KISAH ORANG
KAYA YANG TIDAK MEMILIKI ANAK
Dhammapada XXIV: 355
Suatu ketika, Raja
Pasenadi dari Kosala datang untuk memberi hormat kepada Sang Buddha. Ia
menjelaskan kepada Sang Buddha bahwa ia terlambat datang karena pada pagi hari
itu seorang kaya telah meninggal dunia di Savatthi tanpa meninggalkan ahli
waris, sehingga ia harus mengambil alih semua kekayaan orang itu. Raja berkata
perihal orang itu, yang meskipun sangat kaya namun sangat kikir.
Saat orang itu
masih hidup, ia tidak pernah memberikan apapun sebagai ujud kemurahan hati. Ia
menolak untuk membelanjakan uangnya bahkan untuk dirinya sendiri, dan
karenanya, makan sangat hemat serta mengenakan pakaian dari kain yang kasar dan
murah. Mendengar hal ini Sang Buddha menceritakan kepada raja serta para
pengiringnya tentang orang itu pada saat kehidupannya yang lampau. Dalam
kehidupannya itu ia juga seorang kaya.
Suatu hari ketika
seorang Paccekabuddha datang dan berdiri untuk berpindapatta di depan rumahnya.
Ia berkata pada istrinya untuk mempersembahkan sesuatu kepada Paccekabuddha.
Istrinya berpikir sangat jarang suaminya memberi izin untuk memberikan sesuatu
pada orang lain. Maka istrinya mengisi penuh mangkok beliau dengan makanan.
Orang kaya tersebut sekali lagi bertemu dengan Paccekabuddha tersebut dalam
perjalanan pulang ke rumah dan ia melihat pada mangkuk makanannya.
Mengetahui bahwa
istrinya telah mempersembahkan makanan yang baik dalam jumlah banyak, ia
berpikir, "Oh, bhikkhu ini hanya akan tidur nyenyak setelah makan enak.
Akan lebih baik bila pelayan-pelayanku yang diberi makanan sebaik itu. Paling
tidak, mereka akan memberiku pelayanan yang lebih baik".
Dengan kata lain,
ia menyesal bahwa ia telah menyuruh istrinya untuk mempersembahkan dana makanan
pada Paccekabuddha.
Orang ini mempunyai
seorang kakak yang juga kaya. Kakaknya hanya mempunyai satu orang anak lelaki.
Karena iri hati atas kekayaan kakaknya, ia telah membunuh keponakannya yang
masih muda dan karenanya mewarisi secara tidak sah kekayaan kakaknya setelah
meninggal dunia.
Karena orang
tersebut telah mempersembahkan dana makanan pada Paccekabuddha ia menjadi orang
kaya dalam kehidupannya sekarang. Karena ia menyesal telah mendanakan makanan
pada Paccekabuddha maka ia tidak punya keinginan untuk membelanjakan apapun
bahkan untuk dirinya sendiri. Karena ia telah membunuh keponakannya sendiri
untuk mendapatkan kekayaan kakaknya ia telah menderita dalam alam neraka
(niraya) selama tujuh kali kehidupan. Perbuatan buruknya telah berakhir
sehingga ia terlahir kembali ke alam manusia. Tetapi di sini ia juga tidak
melakukan perbuatan baik.
Raja kemudian
berkata, "Bhante, meskipun ia telah hidup di sini dalam masa kehidupan
seorang Buddha, ia tidak pernah mempersembahkan apapun kepada Sang Buddha
maupun murid-muridNya. Sesungguhnya ia telah kehilangan kesempatan yang sangat
baik, ia sangat bodoh".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
355 berikut:
Kekayaan dapat menghancurkan orang
bodoh,
tetapi tidak menghancurkan mereka
yang mencari 'Pantai Seberang'
(nibbana).
Karena nafsu keinginan mendapatkan
kekayaan,
orang bodoh menghancurkan dirinya
sendiri,
dan juga akan menghancurkan orang lain.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar