CERMIN-CERMIN FENOMENA
Upa. Amaro Tanhadi
Kebanyakan
orang melihat segala sesuatu (fenomena) sebagaimana yang tampak dan bukan
sebagaimana adanya. Sehingga apapun yang dilihatnya sebagai sesuatu yang indah
dan menyenangkan, ia menjadi bahagia dan melekat terhadap keindahan itu. Namun
ketika sesuatu yang indah itu berubah menjadi usang dan buruk, ia diliputi oleh
kekecewaan, tidak suka dan menjadi tidak bahagia. Dari sisi ‘sesuatu’ itu
sendiri, ia tidak terpengaruh oleh perasaan suka maupun perasaan tidak suka
kita terhadapnya, ia tidak peduli, ia tetap sebagaimana adanya. Hanya diri
kitalah yang memiliki perasaan suka dan tidak suka ini,
dan kemudian melekat pada perasaaan itu. Kita bagaikan sedang memandang cermin-cermin fenomena, ketika kita melihat
cermin, apa yang semestinya berada disebelah kanan, akan tampak berada di
sebelah kiri, demikian pula sebaliknya. Kita hanya membuat diri kita sendiri
menjadi sinting.
Segala
sesuatu, apapun itu, ia hanyalah sebuah fenomena yang dapat mengalami
kerusakan, karena sifat dari segala sesuatu (fenomena) adalah senantiasa tiada
henti berubah dan memiliki ciri ketidaktetapan (Anicca), tidak memuaskan (dukkha),
dan ketiadadirian (Anatta). Mereka
tak lain dan tak bukan hanyalah itu, namun kebanyakan dari kita menjadi
bingung, kita tidak menginginkan sesuatu yang baik, menyenangkan dan membuat
kita bahagia itu mengalami perubahan dan lenyap, namun tentu saja hal itu tidak
realistik.
Sang
Buddha mengajarkan kepada kita bahwasanya semua keindahan, kenikmatan,
kebahagiaan, ketidakbahagiaan, kesukaan, keheningan, keresahan dan semua
pengalaman tanpa kecuali adalah mutlak semuanya tidak pasti, karena
ketidaktetapan adalah sifat alamiah mereka.
Inilah yang seharusnya kita ketahui dan kita renungi
sepanjang waktu, dimanapun kita berada. Pecahkanlah cermin-cermin fenomena
tersebut, kemudian lihatlah segala sesuatu sebagaimana sifat alamiah mereka dan
bukan sebagaimana yang tampak pada cermin-cermin fenomena yang menipu pandangan
kebanyakan orang.
Waru, 24 April 2015
Mettacittena,
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar