CARA MENGAJARKAN DHAMMA
Sang Buddha mengharapkan agar kita sebagai umat Buddha membagi
Dhamma kepada orang-lain agar semua orang juga dapat belajar hidup berbahagia
dan damai.
Bila dia tak berbicara, orang tak akan mengenalnya;
Dia hanyalah orang bijaksana ditengah orang bodoh
Tapi kalau dia berbicara dan mengajarkan Kebenaran,
Orang lain akan mengenalnya.
Oleh karenanya hendaknya dia membabarkan Dhamma,
Hendaknya dia mengibarkan panji kebijaksanaan itu
setinggi-tingginya.
(Anguttara Nikaya II: 51)
Didalam berbagi pengetahuan Dhamma pada orang lain, kita haruslah
peka pada keyakinan-keyakinan orang lain, pula harus dipahami bahwa ada tipe
manusia yang memang tidak akan pernah tertarik pada Dhamma. Praktek-praktek
dalam penyebar-luasan agama seperti pembicaraan-mendua (berubah-ubah/tidak
konsisten), menakut-nakuti, membagi-bagi hadiah atau menjanjikan kesempatan
kerja, sangat tidak sejalan dengan semangat Buddhis. Cara seperti itu malah
hanya akan menumbuhkan 'egoisme', kompromi (merubah/menyesuaikan doktrin
keagamaan sendiri), intoleransi; bukannya keyakinan sejati pada agama sendiri
dan tenggang rasa pada orang lain. Sang Buddha menekankan perlunya pertimbangan
yang mendalam sebelum memperkenalkan Dhamma kepada orang lain.
Sebenarnya, tidaklah mudah mengajarkan Dhamma kepada
orang lain, terlebih dahulu kembangkan secara baik lima hal, lalu setelah itu
ajarkanlah Dhamma. Apa yang lima itu? Ajarkan Dhamma pada orang lain, dengan
berpikir: "Saya akan menyampaikan Dhamma secara bertahap; saya akan berbicara
dengan kemauan baik; saya akan berbicara dengan hati yang bersih; saya tidak
akan berbicara demi kepentingan sendiri; saya tidak akan berbicara yang
merugikan diri sendiri, maupun diri orang lain."
(Anguttara
Nikaya III: 184)
Yang mulia Sariputta, salah satu murid utama Sang
Buddha, memberi nasihat yang sama:
Apabila
seseorang berharap mengajar pada yang lainnya, hendaknya dia mengembangkan
terlebih dahulu lima hal sebelum mengajar. Apa yang lima itu? Hendaknya dia
berpikir: "Saya akan berbicara pada waktu yang tepat, bukan pada waktu
yang salah. Saya akan berbicara tentang apa yang adalah, bukan tentang apa yang
bukanlah. Saya akan berbicara dengan lemah-lembut, bukan dengan kekerasan. Saya
akan berbicara tentang yang baik, bukan tentang apa yang tidak baik. Saya akan
berbicara dengan hati dipenuhi cinta-kasih, bukan dengan pikiran yang dipenuhi
keinginan-jahat."
(Anguttara
Nikaya III: 195)
Terpisah dari nilai-nilai diatas, Sang Buddha juga
berkata bahwa cara penyampaian yang jelas, disertai keyakinan dan kemampuan
menjawab, juga sangat berperan dalam pembabaran Dhamma.
Bila seseorang mengajar
mereka yang ingin belajar,
Tanpa keraguan dan
kerahasiaan dalam pengertian,
Membuka segalanya dan
tidak menyembunyikan ajaran,
Berbicara dengan menatap
Tidak marah bila
mendapat pertanyaan
Bhikkhu seperti inilah
yang berharga
Untuk membabarkan
ajaran.
(Anguttara Nikaya IV:
196)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar