KISAH PARA PERTAPA
NIGANTHA
Dhammapada XXII : 316-317
Suatu hari, beberapa pertapa Nigantha pergi untuk mengumpulkan
dana makanan dengan mangkok mereka yang ditutupi dengan sepotong kain.
Beberapa bhikkhu melihat mereka dan berkomentar,
"Para pertapa Nigantha ini, yang menutupi tubuh bagian depan lebih
terhormat dibandingkan dengan para pertapa Acelaka yang pergi tanpa mengenakan
penutup apapun".
Mendengar komentar ini, para pertapa tersebut menjawab
dengan pedas, "Ya, sesungguhnya, kami benar-benar menutupi bagian depan
kami (dengan menutupi mangkuk kami); tetapi kami menutupinya bukan karena malu
pergi bertelanjang. Kami hanya menutupi mangkuk kami untuk mencegah debu pada
makanan kami, karena biarpun debu sekalipun, tetap mengandung kehidupan di
dalamnya".
Ketika para bhikkhu tersebut menceritakan apa yang
dikatakan para pertapa Nigantha kepada Sang Buddha, Beliau menjawab, "Para
bhikkhu, para pertapa tersebut yang pergi dengan menutupi hanya bagian depan
tubuh mereka tidak malu dengan apa yang seharusnya memalukan, tetapi malu
dengan apa yang seharusnya tidak memalukan; karena pandangan salah mereka, maka
mereka hanya akan menuju ke tujuan yang buruk".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
316 dan 317 berikut ini:
Mereka yang merasa malu
terhadap apa yang sebenarnya tidak
memalukan,
dan sebaliknya tidak merasa malu
terhadap apa yang sebenarnya memalukan;
maka orang yang menganut pandangan salah
seperti itu
akan masuk ke dalam sengsara.
(316)
Mereka yang merasa takut
terhadap apa yang sebenarnya tidak
menakutkan,
dan sebaliknya tidak merasa takut
terhadap apa yang sebenarnya menakutkan;
maka orang yang menganut pandangan salah
seperti itu
akan masuk ke alam sengsara.
(317)
Pada akhir khotbah Dhamma ini, banyak pertapa Nigantha
menjadi ketakutan dan bergabung dalam Pasamuan Bhikkhu (Sangha).
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar