BUKU PINTAR AGAMA BUDDHA
Oleh : Tanhadi
KELOMPOK : A (4)
Arahat/(skt.Arahant) : Orang yang terbebas dari semua belenggu, noda dan kotoran batin melalui realisasi Nibbana/nirwana, tingkat kesucian keempat, bebas dari tumimbal lahir.
Arahat ada empat macam, yaitu :
a). Sukkavipassako : yaitu arahat yang memiliki pandangan terang saja. Arahat ini hanya mencapai kesucian batin ( asavakkhaya-nana) saja tanpa memiliki kemampuan batin (abhinna) lain.
b). Tevijjo : yaitu Arahat yang selain mencapai kesucian batin, juga memiliki tiga macam kemampuan batin.
Tiga kemampuan batin ( Abhinna) tersebut adalah :
i. Pubbenivasanussatinana :
Yaitu kemampuan batun mengetahui kehidupan - kehidupan yang lampau.
ii. Dibbacakkhunana :
Yaitu kemampuan batin untuk mengetahui (alam) kelahiran dan kematian dari makhluk-mahkluk.
iii. Asvakkhayanana :
Yaitu kemampuan menghancurkan kekotoran-kekotoran batin.
c). Chalabhinno : yaitu Arahat yang memiliki enam kemampuan batin.
Enam kemampuan itu adalah :
i. Iddhividdhi :
Kemampuan batin fisik, seperti : kebal, merubah dirinya menjadi banyak dan sebaliknya, menghilang, jalan diatas air, melayang diangkasa, menyelam dalam tanah, embus dinding, merubah air menjadi minuman yang disukai dsb.
ii. Dibbasota :
Kemampuan batin untuk mendengarkan suara dari makhluk yang terlihat atau tidak terlihat (dewa, Asura, peta), suara dari tempat jauh atau dekat.
iii. Dibbacakkhu :
Kemampuan batin untuk melihat makhluk yang berwujud atau tidak berwujud, jauh atau dekat, terhalang oleh benda atau gunung. Kemampuan batin berfungsi seperti Catupapatana.
iv. Cetopariyanana :
Kemampuan untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh makhluk lain.
v. Pubbenivasanussatinana
vi. Asavakkhayanna
d). Patisambbidapatto : yaitu Arahat yang memiliki empat macam kemampuan kepintaran (patisambhida) :
i. Atthapatisambhida :
Kepintaran memberikan keterangan maupun mengetahui akibat- akibat perbuatan.
ii. Dhammapatisambhida :
Kepintaran meringkaskan (dhamma) atau mengetahui sebab-sebab perbuatan.
iii. Niruttipatisambhida :
Kepintaran menggunakan kata-kata atau bahasa.
iv. Patibhanapatisambhida :
Kepintaran menerapkan atau menyesuaikan dhamma. Arahat yang memiliki patibhanapatisambhida ini akan lancar dan mudah membabarkan dhamma, contohnya Bhikkhu Sariputra.
Semua Arahat adalah sama kesucian mereka, namun mengenai individu arahat, terdapat beberapa perbedaan berkenaan dengan kualitas atau hasil tambahan yang dimilikinya, yaitu abhinna atau patisambhida, hal ini seperti tersebut diatas.
Arakkha : Perlindungan pada milik.
Ãrãma/(skt.Ãrãma) : 1). Taman, tempat pertemuan sangha, 2). Vihara.
Ãrati /(skt.Ãrati) : Keengganan untuk hidup suci.
Arogya : Sehat.
Ariya / (skt. Ãrya) : 1). Agung, 2). Mulia, 3). Suci
Ariya attahangika magga : 1). Jalan Mulia Beruas delapan, 2). Delapan Jalan kebenaran Mulia.
Ariya Puggala /(skt. Ãryapudgala): Seseorang yang Agung atau Mulia.
Didalam Buddha Dhamma, ariya puggala lebih banyak diartikan sebagai “Makhluk suci”, yaitu manusia atau dewa yang telah menghancurkan atau melenyapkan dengan tuntas, tiga, lima atau sepuluh Samyojana, sehingga mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami atau Arahat.
Ariya Sacca/(skt. Aryasatya) : Kesunyataan Mulia.
Arūpa /(skt.Arūpa): 1).Tidak berbentuk, 2).Tanpa materi.
Arũpa-bhava : 1). Proses-perwujudan tanpa-jasmani , 2).Alam yang tak berbentuk.
Arũpaloka : Alam tanpa jasmani.
Ãsãlha/(skt. Aşãdha) : Nama bulan keempat antara Juni-Juli.
Asampajano : Seorang mahluk tidak tahu.
Ãsanna kamma : Kamma menjelang kematian.
Asaññasatta : Alam para makhluk tanpa kesadaran/pikiran.
Asanni : Tanpa persepsi.
Assada : a). Kegembiraan, 2). Tertarik.
Asankhata /(skt.Asamkhata) : 1).Tidak berkondisi, 2). Yang tidak tercipta.
Asankhata-dhamma/(skt.Asamskrta-dharma) : Sesuatu yang tidak bersyarat.
Asavakkhaya-nana : Kemampuan untuk membasmi Asava atau kekotoran batin.
Ãsava/(skt. Ãsrava) : Kekotoran batin.
Ada empat asava :
- Nafsu keinginan (Kama),
- Menjadi/lahir ( Bhava),
- Pandangan salah (Ditthi) dan
- Ketidaktahuan/kebodohan (Avijja).
Asaya-Anusaya-Nana: Menemukan kecenderungan atau bakat lampau terpendam dalam diri seseorang.
Asura : Raksasa, Yaksa, Naga, Siluman, Gandharva, Jin dan sebagainya (termasuk kelompok iblis dan Mara).
Atakkavacara : Di luar logika (akal) manusia.
Atandito : Tidak malas.
Atappa : Alam yang tenteram.
Atita : Yang lampau, yang telah lalu.
Atmabhavadi : menyerahkan diri.
Atta / (skt. Atman) : 1). Jiwa, 2). Roh, 3). Aku, 4). Diri, 5). Ego.
Atta-upadana : Kemelekatan terhadap ajaran-ajaran tentang adanya jiwa yang kekal.
Attapi : Semangat.
Aţţha/(skt. aşţan) : Delapan.
Attha/(skt.Artha) : 1). Manfaat, 2). Makna, 3). Hakikat.
Aţţhańgasila/(skt. astanańgasila) : Delapan sila.
Attadipa : Jadilah pulau bagi dirimu sendiri.
Attasarana : Janganlah menyandarkan nasibmu pada makhluk lain.
Attha-vimutto : Delapan macam kebebasan.
Attakiriyavada : Paha bebas berkehendak.
Avatãra/(skt. Avatãra) : Titisan.
Aviha : Alam yang dapat bertahan lama.
Avihimsã /(skt. Avihimsã) : 1),Tidak kejam, 2). Kasih sayang, 3). Pikiran senantiasa hendak menolong.
Avihisasankhappa : Pikiran yang bebas dari keinginan untuk mencelakai makhluk lain dan selalu mengembangkan cinta kasih terhadap makhluk lain.
Avijjã /(skt. Avidya): 1). Ketidaktahuan. 2). Kegelapan batin,
Tidak mengetahui kebenaran dan hakekat sesungguhnya segala sesuatu. Hakekat sesungguhnya bahwa batin dan jasmani itu dicengkeram oleh anicca, dukkha, dan anatta yang timbul dan padam dengan sebab akibat yang saling bergantungan.
Karena tidak berpengetahuan, penganut duniawi yang tidak terbimbing memiliki pandangan yang keliru. Ia menganggap yang tidak kekal sebagai suatu yang kekal, yang menyakitkan sebagai kesenangan, yang bukan roh sebagai roh, yang bukan Tuhan sebagai Tuhan, yang tidak murni sebagai kemurnian, yang tidak nyata sebagai kenyataan.
Lebih jauh lagi, avijja adalah tidak memahami lima kelompok kehidupan ( pancakkhandha ), atau batin dan jasmani. secara singkat ; ia tidak mengetahui paticcasamuppada.
Ketidaktahuan atau kegelapan batin adalah salah satu akar penyebab seluruh kekotoran batin, seluruh perbuatan jahat ( akusala ). Semua pikiran jahat merupakan akibat dari kebodohan. Jika tidak ada kebodohan maka perbuatan jahat, baik melalui pikiran, ucapan ataupun tindakan jasmani tidak akan dilakukan. Itulah sebabnya ketidaktahuan disebutkan sebagai mata rantai pertama dari 12 mata rantai Paticcasamuppada.
Meskipun ketidaktahuan ( Avijja ) merupakan mata rantai pertama dari 12 mata tantai Paticcasamuppada namun tidak seharusnya dianggap sebagai penyebab utama segala sesuatunya.
Paticcasamuppada ini semata-mata menjelaskan proses kelahiran dan kematian, tumimbal lahir dan penderitaan dan bukanlah suatu teori yang menerangkan tentang asal –muasal terjadinya alam semesta, ataupun asal-mula dari makhluk. Tentu saja ia bukan penyebab utama, karena segala sesuatu yang timbul merupakan rangkaian dari sebab-sebab pendahulu tertentu, sehingga tidak ada sebab pertama, tak ada gambaran mengenai penyebab pertama dalam pemikiran Buddhist.
Ajaran Paticcasamuppada dapat digambarkan dengan suatu lingkaran mata rantai karena ia merupakan siklus kehidupan. Dalam sebuah lingkaran, titik manapun dapat dianggap sebagai titik awal.
Setiap faktor dari Paticcasamuppada dapat digabungkan dengan yang lain dalam rangkaian yang sama, dan karena itulah, tak ada satupun faktor yang dapat berdiri sendiri ataupun berfungsi tanpa bergantung kepada yang lain, semuanya saling berkaitan dan tak terpisahkan.
Sebab musabab yang saling bergantungan adalah suatu proses yan tak terputus. Dalam proses ini tak ada yang tetap atau pasti, melainkan seluruhnya berada dalam suatu putaran. Ini merupakan timbulnya keadaan yang selalu berubah bergantung pada kondisi serupa yang cepat berlalu. Di sini tak ada kematian ataupun kehidupan yang mutlak, hanyalah fenomena kosong yang berputar (suddha dhamma pavattanti).
Karena itulah, ketidaktahuan, faktor pertama dari mata rantai, bukan merupakan satu-satunya keadaan yang menimbulkan bentuk– bentuk kamma, Karena ketidaktahuannya, ia berjalan semaunya maka akhirnya mengkondisikan faktor kedua yaitu sankhara. Jadi, faktor–faktor dari Paticcasamuppada juga saling mendukung satu sama lain dalam cara yang beraneka ragam.
Akar daripada keberadaan dan penderitaan adalah kegelapan batin. Dijelaskan dalam Sutta sebagai berikut “Tidak mengetahui tentang penderitaan, tidak mengetahui tentang asal mula penderitaan, tidak mengetahui tentang berhentinya penderi taan, tidak mengetahui tentang jalan menuju berhentinya penderitaan (yakni ketidaktahuan tentang Empat Kebenaran Mulia) – Inilah yang disebut dengan
kegelapan batin.”
Majjhima Nikaya 9 - Samma Ditthi Sutta menyatakan :
“Dengan munculnya asava, muncullah kegelapan batin…
Dengan munculnya kegelapan batin, muncullah asava.”
Dengan kata lain, penyebab daripada kegelapan batin adalah asava dan penyebab dari asava adalah kegelapan batin. Mereka saling mengkondisikan satu sama lain. Asava secara harafiah berarti pengaliran (leakage) dan tepat diterjemahkan sebagai suatu keadaan pengaliran mental yang tidak terkendali.
Avijjogha : Merupakan banjir ketidaktahuan.
Terdapat delapan macam ketidaktahuan/ kebodohan batin, yaitu:
1. Dukkhe aññāṇa: ketidaktahuan mengenai penderitaan.
2. Dukkhasamudaye aññāṇa: ketidaktahuan mengenai sebab penderitaan.
3. Dukkhanirodhe aññāṇa: ketidaktahuan mengenai akhir penderitaan.
4.Dukkhanirodhagāminiyapañipadāye aññāṇa: ketidaktahuan mengenai jalan yang membawa pada akhir penderitaan.
5. Pubbante aññāṇa: ketidaktahuan mengenai masa lampau.
6. Aparante aññāṇa: ketidaktahuan mengenai masa yang akan datang.
7. Pubbantāparante aññāṇa: ketidaktahuan mengenai masa lampau dan masa yang akan datang.
8.Idappaccayatāpaṭiccasamuppannesu dhammesu aññāṇa: ketidaktahuan mengenai hukum sebab-musabab yang saling bergantungan.
Avirodha : Tanpa halangan.
Ãvuso /(skt. ayuşmat) : Sahabat.
Avyãkata : 1). Tidak dapat diterangkan, 2). Netral.
Ayasma : 1). Yang Ariya, 2). Bhante.
Ãyatana/(skt. Ãyatana) : 1). Landasan indriya, 2). Tempat tinggal, 3). Sumber.
Enam alam dalam Enam landasan indria ; mata, telinga, hidung, lidah, badan jasmani dan pikiran enam alam ekstern : bentuk yang dapat dilihat, suara, bau-bauan, perasaan lidah, benda yang dapat disentuh dan obyek pikiran.
Ayatanappannatti : Landasan indriya.
ko tanhadi,klo bisa,tampilan blognya diubah jadi background warna putih la..setiap kali gw baca2 di blog ko tanhadi,mata gw jadi belang2 liat objek lain..
BalasHapusAuwww...hehe..., iya..tapi sudah terlanjur banyak isinya, jadi kalau backgroundnya dirubah warna putih, maka tulisannya sebagian akan hilang (tidak terlihat) atau buram....., makanya tulisannya tidak saya pakai warna putih..sebab akan tambah berkilau dan para pembaca nanti akan berkunang-kunang matanya..hahahaha..., thx atas sarannya, namun sementara saya belum bisa menggantinya, pelan-pelan saya nunggu ada background yang lebih cerah deh....:)
BalasHapusNah.....Gimana kalau yang ini..., kalau ada yang kurang tolong kasih masukan lagi ya..? dan Anumodana atas saranmu...:)
BalasHapusSalama saya dalam Dhamma,
Namo Buddhaya.