KISAH CULADHANUGGAHA,
PEMANAH YANG TERAMPIL
Dhammapada XXIV: 349-350
Suatu ketika seorang bhikkhu muda menerima dana
makanan pada salah satu tempat berteduh yang khusus dibuat untuk para bhikkhu
di dalam kota. Setelah makan ia merasa ingin minum. Ia pergi ke suatu rumah dan
meminta air minum, seorang gadis keluar untuk memberinya air minum. Begitu
melihat bhikkhu muda tersebut, gadis itu jatuh cinta kepadanya. Ia mengundang
bhikkhu muda itu untuk datang ke rumahnya bila merasa haus dengan harapan agar
dapat membujuk bhikkhu muda tersebut.
Setelah beberapa waktu, ia mengundang bhikkhu muda
tersebut ke rumahnya untuk menerima dana makanan. Pada hari itu, ia berkata
kepada bhikkhu muda itu bahwa ia mempunyai segala sesuatu yang ia inginkan
dalam rumah, tetapi tidak ada lelaki yang merawatnya, dan sebagainya. Mendengar
kata-kata ini, bhikkhu muda menangkap isyarat tersebut dan ia segera merasa
makin terikat pada gadis yang menarik itu. Ia menjadi sangat tidak puas dengan
kehidupannya sebagai seorang bhikkhu dan menjadi kurus. Para bhikkhu lain
melaporkan hal itu kepada Sang Buddha.
Sang Buddha mengundang bhikkhu muda tersebut, dan
berkata padanya, "Anak-Ku, dengarkan Aku. Gadis muda ini akan menyebabkan
keruntuhanmu seperti yang telah dia lakukan padamu dalam kehidupanmu yang
lampau.
Dalam salah satu kehidupanmu yang lampau kamu adalah
seorang pemanah yang sangat trampil dan ia adalah istrimu. Pada suatu
kesempatan, ketika kamu berdua sedang dalam perjalanan, kamu bertemu dengan
sekelompok orang jalanan. Istrimu jatuh cinta dengan pemimpin kelompok itu.
Ketika kamu dan pemimpin kelompok itu sedang terlibat dalam satu perkelahian,
kamu berteriak pada istrimu agar memberikan pedangmu. Tetapi istrimu memberikan
pedang itu pada pemimpin kelompok yang segera membunuhmu. Jadi, ia adalah penyebab
kematianmu. Sekarang juga, ia akan menjadi penyebab kehancuranmu jika kamu
mengikutinya dan meninggalkan pasamuan bhikkhu demi kepentingannya".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
349 dan 350 berikut:
Orang yang pikirannya kacau, penuh
dengan nafsu,
dan hanya melihat pada hal-hal yang
menyenangkan saja,
maka nafsu keinginannya akan terus
bertambah.
Sesungguhnya orang seperti itu hanya
akan memperkuat
ikatan belenggunya sendiri.
(349)
Orang yang bergembira dalam menenangkan
pikiran,
tekun merenungkan hal-hal yang
menjijikkan
(sebagai obyek perenungan dalam semadi)
dan selalu sadar,
maka ia akan mengakhiri nafsu-nafsu
keinginannya
dan menghancurkan belenggu Mara.
(350)
Bhikkhu muda mencapai tingkat kesucian sotapatti
setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar