sofa tadi.
Ketika
kita membuat roti.
Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api,
tenaga kerja dan lain-lain Tetapi setelah menjadi roti tidak mungkin kita akan
menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan: ini adalah tepungnya, ini
garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya dst.
Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka
bahan-bahan itu telah berubah sama sekali. Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan
yang tersebut di atas, namun setelah melalui proses pembuatan dan pembakaran di
oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali dan tidak mungkin lagi untuk
mengembalikannya dalam bentuknya yang semula.
Jika kita dihadapkan dengan
benda-benda seperti Ban, jok, pedal, kanvas rem, lampu, kabel-kabel, skrup,
accu, seker, kabel kopling, shock beker, rangkaian mesin, dynamo , stang stir,
dsb., Dapatkah kita mengatakan itu
adalah sebuah Sepeda Motor? Tentu saja Tidak !. Namun setelah keseluruhan
benda-benda itu dirangkai menjadi satu, barulah kita dapat mengatakannya;
" Oh...itu adalah Sepeda Motor ! "
Jadi apa yang dilihat dan yang kita
namakan sebagai Sepeda motor sebenarnya hanyalah gabungan dari unsur-unsur
pembentuk, sepeda motor itu pada hakikatnya " Tidak memiliki inti "
atau " tidak ada satupun dari spare-parts tersebut yang dapat disebut
sebagai sepeda motor " sebelum
semua unsur-unsur pembentuknya disatu-padukan.
Demikian pula dengan segala hal,
termasuk diri kita, pada dasarnya adalah perpaduan dari berbagai unsur yang
masing-masing bersifat tidak kekal. Jika unsur-unsur pembentuknya dipisah-pisah
maka hal tersebut akan menjadi tiada, Kosong. Karenanya, tidak ada yang disebut
dengan diri yang hakiki, yang independen, baik itu diri kita maupun diri
lainnya (segala mahluk, benda, maupun hal-hal fenomenal lainnya).
Pemahaman ajaran anatta ini dapat juga
dianalisa dan direnungkan dalam ajaran mengenai Sebab-Musabab yang Saling
Bergantungan (Paticcasamuppada).
Namo Buddhaya :)
BalasHapuspost bapak sering saya baca.. dan sangat bermanfaat..
apa boleh saya meng copy beberapa artikel bapak? dengan tidak lupa mencantumkan sumber dari sini tentunya..
terimakasih..
Namo Buddhaya
Namo Buddhaya _/\_
BalasHapusYth.Sdri Margaretta Andrew,
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung ke Blog Pustaka Dhamma ini.
Saya turut berbahagia bila Blog ini dapat memberikan manfaat bagi Anda, dan tentu saja Anda boleh dengan bebas meng copy artikel manapun yang ada di Pustaka Dhamma ini, karena Tujuan utama Blog Pustaka Dhamma ini dibuat adalah untuk dipersembahkan bagi siapapun yang mau membacanya dan memetik manfaatnya.
Salam Metta,
Tanhadi