KISAH NANGAKULA
THERA
Dhammapada XXV: 379-380
Nangala adalah
seorang buruh tani yang bekerja da seorang petani. Suatu hari seorang bhikkhu
melihatnya sedang bekerja di sawah dengan pakaian tuanya yang koyak-koyak. Sang
bhikkhu bertanya kepadanya apakah ia berminat menjadi seorang bhikkhu. Ketika
ia menyetujui, sang bhikkhu membawanya ke vihara, dan mentahbiskannya menjadi
bhikkhu. Setelah diterima dalam Pasamuan Bhikkhu seperti yang telah
dinasihatkan oleh gurunya, ia meninggalkan bajak dan pakaian tuanya pada sebuah
pohon tidak jauh dari vihara. Karena orang miskin itu meninggalkan bajaknya
untuk memasuki pasamuan, maka ia dikenal dengan nama Nangala Thera (nangala
artinya bajak).
Kehidupan di vihara
lebih baik, maka Nangala Thera menjadi lebih sehat, dan berat badannya
bertambah. Setelah beberapa saat, ia merasa bosan dengan kehidupannya sebagai
bhikkhu dan sering memikirkan untuk kembali menjadi perumah tangga.
Jika pikiran itu
muncul, ia akan pergi ke pohon dekat vihara, di mana bajak dan pakaian tuanya
ditaruh.
Di sana ia menegur
dirinya sendiri, "O, orang tak tahu malu! Apakah kamu masih menginginkan
kembali menggunakan pakaian tua ini dan bekerja keras, hidup rendah sebagai
buruh kasar?"
Setelah berpikir
seperti itu, ketidak-puasan terhadap kehidupan bhikkhunya menjadi sirna, dan ia
kembali ke vihara. Ia pergi ke pohon itu setiap tiga atau empat hari, untuk
merenungkan kembali tentang masa lalunya yang tidak menyenangkan.
Jika para bhikkhu
bertanya kepadanya tentang seringnya ia berkunjung ke pohon itu, ia menjawab,
"Saya pergi ke tempat guru saya".
Waktu berlalu,
karena ketekunannya, akhirnya ia mencapai tingkat kesucian arahat, dan ia
berhenti pergi ke pohon lagi.
Para bhikkhu lain
memperhatikan hal itu, bertanya kepadanya, "Mengapa engkau sekarang tidak
lagi berkunjung kepada gurumu?"
Kepada mereka, ia
menjawab, "Saya pergi kepada guru saya karena saya memerlukannya, tetapi
sekarang saya tidak memerlukan pergi kepadanya".
Para bhikkhu
mengerti apa maksud jawabannya itu, mereka pergi menghadap Sang Buddha dan
memberitahu, "Bhante, Nangala Thera menyatakan diri telah mencapai tingkat
kesucian arahat. Itu barangkali tidak benar; ia membual, ia berkata
bohong".
Kepada mereka, Sang
Buddha berkata, "Para bhikkhu, jangan berkata seperti itu perihal Nangala,
ia tidak berkata bohong. Anak-Ku Nangala, dengan introspeksi diri dan
memperbaiki diri sendiri telah berhasil mencapai tingkat kesucian arahat".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
379 dan 380 berikut ini:
Engkaulah yang harus mengingatkan
dan memeriksa dirimu sendiri. O bhikkhu,
bila engkau dapat menjaga dirimu sendiri
dan selalu sadar,
maka engkau akan hidup dalam
kebahagiaan.
(379)
Sesungguhnya diri sendiri menjadi tuan
bagi diri sendiri.
Diri sendiri adalah pelindung bagi diri
sendiri.
Oleh karena itu kendalikan dirimu
sendiri,
seperti pedagang kuda menguasai kuda
yang baik.
(380)
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar