KISAH BEBERAPA BHIKKHU
Dhammapada XIX: 262-263
Pada suatu vihara, para bhikkhu muda dan samanera
mempunyai kebiasaan mengunjungi bhikkhu-bhikkhu lebih tua yang merupakan guru
mereka. Mereka mencuci dan mencelup jubah, atau melakukan pelayanan kecil lain
bagi guru mereka.
Beberapa bhikkhu lain yang melihat hal ini merasa iri
hati kepada para bhikkhu senior, dan mereka memikirkan suatu rencana yang akan
menguntungkan mereka secara material. Rencana mereka adalah mengusulkan kepada
Sang Buddha bahwa para bhikkhu muda dan samanera harus diminta datang kepada
mereka untuk diberi perintah dan petunjuk lebih lanjut walaupun mereka telah
diajar oleh guru mereka masing-masing.
Sang Buddha, yang mengetahui sepenuhnya tujuan mereka,
menolak usul itu.
Kepada mereka, Sang Buddha berkata, "Para
bhikkhu! Aku tidak mengatakan bahwa engkau baik hati hanya karena engkau mampu
berbicara dengan fasih. Hanya dia yang telah menyingkirkan sifat iri hati dan
semua kejahatan dengan mencapai 'Jalan Kesucian Arahat' (arahatta magga) yang
dapat disebut orang yang baik hati".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
262 dan 263 berikut ini:
Bukan hanya karena pandai bicara
dan bukan pula karena memiliki
penampilan yang baik seseorang dapat menyebut dirinya orang yang baik hati,
apabila ia masih bersifat iri, kikir dan
suka menipu.
(262)
Orang yang telah memotong,
mencabut dan memutuskan akar sifat iri
hati, kekikiran serta dusta;
maka orang bijaksana yang telah
menyingkirkan segala keburukan itulah
yang sesungguhnya dapat disebut orang
yang baik hati.
(263)
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar