9. KARUNA
Belas
Kasihan, Welas Asih
Karuna adalah belas kasihan atau welas asih
kepada makhluk yang kurang beruntung. Karuna mendorong niat untuk menyelamatkan
makhluk yang kurang beruntung dan untuk membebaskan penderitaan mereka. Ketika
melihat seseorang dalam kesedihan, muncullah suatu niat untuk membantu. Jika
tidak dapat berbuat demikian, dia merasa tidak enak dan khawatir. Ini bukanlah karuna sejati. Ini hanyalah domanassa (penderitaan batin) yang
dilandasi karena kasihan, dan umumnya muncul dari hati orang baik. Oleh karena
itu, meskipun ini adalah domanassa,
namun akusala ini tidaklah terlalu
buruk. Pada keyataannya ini lumrah bagi orang yang baik dan penuh iba.
Bukan Karuna
Kadang orang
merasa kasihan kepada sanak keluarga dan teman yang dalam kesulitan, dan
berkeinginan untuk membantu mereka. Sebenarnya perasaan ini adalah faktor
mental yang disebut soka (dukacita),
dan bukan karuna sejati. Karuna sejati memunculkan welas asih dan
kasihan kepada orang lain, sementara karuna
semu memunculkan khawatir dan gelisah.
Mentalitas Orang Bajik
Semua orang
baik akan merasa karuna kepada orang
yang kurang beruntung ketika mereka benar-benar menjumpai orang semacam itu.
Bagaimanapun juga, mereka akan menyebarkan metta
hanya kepada teman, saudara, dan handai taulan. Namun orang bajik sejati
yang memenuhi sepuluh parami (kesempurnaan)
dan orang-orang suci yang telah sempurna dalam parami, khususnya Bodhisatta,
mempunyai welas asih yang sangat besar kepada semua makhluk hidup, merasa
sangat peduli dengan bahaya apaya dan
akibat buruk atas perbuatan buruk yang telah mereka lakukan. Seperti halnya
orang tua merasa kasihan kepada anaknya yang miskin dan menderita, mereka dapat
memancarkan metta kepada semua
makhluk tanpa diskriminasi. Mereka dapat dibandingkan seperti orang tua yang
mengasihi semua anaknya dengan seimbang. termasuk terhadap yang nakal
sekalipun.
Metta dan Karuna telah mengakar kuat dalam batin dan jasmani Bodhisatta pada setiap kehidupannya,
sembari memenuhi parami mereka
menjadi bertambah matang pada saat pencapaian pencerahan sempurna. Dengan
kekuatan ini, Buddha Gotama menaklukkan Mara
dengan metta yang tak tergoyahkan
ketika Mara mencoba untuk menggganggu
dan menggagalkannya pada malam pencapaian pencerahan. Buddha tak henti-hentinya
memancarkan metta dan pengampunan
yang luar biasa terhadap Mara yang
selalu berusaha untuk menjatuhkanNya. Dengan cara yang sama, Buddha menundukkan
Devadatta yang melakukan persekongkolan untuk membunuhNya.
Pada zaman
sekarang, mereka yang ingin menjadi orang bajik dan suci harus meneladani sifat
Bodhisattta. Kita seyogianya tidak
berpikir : “ Saya akan baik jika orang lain baik kepada saya.” Alih-alih, kita
harus bersikap : “ Meskipun mereka jahat, saya hanya akan memperlakukan mereka
dengan baik. Apakah mereka baik atau jahat, saya harus memperlakukan mereka
dengan baik.” Kita harus senantiasa ingat untuk melimpahkan metta dan karuna yang tulus kepada setiap orang.
Sumber
:
Abhidhamma
sehari-hari Bab III. hal 105-107 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar