Sang Buddha mengatakan bahwa ajaran Beliau adalah tentang penderitaan dan lenyapnya penderitaan. Pernyataan ini bukan berarti bahwa Dhamma hanya berhubungan dengan pengalaman penderitaan kita dalam kehidupan ini, melainkan hal ini menyiratkan bahwa kita dapat menggunakan pengalaman kita sekarang ini, didukung oleh pengamatan cerdas, sebagai sebuah kriteria untuk menentukan apa yang bermanfaat dan apa yang menghalangi kemajuan spiritual kita. Tuntutan hidup kita yang bertubi-tubi, yang memancar dari dalam diri kita, adalah kebutuhan akan kebebasan dari bahaya, dukacita, dan kesedihan; atau, disebutkan secara positif, kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Akan tetapi, untuk menghindari bahaya dan untuk mengamankan kesejahteraan kita, tidaklah cukup bagi kita untuk hanya dengan berdoa dan berharap. Pertama-tama kita harus memahami kondisi-kondisi di mana bahaya dan kesejahteraan itu bergantung.
Menurut Sang Buddha, apapun yang muncul, muncul melalui penyebab dan kondisi yang bersesuaian, dan hal ini berlaku dengan kekuatan yang sama baik pada penderitaan maupun kebahagiaan. Demikianlah kita harus mengetahui penyebab-penyebab dan kondisi-kondisi yang mengarah menuju bahaya dan penderitaan, dan demikian pula dengan penyebab-penyebab dan kondisi yang mengarah menuju kesejahteraan dan kebahagiaan. Begitu kita telah menggali kedua prinsip ini, yaitu kondisi-kondisi yang mengarah menuju bahaya dan penderitaan, dan kondisi-kondisi yang mengarah menuju kesejahteraan dan kebahagiaan maka kita memiliki penyelesaian secara garis besar atas keseluruhan proses yang mengarahkan kita menuju tujuan akhir, kebebasan tertinggi dari penderitaan.
Semoga bermanfaat.
Mettacittena,
Tanhadi