Ramalan, Percaya Atau Tidak
Sumber : YM. Bhante
Uttamo Mahathera
Dhammatalk 31 Maret
2013,
Mega Glodok
Kemayoran, Jakarta
Banyak
di antara kita yang suka meramal, bahkan menggunakan ramalan itu sebagai
petunjuk dalam pengambilan keputusan. Namun ketika ditanya, siapa yang percaya
pada ramalan, sedikit sekali orang yang mau mengakuinya.
Selama
ini pandangan umum mengkaitkan ramalan dengan hal-hal yang bersifat mistik
ataupun takhayul, padahal sesungguhnya, ramalan banyak dipergunakan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Misalnya,
ramalan cuaca.. Apakah hari ini cerah, turun hujan, atau ada badai.. Itu
semuanya juga sifatnya ramalan.
Apakah
ramalan ini bermanfaat?
Oh
ya tentu..
Contoh
umumnya dunia penerbangan, sebelum pesawat itu diizinkan untuk terbang,
terlebih dahulu dibuatkan perencanaan (flight plan), yang juga berisikan
ramalan cuaca pada saat itu.
Jika
diramalkan akan ada badai disuatu tempat, maka pesawat akan terbang melewati
rute lain, atau bahkan tidak jadi terbang. Bayangkan jika anda naik pesawat
terbang tanpa ramalan cuaca.. Tentu sangat berbahaya..
Contoh
lain, seorang wanita yang mengandung, dokter memperkirakan kapan bayinya akan
lahir.. Ini juga ramalan. Atau seorang pasien yang sakit parah, dokter
memperkirakan bisa bertahan sampai waktu tertentu, ini juga ramalan..
Dalam
dunia usaha, para pengusaha pun menggunakan perkiraan2 harga dan permintaan di
masa mendatang, ini juga ramalan. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa, ramalan
sebenarnya banyak terdapat dalam keseharian kita..
Jadi,
apa sebenarnya yang dimaksud dengan ramalan?
Ramalan
adalah membuat perkiraan akan masa depan dengan menggunakan data2 yang ada saat
ini. Dan perkiraan ini bukan dibuat secara asal2an, namun sudah diamati,
dipelajari dan diuji dalam waktu yang cukup lama, sehingga tingkat
keakuratannya bisa tinggi.
Lalu
Apa Ramalan Bisa Dipercaya?
Tergantung..
Ramalan
dapat dipercaya atau tidak, tergantung oleh siapa yang meramal..
Misalnya,
jika anda menanyakan ramalan cuaca pada seorang dokter, tentu jawabannya tidak
dapat dipercaya. Namun, jika ramalan cuaca itu berasal dari seorang pakar
cuaca, tentu keakuratannya bisa lebih dipercaya.
Namun
namanya juga ramalan, sekalipun diramalkan oleh pakarnya, tidaklah mungkin 100%
dijamin kepastiannya. Tetap saja ada
kemungkinan bahwa ramalan tersebut meleset.
Banyak
umat pergi ke orang pintar, bahkan ke vihara atau klenteng, untuk meramal
nasib.
Kadang
suatu tempat itu manjur jika ditanyakan mengenai suatu hal tertentu, misalnya
untuk ditanyai tentang obat, tetapi tidak tepat jika ditanyai tentang rumah
tangga, usaha, jodoh dll.. Sebaliknya juga demikian. Sudah banyak contoh kasus,
seseorang yang sakit parah, ketika meminta petunjuk di suatu tempat, langsung
bisa sembuh.
Memang
ada tempat2 tertentu yang bisa memberikan petunjuk demikian, namun sebenarnya
hal ini hanyalah mematangkan kamma baik dari pemiliknya sendiri. Jika ada kamma
baik, maka harapan orang itu akan terpenuhi..Namun jika tidak ada kamma baik
yang cukup, maka walaupun tempat itu terkenal manjur, tetap tidak akan
membuahkan hasil yang diharapkan.
Sebagai
umat Buddha yang mengenal Dhamma, memang tidak ada larangan untuk meramal
ataupun meminta bantuan di tempat2 tertentu. Namun sebenarnya cara itu bukanlah
cara yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Ada
cara untuk mengubah nasib, nasib yang kurang baik menjadi baik, dan nasib yang
sudah baik menjadi lebih baik.
Cara mengubah nasib yang
diajarkan sesuai dengan Dhamma adalah :
1.
Perilaku dan Ucapan yang selalu jujur, yang selalu berisikan kebaikan.
Jika
perilaku dan ucapan kita selalu jujur, maka hidup kita akan jauh dari ketakutan
dan kecemasan. Apalagi jika perilaku dan ucapan kita baik, maka kita bisa
dipercaya dan orang lain akan senang terhadap kita.
2.
Pikiran yang selalu diarahkan dengan baik.
Mengembangkan
pikiran yang baik senantiasa, menghasilkan pola pikir yang baik, yang membuat
kita akan bisa melihat berbagai hal dari segi positif.
Pikiran
yang diisi dengan cinta kasih, akan membuat banyak makhluk / orang senang
dengan keberadaan kita.
Sebagai
mahluk sosial, tentu kita selalu membutuhkan dukungan orang lain untuk mencapai
kesuksesan dalam hidup. Maka dengan perilaku, ucapan dan pikiran yang baik,
semakin banyak orang senang dan mendukung kita, maka nasib kita pun akan
berubah menjadi semakin baik.
3.
Bersabar.
Kunci
selanjutnya adalah bersabar.. Dalam hukum kamma, apa yang kita tanam, itulah
yang akan kita petik.. Pasti demikian adanya. Hanya saja, segala sesuatu itu
perlu proses, dari benih hingga berbuah, tentu perlu waktu. Banyak orang yang
lupa akan hal ini. Setelah berbuat baik beberapa saat, kok ya nasib belum
berubah, kemudian putus asa dan berhenti. Kadang lupa, kita baru menjadi baik
setahun belakangan ini, tapi sebelumnya sudah banyak melakukan kesalahan selama
puluhan tahun. Bersabar itu sangat penting, dan suatu saat buah yang seharusnya
milik anda itu akan datang juga.
4.
Kerelaan
Nasib
dapat berubah menjadi lebih baik dan bahagia dengan mengembangkan kerelaan.
Kerelaan bisa dipraktekkan dalam banyak bentuk. Kerelaan materi sebagai latihan
dasar misalnya berdana makanan, pakaian serta materi lainnya. Kerelaan materi
ini dilanjutkan dengan kerelaan yang bukan materi yaitu mampu memaafkan, menerima kenyataan sebagaimana
adanya..
Inilah
cara2 mengubah nasib yang dapat dilaksanakan oleh seorang umat Buddha.
Dengan
menjalankannya secara bersemangat dan dalam waktu tertentu, maka pasti nasib
akan berubah menjadi baik apapun hasil ramalan yang pernah diperoleh.
Keterangan :
disarikan dan tulis
oleh Yolanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar