Jumat, Januari 31, 2014

Untuk Direnungkan

UNTUK DIRENUNGKAN
Oleh : Tanhadi

Manusia tidak ada yang persis sama

Manusia muncul dari berbagai bentuk, warna-kulit, dan sifat yang berbeda-beda, tidak ada yang persis sama. Oleh sebab itulah pemikiran, pembicaraan, kelakuan orang lain tidak mungkin sama dengan kita. Kita`pun tidak mungkin dapat mengendalikan pemikiran, pembicaraan, dan perbuatan orang lain.

Ketika kita sudah mengerti bahwa pemikiran manusia di dunia ini tidak ada satu`pun yang persis sama dengan kita, maka semua celaan, hinaan, kata-kata kasar yang kita alami tidak terlalu penting lagi bagi kita.

Kita hanyalah seperti sebutir debu yang sama sekali tidak berarti di dalam proses kehidupan manusia yang tidak luput dari kebenaran dan kesalahan.

Dalam kehidupan kita yang relatif singkat ini, buat apa mempertahankan siapa yang benar dan siapa yang salah?. Asalkan kita bertindak sesuai dengan sifat manusia dan melakukan sesuatu lebih dahulu mengutamakan perasaan orang lain, maka kehidupan bermasyarakat akan terasa lebih baik dan nyaman.

Seperti seekor gajah di medan perang
dapat menahan serangan panah yang dilepaskan dari busur,
begitu pula Aku (Tathagata) tetap bersabar terhadap cacian;
sesungguhnya, sebagian besar orang mempunyai kelakuan rendah.
(Dhammapada. 320)


Kecantikan hanyalah setipis kulit

Kecantikan hanyalah setipis kulit, bukanlah kecantikan sesungguhnya. Kecantikan batin barulah kecantikan yang sesungguhnya. Orang yang mudah mabuk akan cinta nafsu birahi adalah orang yang mengemari kecabulan, yang mudah tergoda oleh kecantikan/ketampanan. Karena terpesona oleh ilusi kecantikan fisik, ia tidak dapat melihat dengan jelas kecantikan sesungguhnya, manusia terbelenggu dalam lingkaran dunia fana.

“ Inilah kenyataan perubahan dari kecantikan wajah!
Sekarang lihatlah semua kenyataan ini".

“ Khema, lihatlah paduan unsur-unsur ini,
berpenyakit, penuh kekotoran dan akhirnya membusuk.
Tipu daya dan kemelekatan adalah keinginan orang bodoh".

"Khema, semua makhluk di dunia ini, hanyut dalam nafsu indria,
dipenuhi oleh rasa kebencian, diperdaya oleh khayalan,
mereka tidak dapat mencapai pantai bahagia,
tetapi hanya hilir mudik di tepi sebelah sini saja".

(Dhammapada atthakatha. 347)

Tetap Semangat

Setelah mengalami tempaan dalam perjalanan hidup yang penuh duri ini, barulah kualitas diri kita semakin meningkat dan matang. Kita jangan merasa sulit untuk bangkit setelah jatuh. Kebangkitan harus kita ciptakan sendiri, kejatuhan juga harus kita tanggulangi sendiri. Biarpun hidup kita sangat sederharna, namun yang penting adalah tetap memiliki semangat menyongsong ke depan untuk menyambut kehidupan yang lebih baik. Jangan mengelak, mengeluhkan kesulitan yang kita jumpai, karena kehidupan ini tidak seburuk apa yang kita bayangkan.

Arahan yang jelek akan membuat pikiran kita terkubur dalam pikiran yang miskin dan sempit. Pemikiran yang suram menjadikan nasib kita jadi suram juga. Pikiran dan perasaan yang ceria dan penuh harapan akan membawa masa depan yang cerah bagi kita. Hanya dalam sikap suasana hati yang penuh semangat dan penuh harapan, barulah kita dapat menggapai kehidupan bahagia.

“Kembangkanlah pikiran yang penuh cinta kasih;
bersikaplah welas asih dan terlatih di dalam sila.
Bangkitkan semangatmu, bersikaplah teguh,
senantiasa mantap dalam membuat kemajuan.”

(Theragâthâ 979)

Hindari kata-kata Kasar

Ada banyak cara untuk mengoreksi orang lain ketika ia bersalah dengan mengkritik, menyalahkan, mempermalukannya di depan publik, tapi hal itu hanya akan memperburuk keadaan dan bukannya membenahi. Jika kita dapat menunjukkan perhatian bagi masa depan seseorang dengan kata-kata yang baik, suatu hari mungkin ia akan berterimakasih kepada kita. Oleh karena itu kapan saja bila kita hendak mengeluarkan pendapat atau pun pandangan-pandangan kita terhadap orang lain, janganlah mengunakan kata-kata yang kasar, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan orang lain tersinggung.

“ Marilah kita pergunakan kata-kata,
yang tidak menyakiti kita, yang tidak saling menyakiti,
Itulah kata-kata yang sungguh-sungguh bermanfaat.

Marilah kita berucap yang menyenangkan,
yang kata-katanya membuat orang gembira,
itulah kata-kata yang sungguh-sungguh bermanfaat."

(Sutta Nipata 451-452)

-oOo-





Tidak ada komentar:

Posting Komentar