Rabu, Juni 12, 2013

9. Karuna (Belas Kasihan, Welas Asih)

9. KARUNA
Belas Kasihan, Welas Asih

Karuna adalah belas kasihan atau welas asih kepada makhluk yang kurang beruntung. Karuna mendorong niat untuk menyelamatkan makhluk yang kurang beruntung dan untuk membebaskan penderitaan mereka. Ketika melihat seseorang dalam kesedihan, muncullah suatu niat untuk membantu. Jika tidak dapat berbuat demikian, dia merasa tidak enak dan khawatir. Ini bukanlah karuna sejati. Ini hanyalah domanassa (penderitaan batin) yang dilandasi karena kasihan, dan umumnya muncul dari hati orang baik. Oleh karena itu, meskipun ini adalah domanassa, namun akusala ini tidaklah terlalu buruk. Pada keyataannya ini lumrah bagi orang yang baik dan penuh iba.

Bukan Karuna
Kadang orang merasa kasihan kepada sanak keluarga dan teman yang dalam kesulitan, dan berkeinginan untuk membantu mereka. Sebenarnya perasaan ini adalah faktor mental yang disebut soka (dukacita), dan bukan karuna sejati. Karuna sejati memunculkan welas asih dan kasihan kepada orang lain, sementara karuna semu memunculkan khawatir dan gelisah.

Mentalitas Orang Bajik
Semua orang baik akan merasa karuna kepada orang yang kurang beruntung ketika mereka benar-benar menjumpai orang semacam itu. Bagaimanapun juga, mereka akan menyebarkan metta hanya kepada teman, saudara, dan handai taulan. Namun orang bajik sejati yang memenuhi sepuluh parami (kesempurnaan) dan orang-orang suci yang telah sempurna dalam parami, khususnya Bodhisatta, mempunyai welas asih yang sangat besar kepada semua makhluk hidup, merasa sangat peduli dengan bahaya apaya dan akibat buruk atas perbuatan buruk yang telah mereka lakukan. Seperti halnya orang tua merasa kasihan kepada anaknya yang miskin dan menderita, mereka dapat memancarkan metta kepada semua makhluk tanpa diskriminasi. Mereka dapat dibandingkan seperti orang tua yang mengasihi semua anaknya dengan seimbang. termasuk terhadap yang nakal sekalipun.

Metta dan Karuna telah mengakar kuat dalam batin dan jasmani Bodhisatta pada setiap kehidupannya, sembari memenuhi parami mereka menjadi bertambah matang pada saat pencapaian pencerahan sempurna. Dengan kekuatan ini, Buddha Gotama menaklukkan Mara dengan metta yang tak tergoyahkan ketika Mara mencoba untuk menggganggu dan menggagalkannya pada malam pencapaian pencerahan. Buddha tak henti-hentinya memancarkan metta dan pengampunan yang luar biasa terhadap Mara yang selalu berusaha untuk menjatuhkanNya. Dengan cara yang sama, Buddha menundukkan Devadatta yang melakukan persekongkolan untuk membunuhNya.

Pada zaman sekarang, mereka yang ingin menjadi orang bajik dan suci harus meneladani sifat Bodhisattta. Kita seyogianya tidak berpikir : “ Saya akan baik jika orang lain baik kepada saya.” Alih-alih, kita harus bersikap : “ Meskipun mereka jahat, saya hanya akan memperlakukan mereka dengan baik. Apakah mereka baik atau jahat, saya harus memperlakukan mereka dengan baik.” Kita harus senantiasa ingat untuk melimpahkan metta dan karuna yang tulus kepada setiap orang.

Sumber :

Abhidhamma sehari-hari Bab III. hal 105-107 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar