Rabu, April 13, 2011

Hui Ke Mencari Dharma

HUI KE MENCARI DHARMA

Ji Guang (487-472), Seorang pelajar Kong Hu Cu yang lemah, pergi ke kuil Shaolin untuk mencari pengajaran dari Bodhidharma. Saat Bodhidharma pertama kali melihatnya, sang guru berkata, ‘Aku tidak menerima murid yang fisiknya lemah.’ Oleh karena itu, sang guru mengajari Ji Guang ilmu Delapan belas Tangan Lohan untuk menguatkan fisiknya.

Setelah setahun berlatih, Ji Guang meminta sang Guru memberikan instruksi lebih lanjut. Bodhidharma lalu duduk dalam posisi meditasi di gua, yang sekarang disebut Gua Bodhidharma, tidak jauh dari Kuil Shaolin. ‘Jika kau dapat menarikku dari tempat dudukku, aku akan mengajarimu.’ Ji Guang berusaha keras namun ia terkejut karena tidak dapat memindahkan sang guru. Oleh karena itu, Bodhidharma mengajarinya Metamorfosis Otot untuk mengembangkan kekuatan internalnya.

Satu tahun berikutnya, Ji Guang, yang sekarang menjadi lambang kesehatannya dan vitalitas, mencari Bodhidharma di gua favoritnya untuk latihan lebih lanjut. Bodhidharma berkata,’Burung di luar gua terlalu ribut bagimu untuk dapat belajar dengan efektif.’ Ji Guang mengusir burung-burung itu, namun burung-burung itu terbang kembali ke tempatnya setelah ia pergi. Ia bahkan menggunakan tenaga dalamnya untuk mematahkan sebuah batang pohon besar tempat burung-burung itu duduk namun mereka terbang ke puncak pohon. Saat Ji Guang bingung apa yang harus dilakukan, Bodhidharma melakukan meditasi, dan dengan menggunakan kekuatan supranormalnya, menciptakan angin yang kuat yang merontokkan begitu banyak daun sehingga burung-burung itu pergi. Kemudian Bodhidharma mengajari meditasi pada Ji Guang.

Setelah tiga tahun berlatih meditasi, Ji Guang mencari gurunya kembali namun setiap kali Bodhidharma selalu menghindarinya. Suatu hari yang penuh angin di kuil Shaolin, Ji Guang mendapati gurunya bermidtasi di dalam sebuah kamar, yang sekarang dinamakan Kamar Bodhidharma. Salju turun dengan lebat, namun Ji Guang berdiri menanti dalam salju. Ia menunggu dan menunggu sampai salju mencapai lututnya. Ia mampu berdiri dalam dingin karena latihan Metamorfosis Ototnya. Oleh karena itu, bangunan itu sekarang disebut sebagai Pavilliun-berdiri-di-tengah-salju. Pada akhirnya Bodhidharma bangun.

‘Tolong ajari aku caranya, guru.” pinta Ji Guang.

‘Tidak !”

“Tolong Guru, kapan kau bisa mengajari aku?”

“Saat salju berubah menjadi merah.”

Dengan tenang, menggunakan tenaga dalamnya, Ji Guang memotong tangan kirinya; darah memancur, membuat merah salju.

Dengan tenang pula, Bodhidharma bertanya, “Apa yang mengganggumu?”

“Pikiranku menggangguku. Tolong tenangkan pikiranku, guru.”

“Keluarkan pikiranmu, dan aku akan menenangkannya,” kata sang guru.
Tiba-tiba secercah senyum menghiasi wajah Ji Guang. “Aku mencari pikiranku namun tidak dapat menemukannya. Aku tidak memiliki pikiran !”

“Kau telah sadar!” kata Bodhidharma. “Mulai sekarang kau akan dipanggil Hui Ke, yang berarti Mampu Menyampaikan Kebijaksanaan.”

Bodhidharma mengajarkan Sutra Lankavatara kepada Hui Ke (Eka dalam bahasa jepang). Ketika Bodhidharma hendak memasuki parinirwana, ia menyerahkan kasaya katunnya, tanda patriaki Zen, kepada Hui Ke yang karenanya menjadikannya sebagai Patriaki Kedua.

Sumber: COMPLETE BOOK OF ZEN, by: WONG KEW KIT

oooOOooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar