Rabu, Desember 28, 2011

Batok Kelapa


BATOK KELAPA


Nafsu keinginan adalah kekotoran, tetapi kita pertama sekali harus memiliki nafsu keinginan untuk bisa mulai melaksanakan Jalan.

Andaikan Anda membeli sebuah kelapa di pasar dan pada saat membawanya pulang, seseorang bertanya:

“Mengapa Anda membeli kelapa?”

“Saya ingin memakannya.”

“Apakah Anda ingin memakan batoknya juga?”

“Tentu saja tidak!”

“Saya tidak mengerti. Jika Anda tidak ingin memakan batok, mengapa Anda membelinya?”

Baiklah, apa yang Anda katakan? Bagaimana Anda menjawab pertanyaan itu?
Kita berlatih dengan memulainya dari nafsu keinginan.
Jika kita tidak memiliki nafsu keinginan, kita tidak akan bisa berlatih.
Merenung dengan cara ini dapat membangkitkan kebijaksanaan, tahukah Anda?
Sebagai contoh, kelapa-kelapa itu: Apakah Anda juga akan memakan batoknya?
Batok dan sabutnya diperlukan untuk membungkus buah kelapa itu.
Setelah Anda memakan buah kelapa, batok dan sabutnya Anda buang saja, bukan?

Latihan kita juga seperti ini. Kita tidak akan memakan batoknya, tetapi belum waktunya untuk membuang batok itu. Kita mempertahankannya dahulu, sebagaimana kita lakukan terhadap nafsu keinginan. Beginilah cara kita berlatih.

Jika ada seseorang yang ingin menuduh kita memakan batok kelapa, itu urusan mereka. Kita hanya perlu sadar atas apa yang kita lakukan.


  
Semoga bermanfaat


]˜


Tidak ada komentar:

Posting Komentar