UNTUK DIRENUNGKAN
Oleh : Tanhadi
Manusia tidak ada yang
persis sama
Manusia
muncul dari berbagai bentuk, warna-kulit, dan sifat yang berbeda-beda, tidak
ada yang persis sama. Oleh sebab itulah pemikiran, pembicaraan, kelakuan orang
lain tidak mungkin sama dengan kita. Kita`pun tidak mungkin dapat mengendalikan
pemikiran, pembicaraan, dan perbuatan orang lain.
Ketika
kita sudah mengerti bahwa pemikiran manusia di dunia ini tidak ada satu`pun
yang persis sama dengan kita, maka semua celaan, hinaan, kata-kata kasar yang
kita alami tidak terlalu penting lagi bagi kita.
Kita
hanyalah seperti sebutir debu yang sama sekali tidak berarti di dalam proses
kehidupan manusia yang tidak luput dari kebenaran dan kesalahan.
Dalam
kehidupan kita yang relatif singkat ini, buat apa mempertahankan siapa yang
benar dan siapa yang salah?. Asalkan kita bertindak sesuai dengan sifat manusia
dan melakukan sesuatu lebih dahulu mengutamakan perasaan orang lain, maka
kehidupan bermasyarakat akan terasa lebih baik dan nyaman.
Seperti
seekor gajah di medan perang
dapat
menahan serangan panah yang dilepaskan dari busur,
begitu
pula Aku (Tathagata) tetap bersabar terhadap cacian;
sesungguhnya,
sebagian besar orang mempunyai kelakuan rendah.
(Dhammapada. 320)
Kecantikan hanyalah
setipis kulit
Kecantikan
hanyalah setipis kulit, bukanlah kecantikan sesungguhnya. Kecantikan batin
barulah kecantikan yang sesungguhnya. Orang yang mudah mabuk akan cinta nafsu
birahi adalah orang yang mengemari kecabulan, yang mudah tergoda oleh
kecantikan/ketampanan. Karena terpesona oleh ilusi kecantikan fisik, ia tidak
dapat melihat dengan jelas kecantikan sesungguhnya, manusia terbelenggu dalam
lingkaran dunia fana.
“ Inilah
kenyataan perubahan dari kecantikan wajah!
Sekarang
lihatlah semua kenyataan ini".
“ Khema,
lihatlah paduan unsur-unsur ini,
berpenyakit,
penuh kekotoran dan akhirnya membusuk.
Tipu daya
dan kemelekatan adalah keinginan orang bodoh".
"Khema,
semua makhluk di dunia ini, hanyut dalam nafsu indria,
dipenuhi
oleh rasa kebencian, diperdaya oleh khayalan,
mereka
tidak dapat mencapai pantai bahagia,
tetapi
hanya hilir mudik di tepi sebelah sini saja".
(Dhammapada
atthakatha. 347)
Tetap Semangat
Setelah
mengalami tempaan dalam perjalanan hidup yang penuh duri ini, barulah kualitas
diri kita semakin meningkat dan matang. Kita jangan merasa sulit untuk bangkit
setelah jatuh. Kebangkitan harus kita ciptakan sendiri, kejatuhan juga harus
kita tanggulangi sendiri. Biarpun hidup kita sangat sederharna, namun yang
penting adalah tetap memiliki semangat menyongsong ke depan untuk menyambut
kehidupan yang lebih baik. Jangan mengelak, mengeluhkan kesulitan yang kita
jumpai, karena kehidupan ini tidak seburuk apa yang kita bayangkan.
Arahan
yang jelek akan membuat pikiran kita terkubur dalam pikiran yang miskin dan
sempit. Pemikiran yang suram menjadikan nasib kita jadi suram juga. Pikiran dan
perasaan yang ceria dan penuh harapan akan membawa masa depan yang cerah bagi
kita. Hanya dalam sikap suasana hati yang penuh semangat dan penuh harapan,
barulah kita dapat menggapai kehidupan bahagia.
“Kembangkanlah
pikiran yang penuh cinta kasih;
bersikaplah
welas asih dan terlatih di dalam sila.
Bangkitkan
semangatmu, bersikaplah teguh,
senantiasa
mantap dalam membuat kemajuan.”
(Theragâthâ 979)
Hindari kata-kata Kasar
Ada
banyak cara untuk mengoreksi orang lain ketika ia bersalah dengan mengkritik,
menyalahkan, mempermalukannya di depan publik, tapi hal itu hanya akan
memperburuk keadaan dan bukannya membenahi. Jika kita dapat menunjukkan perhatian
bagi masa depan seseorang dengan kata-kata yang baik, suatu hari mungkin ia
akan berterimakasih kepada kita. Oleh karena itu kapan saja bila kita hendak
mengeluarkan pendapat atau pun pandangan-pandangan kita terhadap orang lain,
janganlah mengunakan kata-kata yang kasar, tidak menyenangkan dan dapat membuat
perasaan orang lain tersinggung.
“ Marilah
kita pergunakan kata-kata,
yang tidak
menyakiti kita, yang tidak saling menyakiti,
Itulah
kata-kata yang sungguh-sungguh bermanfaat.
Marilah
kita berucap yang menyenangkan,
yang
kata-katanya membuat orang gembira,
itulah
kata-kata yang sungguh-sungguh bermanfaat."
(Sutta Nipata
451-452)
-oOo-