KISAH SEORANG WANITA
BERWATAK IRI HATI
Dhammapada XXII : 314
Seorang wanita dengan perasaan iri hati yang kuat
tinggal bersama suaminya di Savatthi. Ia mengetahui bahwa suaminya berselingkuh
dengan pelayan wanitanya. Pada suatu hari ia mengikat wanita pelayan tersebut
dengan tali yang kuat, memotong telinga dan hidungnya, dan mengurungnya di
suatu kamar. Setelah melakukan hal tersebut, ia meminta suaminya untuk menemaninya
pergi ke Vihara Jetavana.
Tidak lama setelah mereka pergi, beberapa kerabat
pelayan tersebut datang ke rumah mereka, menemukan pelayan tersebut terikat dan
terkunci di suatu kamar. Mereka mendobrak kamar tersebut, melepaskannya dan
membawanya ke vihara. Mereka tiba di vihara ketika Sang Buddha sedang
membabarkan Dhamma.
Wanita pelayan tersebut menceritakan kepada Sang
Buddha apa yang telah dilakukan oleh majikan wanitanya, bagaimana ia telah
dipukuli, dan bagaimana hidung dan telinganya dipotong. Ia berdiri di tengah
kerumunan orang agar semua orang dapat melihat bagaimana ia telah diperlakukan
dengan buruk.
Kemudian Sang Buddha berkata, Janganlah berbuat jahat
dengan berpikir bahwa orang-orang tidak akan mengetahuinya. Suatu perbuatan
buruk yang dilakukan secara rahasia, bila ditemukan, akan membawa penderitaan
dan kesedihan; tetapi perbuatan baik dapat dilakukan secara rahasia, karena hal
itu hanya akan membawa kebahagiaan dan bukan penderitaan".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
314 berikut:
Sebaiknya seseorang tidak melakukan
perbuatan jahat,
karena di kemudian hari perbuatan itu
akan menyiksa dirinya sendiri.
Lebih baik seseorang melakukan perbuatan
baik,
karena setelah melakukannya ia tidak
akan menyesal.
Pasangan suami istri itu mencapai tingkat kesucian
sotapatti, setelah khotbah Dhamma berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar