Rabu, April 13, 2011

KISAH PARA SESEPUH CHAN
(Zen Buddhisme China)
5. HONG REN dan 6. HUI NENG

(Sesepuh Chan ke-5 dan ke-6)

Pemimpin Chan ke-6, Hui Neng dianggap sebagai pemimpin Chan paling berhasil, karena di bawah kepemimpinannya, Chan berkembang pesat di China.

Pemikiran, kata-kata dan tindakannya di catat oleh murid-murid-nya dalam suatu karya yang dikenal sebagai Platform Sutra (Sutra Dasar) dari Pemimpin Chan ke-6. Dan mungkin satu-satu-nya karya dalam sejarah Buddhisme China yang diakui sebagai Sutra.

Nama asli keluarga Hui Neng adalah Lu. Ia dilahirkan tahun 638 dan penduduk asli Ling Nan di provinsi Guang Dong. Ayahnya, pejabat yang dicopot dan di buang sebagai orang biasa ke Xin Zhou di Ling Nan. Ayah Hui Neng wafat saat ia masih kecil dan ia hidup sangat miskin dengan ibunya yang sudah tua. Ia menjual kayu bakar di pasar untuk makan. Hui Neng tidak pernah belajar membaca dan menulis. Suatu hari ketika pulang dari pasar setelah menjual kayu bakarnya, Hui Neng mendengar seorang biksu pengelana berkata :

Biksu pengelana : Biarkan pikiran berfungsi bebas dan tidak tinggal pada apapun.

Hui Neng : Bolehkah kutanya, apa yang anda lantunkan ?

Biksu Pengelana : Isi dari Sutra Intan.

Hui Neng : Darimana anda mempelajari naskah itu ?

Biksu pengelana : Dari pemimpin Chan ke-5 Hong Ren yang tinggal di gunung Huang Mei di provinsi He Nan.

Dipenuhi semangat untuk mengetahui lebih banyak, Hui Neng memutuskan untuk pergi ke sana dan mengatur agar ibunya dirawat oleh seseorang. Maka ia memulai perjalannya ke He Nan untuk mencari dharma. Setelah berjalan selama lebih dari tigapuluh hari, akhirnya Hui Neng tiba di gunung Huang Mei dan segera bertemu dengan Hong Ren.

Hong Ren : Darimana asalmu dan apa yang kamu inginkan ?

Hui Neng : Hambamu adalah rakyat jelata dari Xin Zhou di Ling Nan. Saya datang untuk mengabdimu dan tujuanku adalah mencapai kebuddhaan.

Hong Ren : Jadi kamu adalah seorang barbar dari Ling Nan. Bagaimana kamu bisa mencapai kebuddhaan ?

Hui Neng : Manusia bisa digolongkan menjadi orang utara atau orang selatan, tapi jangan katakan bahwa sifat buddha memiliki perbedaan utara selatan ini. Tubuh seorang barbar mungkin berbeda dari tubuh seorang biksu, tapi apakah bedanya menurut pandangan sifat buddha ?

Hong Ren berpikir (Barbar ini terlalu kritis sifat dan wataknya) lantas berkata,

Hong Ren : Pergilah ke halaman belakang dan bekerjalah sebagai penumbuk padi.

Hui Neng bekerja selama delapan bulan di gunung Huang Mei sebagai penumbuk padi. Suatu hari, Hong Ren merasa bahwa waktunya telah tiba untuk menyampaikan segel pencerahan dharma (dalam hal ini yang diserahkan adalah jubah sesepuh dan mangkok pindapata yang konon merupakan mangkok pindapata buddha sakyamuni) sebagai tanda pewarisan kedudukan pemimpin Chan.

Hong Ren : Aku ingin kalian semua menulis gatha berdasarkan pemahaman kalian akan dharma. Siapa yang mengerti kebenaran sejati akan mewarisi jubah dan dharma sebagai pemimpin Chan ke-6.   

Semua murid menganggap Shen Xiu, biksu kepala, sebagai orang yang paling berpeluang mewarisi jubah penerus. Shen Xiu menulis gatha di sebuah dinding vihara.

Tubuh adalah Pohon Pencerahan,
Pikiran adalah tiang tempat cermin terang,
Bersihkan terus-menerus dengan rajin dan selalu waspada,
agar tidak tercemar oleh debu-debu duniawi.

Gatha ini mendapat pujian dari banyak rekan-rekan biksu Shen Xiu.

Secara tidak sengaja, seorang biksu muda mengulang Gatha Shen Xiu di belakang vihara tempat Hui Neng bekerja. Lantas Hui Neng menanyakan

Hui Neng : Siapa yang mengarang gatha ini ?

Biksu Muda : Gatha itu dikarang oleh Shen Xiu dan ditulis di tembok vihara.

Hui Neng : Bisa aku ke sana melihatnya ?

Biksu Muda : Tentu Saja. Gatha itu tertulis di sana.

Hui Neng : Orang yang menulis ini belum tercerahkan !!

Biksu lainnya : Kamu tahu arti gatha ini ? Hebat !!

Hui Neng : Bahkan orang terendah bisa memiliki kebijaksanaan tertinggi, sebaliknya orang yang tertinggi mungkin memiliki ide konyol tentang kebijaksanaan.  

Aku juga punya sebuah Gatha. Bisakah kamu menuliskannya di dinding untukku ?

Biksu lainnya : Tentu saja.

Awalnya, tidak ada pohon Pencerahan,
juga tidak ada tiang dengan cermin terang,
karena segala sesuatu pada awalnya kosong,
Dimanakah debu-debu bisa melekat ?

Hui Neng : Ayo pergi...

Gatha Hui Neng menimbulkan kehebohan di kalangan vihara karena menjadi semacam tandingan dari Gatha Shen Xiu. Akhirnya Hong Ren mengetahui tentang hal ini dan melihat sendiri Gatha Hui Neng.

Hong Ren : Gatha itu tidak mencerminkan pencerahan. Hapuskan !!

Hari-hari berikutnya, Hong Ren diam diam memperhatikan Hui Neng. dan pada suatu saat Hong Ren meminta Hui Neng datang ke kamar pribadinya pada tengah malam.

Malam itu, Hong Ren menjelaskan Sutra Intan kepada Hui Neng, yang tercerahkan sepenuhnya ketika mendengar kata-kata ini :
“ Jagalah pikiranmu tetap waspada tanpa melekat pada apapun, dimanapun .”

Hong Ren memberikan jubah pewaris kepada Hui Neng.

Hong Ren : Di masa lalu, ketika Bodhidharma datang ke Cina, orang tidak percaya pada kebenaran yang dikatakannya. Maka dalam Chan ada tradisi menurunkan jubah dan meneruskan pencerahan. Mulai sekarang kamu adalah pemimpin Chan ke-6. Jaga dirimu dan pergilah bertapa sebelum memberikan ajaran. Penyerahan jubah ini mungkin menimbulkan iri hati. Jadi kamu harus pergi dari tempat ini segera.

Sesampainya di tepi sungai.

Hong Ren : Mari kuseberangkan.

Setelah sampai di tengah sungai.

Hong Ren : Ketika murid masih kebingungan, guru harus menyeberangkannya. Bila ia sudah tercerahkan, ia harus menyeberang sendiri.

Hui Neng kemudian mengambil alih dayung.

Hong Ren : Di masa depan, dharma akan berkembang pesat melaluimu. Pergilah ke selatan. Dharma tidak mudah disebarkan. Tunggulah sampai waktunya tiba sebelum menjelaskannya.

Hui Neng : Terima kasih atas nasihat guru.

Hong Ren : Sebarkan benih di antara makhluk yang sadar, dan ia akan berbuah di tanah yang subur. Tanpa kesadaran takkan ada benih yang tumbuh; demikian pula tak ada hidup tanpa alam.


oooOOooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar