Kekuatan Metta yang Mempesona
Oleh:
Nârada Mahâthera
Pada
suatu hari Sang Buddha dan para bhikkhu mengunjungi kota Kusinara. Kabar
gembira tentang kedatangan Beliau tersebar luas di antara suku Malla, dan
mereka mengeluarkan maklumat yang disetujui bersama bahwa barang siapa di
antara mereka tidak pergi memberi selamat datang kepada Sang Buddha akan
didenda 500 mata uang.
Roja,
seorang bangsawan suku Malla yang pernah menjadi sahabat dari Bhikkhu Ananda,
menyambut Sang Buddha, kemudian mendekati Bhikkhu Ananda, memberi salam dan
duduk di sebelahnya.
"Sungguh
baik engkau, O Roja. Dengan bersusah payah engkau datang memberi selamat datang
kepada Sang Bhagava", kata Bhikkhu Ananda.
"Bukan
demikian, Bhikkhu Ananda. Bukanlah karena hormat kepada Sang Buddha, Dhamma dan
Sangha yang membuat aku datang menyambut Sang Bhagava. Kami sudah mewajibkan di
antara kami bahwa, barang siapa yang tidak datang menyambut Sang Buddha akan
didenda 500 mata uang. Karena takut didenda itulah aku datang kemari".
Bhikkhu
Ananda tidak gembira mendengar ucapan yang tak terduga itu; menghadap Sang
Buddha, dan mohon kepada Sang Tathagata untuk menjelaskan Dhamma Beliau kepada
Roja dari suku Malla supaya dia mengerti akan Dhamma.
"Adalah
tidak sukar Ananda, bagi Sang Tathagata untuk menerangkan Dhamma kepada Roja,
dan menariknya ke dalam Sasana", jawab Sang Buddha.
Segera
Beliau pancarkan pikiran-plkiran penuh metta kepada Roja dari suku Malla itu,
lalu Beliau masuk ke kamar-Nya. Seluruh tubuh Roja dari suku Malla itu
ditembusi oleh cahaya cinta kasih yang dipancarkan oleh Sang Buddha. Badan
jasmaninya dipenuhi dengan pikiran-pikiran metta yang amat besar, sehingga ia
tidak mampu menguasai dirinya lagi. Roja merasakan dirinya tertarik oleh
kekuatan yang tak nampak dan sukar untuk ditolaknya. Bagalkan anak sapi yang
lari membayangi ibunya. Roja tergesa-gesa berlarian dari satu kamar ke kamar
yang lain dan bertanya, "Para Bhante, di manakah Sang Bhagava, Arahat,
Samma Sambuddha kini berada? Aku ingin menemui Beliau".
"O
Roja yang balk, di sanalah kamar Sang Buddha yang pintunya tertutup,
berjalanlah pelan-pelan, jangan berisik, dan ketuklah pintunya. Sang Buddha
akan membukakan pintu untukmu".
Roja
dari suku Malla berbuat sesuai dengan yang ditunjukkan kepadanya. Sang Buddha
membuka pintu, Roja masuk, memberi hormat dan duduk di sampingNya.
Dengan
penuh kasih sayang Sang Tathagata membabarkan Dhamma kepadanya, setahap demi
setahap. Pertama-tama Sang Bhagava mengajarkan tentang dana, sila, dan
pengendalian pikiran, kemudian tentang hal-hal buruk dari kesenangan duniawi
dan berkah-berkah dari pengorbanan dan pelepasan. Ketika Sang Buddha melihat
bahwa batin Roja sudah cukup masak untuk mengerti Dhamma yang lebih dalam.
Beliau mulai menerangkan Empat Kesunyataan Mulia.
Seketika
itu Mata-Kebenaran (Dhamma-Cakkhu) timbul dalam dirinya, dan Roja menjadi salah
seorang yang mencapai tingkat kesucian.
Metta
atau cinta kasih mempunyai kekuatan gaib. Hati yang suci bersih, yang
terkonsentrasi penuh akan memancarkan sinarnya, dapat merubah sifat liar dan
buas menjadi jinak, merubah seorang pembunuh menjadi seorang rahib yang luhur.
Kekuatan
gaib dari metta dapat menjangkau semua makhluk. Hanya ketekunan dan tekad yang
diperlukan untuk mendapatkannya.
Praktekkan
metta dan pergi tidur. Anda pasti akan tertidur lelap, dan keesokan harinya
akan bangun dengan wajah berseri-seri.
Bangunlah
tiap hari dengan bahagia dan pancarkan metta. Semua orang akan mencintaimu
seperti engkau mencintai mereka. Tiada kekuatan jahat yang akan mengusikmu
sebab engkau sudah dilindungi oleh kekuatan metta. Pikiran menjadi tenang dan
engkau hidup dalam sorga ciptaanmu sendiri. Orang-orang yang bergaul denganmu
akan merasakan kedamaian dan kegembiraan yang mempesona.
Berpikir
dan hiduplah dalam metta, berbuatlah lebih banyak lagi dalam ucapan dan
perbuatanmu setiap hari. Dengan demikian engkau tidak akan menutup diri dalam
suatu ruangan yang sumpek. Diskriminasi dan segala perbedaan lambat laun akan
lenyap. Sang 'Aku' menyerap kesemuanya dan tidak akan ada 'Aku' lagi. Pada akhirnya
engkau akan menjadi satu dengan 'semua' (sabbatta).
Inilah titik tertinggi dari metta —cinta kasih.***
Sumber:
Buku Peresmian
Pembukaan Perpustakaan Narada; Yayasan Jakarta Dhammacakka Jaya; 21 Oktober
1989
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar