KISAH PERTAPA
YANG HENDAK MENGUAK RAHASIA ALAM SEMESTA
Oleh
: Upa. Amaro Tanhadi
Ada satu kisah….
Pada suatu jaman, hiduplah seorang Pertapa yang bertekad menghabiskan hidupnya untuk mengungkapkan rahasia alam semesta, rahasia kitab suci, dan rahasia dibalik rahasia mengenai segala proses penciptaan dan lain sebagainya.
Bertahun-tahun seluruh waktunya dihabiskan hanya untuk "mencari" jawaban atas hal-hal tersebut. Hingga suatu hari ketika ia berjalan-jalan menyusuri tepi pantai, ia melihat seorang anak sedang menggali lubang...
Dia memandang aktivitas anak tersebut yang terus saja menggali lubang di tepi pantai, sehingga ia tidak dapat menahan rasa penasarannya, kemudian ia pun menghampiri anak tersebut dan bertanya :
"Apa yang sedang kamu lakukan wahai anak kecil?"
Anak Kecil : " Saya sedang menggali lubang seperti yang kamu lihat"
Pertapa : " Untuk apa?"
Anak Kecil : " Saya ingin memindahkan seluruh air laut itu kedalam lubang yang saya gali ini"
Pertapa : (tertawa terbahak) bodoh sekali kamu anak kecil, sampai kapan pun keinginanmu itu tidak mungkin terwujud,…apa yang kamu kerjakan ini akan sia-sia belaka bahkan sampai kamu mati pun tidak akan terjadi.
Anak kecil : " Kamu jauh lebih bodoh daripada saya …, bagaimana mungkin kamu berharap untuk memindahkan seluruh rahasia alam semesta yang maha besar itu kedalam otakmu yang kecil itu?"
Pertapa : #@*??!!**^#@** (terperangah dan menyadari kebodohannya sendiri)
Pada suatu jaman, hiduplah seorang Pertapa yang bertekad menghabiskan hidupnya untuk mengungkapkan rahasia alam semesta, rahasia kitab suci, dan rahasia dibalik rahasia mengenai segala proses penciptaan dan lain sebagainya.
Bertahun-tahun seluruh waktunya dihabiskan hanya untuk "mencari" jawaban atas hal-hal tersebut. Hingga suatu hari ketika ia berjalan-jalan menyusuri tepi pantai, ia melihat seorang anak sedang menggali lubang...
Dia memandang aktivitas anak tersebut yang terus saja menggali lubang di tepi pantai, sehingga ia tidak dapat menahan rasa penasarannya, kemudian ia pun menghampiri anak tersebut dan bertanya :
"Apa yang sedang kamu lakukan wahai anak kecil?"
Anak Kecil : " Saya sedang menggali lubang seperti yang kamu lihat"
Pertapa : " Untuk apa?"
Anak Kecil : " Saya ingin memindahkan seluruh air laut itu kedalam lubang yang saya gali ini"
Pertapa : (tertawa terbahak) bodoh sekali kamu anak kecil, sampai kapan pun keinginanmu itu tidak mungkin terwujud,…apa yang kamu kerjakan ini akan sia-sia belaka bahkan sampai kamu mati pun tidak akan terjadi.
Anak kecil : " Kamu jauh lebih bodoh daripada saya …, bagaimana mungkin kamu berharap untuk memindahkan seluruh rahasia alam semesta yang maha besar itu kedalam otakmu yang kecil itu?"
Pertapa : #@*??!!**^#@** (terperangah dan menyadari kebodohannya sendiri)
_____________________
Dengan segala keterbatasan kita
sebagai manusia, seharusnya tidak menyia-nyiakan waktu hidup kita hanya untuk melakukan
suatu usaha yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.
Bahkan kebanyakan orang (termasuk diri
kita) cenderung kurang mengenali dirinya sendiri, sehingga kita lebih sering
melakukan pengamatan, penilaian dan mengkritik apa yang dilakukan oleh orang
lain hanya demi memuaskan ego dan sok merasa lebih pintar dari orang lain,
namun kita sendiri lalai untuk memperhatikan dan mengoreksi diri sendiri
terhadap apa-apa yang sedang dan yang telah kita lakukan.
Adalah jauh lebih bermanfaat bila kita
introspeksi diri dengan mengamati serta memperbaiki segala perbuatan buruk yang
telah dan hendak kita lakukan melalui pikiran, ucapan dan jasmani dengan cara mengembangkan
kesadaran dan kewaspadaan serta pengendalian terhadap aktifitas pikiran dan sikap
batin kita, agar sedikit-demi sedikit batin kita menjadi jernih dan terbebas
dari kotoran batin yang sangat merugikan diri kita sendiri dan orang lain.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang
telah dikerjakan
atau yang belum dikerjakan oleh orang lain.
Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan
dan apa yang belum dikerjakan oleh diri sendiri.
(Dhammapada.50)
Orang dungu tidak menyadari hal-hal yang
berharga,
Ia terhanyut mengikuti nafsunya dalam
kelengahan.
Orang bijaksana memelihara
kewaspadaannya,
Seperti menjaga harta yang sangat
berharga.
Ia yang tidak terhanyut dalam
kelengahan,
Dan tidak melekat pada kenikmatan
indera,
Orang yang sadar dan selalu waspada ini,
Akan memperoleh kebahagiaan yang tidak
terbatas.
(Dhammapada 26-27)
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar