KISAH DHAMMARAMA
THERA
Dhammapada XXV: 364
Ketika beredar
berita di kalangan para murid bahwa Sang Buddha akan mangkat (parinibbana)
dalam waktu empat bulan lagi; banyak di antara para bhikkhu puthujjana, yang
belum mencapai tingkat kesucian mengalami tekanan batin, merasa akan
kehilangan. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Pada umumnya mereka
berusaha berada dekat dengan Sang Buddha, tidak ingin bepergian jauh dari
Beliau.
Ketika itu ada
seorang bhikkhu yang bernama Dhammarama yang tinggal menyendiri dan tidak pergi
mendekat kepada Sang Buddha. Perhatian beliau diarahkan pada perjuangannya
untuk mencapai tingkat kesucian arahat sebelum Sang Buddha meninggal dunia. Ia
melaksanakan meditasi 'Pandangan Terang' (Vipassana Bhavana) dengan tekun.
Kawan-kawan bhikkhu lain tidak mengerti apa harapan beliau dan apa yang sedang
dilakukannya, mereka memiliki pengertian keliru perihal kelakuan Bhikkhu
Dhammarama itu.
Kawan-kawan bhikkhu
tersebut bersama Bhikkhu Dhammarama menemui Sang Buddha, dan mereka berkata
kepada Sang Bhagava, "Bhante, bhikkhu ini kelihatan tidak mau peduli,
tidak menghormat, dan tidak berbakti kepada Bhante. Ia terlihat menyendiri pada
saat para bhikkhu lain sedang berada di dekat Bhante".
Setelah kawan-kawan
bhikkhu itu menceritakan semua pandangannya, Bhikkhu Dhammarama dengan penuh
hormat menjelaskan kepada Sang Buddha apa yang sesungguhnya merupakan
harapannya, dan juga apa yang telah dilaksanakannya dengan mempraktekkan
Vipassana Bhavana.
Sang Buddha sangat
puas dan menghargai apa yang telah diungkapkan dan dilakukan oleh Bhikkhu
Dhammarama, kemudian berkata, "Anak-Ku Dhammarama, engkau telah
berperilaku sangat baik. Seorang bhikkhu yang mencintai dan menghormat
kepada-Ku hendaknya berkelakuan seperti engkau. Mereka yang mempersembahkan
bunga, pelita, dan dupa kepada-Ku tidaklah benar-benar memberi hormat
kepada-Ku. Hanya mereka yang melaksanakan Dhamma, ajaran-Ku, adalah benar-benar
seseorang yang memberikan hormat kepada-Ku".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
364 berikut:
Seorang bhikkhu yang selalu berdiam
dalam Dhamma
dan gembira dalam Dhamma,
yang selalu merenungkan dan
mengingat-ingat akan Dhamma,
maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir
dari Jalan Benar Yang Mulia.
Dhammarama Thera
mencapai tingkat kesucian arahat, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar