Minggu, Februari 05, 2012

Bab III : Kelahiran Kembali


BAB III

KELAHIRAN KEMBALI


“ Adakah kehidupan setelah kematian ? “


68. Ada 3 macam jawaban untuk pertanyaan itu , yaitu :

1) Mereka  yang percaya pada adanya “ Tuhan penguasa semesta ” akan menjawab, bahwa setelah mati seseorang akan ditempatkan di Surga abadi atau Neraka abadi, tergantung pada perbuatan atau agama orang itu.

2) Yang lain mengatakan bahwa bila hidup seseorang berakhir, keberadaannya juga berakhir. Ini adalah kepercayaan “Kemusnahan pada kematian”, yang merupakan pandangan kaum materialisme. Penganut materialisme di sepanjang masa percaya bahwa tidak ada yang hidup terpisah dari zat materi. Mereka mengabaikan pertanyaan mengenai kehidupan sebelum kelahiran dan kehidupan setelah kematian sesuai dengan kepercayaan yang mereka yakini. Bagi mereka pikiran pun merupakan hasil dari zat, dan mereka percaya bahwa setelah kematian badan jasmani, eksistensi “ personalitas ” juga berakhir.

3) Sang Buddha berkata bahwa setelah kematian, kita akan terlahir pada kehidupan baru, dan bahwa proses mati dan terlahir kembali ini akan berkelanjutan sampai kebebasan Nibbana tercapai.

69. Agama Buddha menganggap kedua pandangan diatas tidak benar dan tidak lengkap. Pandangan pertama ditolak karena tidak masuk akal, tidak adil dan kejam. Si Jahat tidak semestinya dilaknat hukuman abadi di Neraka, juga Si baik tidak semestinya dianugerahi Surga abadi, hanya karena berbuat kejahatan atau kebaikan dibumi selama 60 atau 80 tahun atau  Sepanjang  hidupnya  sekalipun, masa 60 atau 80 tahun tidak sebanding dengan kebahagiaan atau kesengsaraan abadi yang diterimanya. Juga adalah tidak masuk akal bahwa  “Tuhan yang semestinya Maha Pengasih” mencampakkan dan menghukum “CiptaanNya” berupa siksaan dan kesakitan selama jangka waktu yang tidak terbatas/abadi.

70. Pandangan diatas juga tidak bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan penting sehubungan dengan itu, seperti : Apa yang dialami para binatang setelah mati ?, Apa yang terjadi pada jutaan bayi yang mati dalam kandungan ? pula apa yang terjadi dengan bayi yang begitu lahir segera mati ? apakah mereka ke Surga atau ke Neraka ? Kalau ke Surga, maka jelas tak adil, sebab mereka belum pernah berbuat baik, lalu bila ia dihukum di Neraka, juga tidak adil karena mereka belum sempat berbuat kejahatan.

71. Pandangan materialisme, juga tidak dapat menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar. Para kaum materialistik sulit menjawab fenomena kompleks, misalnya bagaimana kesadaran manusia yang timbul setelah pertemuan dua sel kelamin dan perkembangannya selama 9 bulan.

Saat ini, setelah Parapsikologi telah diterima sebagai cabang ilmu pengetahuan, fenomena seperti telepati dan sebagainya, bertambah tidak cocok dengan pandangan kaum materialistik tentang batin manusia. Agama Buddha menawarkan keterangan yang sangat memuaskan tentang darimana kita datang dan apa yang akan terjadi setelah kita mati.

72. Punabbhava berasal dari bahasa Pali yang terbentuk dari dua kata yaitu kata ”puna” dan ”bhava”. Kata ”puna” berarti lagi atau kembali, sedangkan ”bhava” berarti proses menjadi ada/eksis atau kelahiran. Jadi, secara harafiah, punabbhava berarti proses menjadi ada lagi atau kelahiran kembali /Tumimbal lahir, dimana proses ini merupakan akibat atau hasil dari kammanya pada kehidupan lampau. Proses kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang telah mati dan belum pencapai Penerangan Sempurna.

73. Proses kematian dan kelahiran kembali
Ketika seseorang akan meninggal dunia, Kesadaran Ajal (cuti-citta) atau kesadaran pada momen terakhir (cuti vinanna) mendekati kepadaman dan didorong oleh kekuatan-kekuatan Kamma. Kemudian selanjutnya Kesadaran ajal (cuti-citta) ini padam dan langsung menimbulkan kesadaran penerusan (patisandhi citta) untuk timbul pada salah satu dari 31 alam kehidupan sesuai dengan kammanya. Hal ini secara umum disebut pula sebagai suatu permulaan dari bentuk kehidupan baru. ( refr: Mettadewi W. SH. SAB - Pokok-pokok dasar Abhidhamma jilid I)

74. Dengan demikian menurut Buddhisme Theravada, tidak dikenal adanya "Keadaan antara / Alam Penantian" (antara-bhava) atau "Alam Transisi" dari satu kematian kepada kehidupan yang berikutnya, yang berarti tumimbal lahir itu berlangsung segera sebagaimana bola lampu yang dapat diganti segera.

75. Kesadaran di momen terakhir (cuti citta atau cuti vinnana) milik kehidupan sebelumnya ; dengan cepat berlanjut setelah padamnya kesadaran itu. Karena telah terkondisikan maka timbul momen pertama dari kesadaran pada kelahiran yang sekarang yang disebut hubungan kembali atau kelahiran kembali dari kesadaran ( patisandhivinnana ).

Demikian pula momen pikiran terakhir dari kehidupan ini mengondisikan momen pikiran pertama dari kehidupan yang selanjutnya. Dengan cara ini kesadaran lahir dan mati memberikan tempat pada kesadaran baru. Maka aliran kesadaran tanpa henti ini akan terus berlanjut sampai kehidupan berhenti. Kehidupan dalam hal ini adalah kesadaran – keinginan untuk hidup, keinginan untuk melanjutkan.

Menurut ilmu biologi modern, kehidupan manusia baru dimulai pada saat menakjubkan ketika sel sperma dari ayah bersatu dengan sel telur atau ovum dalam tubuh ibu. Ini merupakan momen kelahiran. Ilmu pengetahuan hanya membicarakan dua faktor fisik yang umum ini saja. Akan tetapi, agama Buddha membicarakan pula faktor ketiga yang bersifat rohani.

76. Didalam Mahatanhasamkhaya Sutta, Majjhima Nikaya 38, Sang Buddha mengatakan:

" Dengan bertemunya ketiga faktor ini maka pembuahan terjadi. Jika calon ibu dan ayah bersatu, tetapi bukan pada masa subur si calon ibu, dan makhluk hidup yang akan dilahirkan ( gandhabba ) tidak ada, maka benih kehidupan tidak tertanam. Jika kedua calon orang tua bersatu dan pada masa subur si calon ibu, tetapi gandhabba atau makhluk hidup yang akan dilahirkan tidak ada, maka tidak terjadi pembuahan. Jika calon ibu dan ayah bersatu, dan pada masa subur si calon ibu, serta makhluk hidup yang akan dilahirkan, gandhabba, juga ada, maka benih kehidupan tertanam di sana. "

Faktor ketiga, gandhabba, hanyalah istilah untuk kesadaran lahir kembali ( patisandhi vinnana ). Dapat pula disebut kekuatan energi yang dilepaskan dari orang yang meninggal dunia. Tetapi kesadaran yang lahir kembali bukanlah diri yang kekal, roh ataupun satuan hidup yang merasakan buah dari perbuatan baik dan jahat. Kesadaran juga disebabkan oleh kondisi. Terpisah dari kondisi, maka tidak akan timbul kesadaran.

Lebih lanjut Sang Buddha berkata:
“ Untuk dapat  terlahir  kembali,  Tiga  syarat  harus  dipenuhi : Sepasang( Calon ) Orang tua yang subur, hubungan seksual dan adanya gandhabba”
(Majjhima Nikaya I : 265 ).

77. Istilah Gandhabba berarti “ Datang dari tempat lain ”, mengacu pada suatu arus energi batin yang terdiri dari kecenderungan-kecenderungan, kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri karakteristik yang meninggalkan badan yang telah mati. Ketika badan mati, “Batin bergerak keatas”/uddhamgami. (Samyutta Nikaya V : 370 ) , dan mengembangkan diri lagi pada sel telur (calon) ibu, yang baru saja dibuahi. Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik batin yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai “ Sifat bawaan dari sejak lahir ” pada setiap individu sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada tingkat-tingkat tertentu   adalah  hasil  (vipaka)  dari perbuatan (kamma) kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.

78. Secara sederhana, untuk dapat mengerti bagaimana “Batin” “berpindah” dari satu badan ke badan yang lain, maka kita dapat membandingkannya dengan pancaran siaran radio. Gelombang radio, yang jelas memang tidak terdiri atas musik atau pidato, namun adalah energi pada frekwensi-frekwensi yang berbeda, dipancarkan lewat angkasa, tertarik dan ditangkap oleh pesawat penerima/radio yang kemudian disiarkan sebagai  musik  atau  pidato. Dengan cara yang sama, “ Batin ” meninggalkan badan pada saat kematian, bergerak diangkasa, tertarik dan masuk ke sel  telur  yang  telah dibuahi dan di “siarkan ” sebagai suatu pribadi baru. (Bukti-bukti ilmiah yang mendukung, pendapat para filsuf dan laporan-laporan pendapat umum tentang doktrin kelahiran kembali ini, dapat disimak pada halaman 69 ; “Bukti-bukti yang mendukung doktrin kelahiran kembali.”-Red )

79. Dalam proses kelahiran kembali atau rebirth (bahasa Inggris), tidak terjadi suatu perpindahan roh/jiwa/kesadaran ke dalam jasmani yang baru. Yang terjadi dalam proses kelahiran kembali adalah adanya proses berkesinambungan dari kesadaran (citta) pada kehidupan lampau dengan kesadaran (citta) kehidupan baru yang merupakan suatu aksi-reaksi. Oleh karena itu proses kelahiran kembali sangatlah berhubungan dengan proses kematian itu sendiri. Dan kedua proses yang berhubungan dengan batin ini sangatlah kompleks.

80. Sang Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} bahwa makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan perpaduan dari lima kelompok (Pancakkhandha), yang kelimanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami pemadaman/mati. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering disebut dengan kesadaran. Citta/kesadaran ini mengalami kemunculan, pemisahan dan pemadaman.

81. Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung citta/kesadaran. Citta/kesadarannya pun akan mengalami pemadaman /kematian dan secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada Citta/kesadaran penerusnya yang tidak lain merupakan Citta/ kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (Patisandhi Vinnana) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.

Ketika jasmani mengalami kematian, dalam pikiran orang yang sekarat muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) Citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin. Keseluruhan proses ini terjadi dalam waktu yang singkat.

82. Perumpamaan Lilin
Proses kelahiran kembali dimana tidak adanya peristiwa perpindahan jiwa/roh dapat diperumpamakan seperti sebuah api lilin. Ketika kita melihat sebuah api yang menyala pada sebuah lilin nampak apinya sama saja walaupun telah satu jam telah berlalu. Tidak tampak adanya api dari lilin lain yang menggantikannya. Yang jelas tampak oleh kita adalah memendeknya ukuran lilin tersebut. Tetapi apakah ini berarti api yang menyala tersebut merupakan api yang sama dengan api yang kita lihat satu jam yang lalu? Jawabannya adalah : tidak sama.

Jika kita perhatikan secara seksama, api pada lilin tidak akan hidup tanpa adanya unsur-unsur pendukung seperti batang lilin, sumbu, dan udara (oksigen). Api yang menyala tersebut ternyata merupakan api yang berbeda karena tiap saat disokong oleh bagian dari batang lilin, sumbu dan molekul-molekuk udara yang berbeda. Meskipun disokong oleh unsur-unsur yang berbeda, tetapi api tersebut tetap menyala tanpa perlu padam kemudian menyala lagi. Dengan kata lain adanya proses yang berkesinambungan.

83. Api disini tidak lain adalah kesadaran, batang lilin dan sumbu adalah jasmani, dan udara adalah kamma. Jasmani dan kamma adalah penyokong keberlangsungan kesadaran.

84. Doktrin  kelahiran  kembali amat menarik karena sangat adil. Menurut pandangan agama lain, walau seorang berprilaku baik  dalam hidupnya, maka ia tetap saja dapat dihukum selamanya di neraka kekal, karena dianggap memeluk agama yang salah. Ini jelas sangatlah tidak adil.

85. Kamma  dan  kelahiran  kembali berarti  orang baik  akan terlahir baik, apapun agama yang dianutnya. Pula orang jahat akan tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya, walaupun ia “ Insaf ” dan mengubah agamanya dimenit-menit terakhir kehidupannya. Doktrin kelahiran kembali juga memungkinkan setiap orang untuk senantiasa mempunyai kesempatan lagi. Pandangan agama lain, hanya memberikan kesempatan sekali saja. Apa yang dia perbuat dan apa agama yang dianutnya pada masa hidupnya yang singkat ini, menentukan bagaimana dia selamanya secara kekal. Sebaliknya, Sang Buddha menegaskan bahwa bila kita gagal memurnikan diri kita pada kehidupan ini, kita masih dapat melakukannya pada kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang berikutnya lagi. Kelahiran kembali juga  memungkinkan  kita untuk senantiasa menyempurnakan keahlian dan minat kita yang telah kita kembangkan saat ini, pada kehidupan yang akan datang.
         
Dengan demikian, secara jujur beralasan bila dikatakan, doktrin kelahiran kembali lebih dapat diterima, lebih adil dan lebih menarik hati dibanding teori tentang masalah sesudah kematian yang lain.

86. Banyak orang enggan menerima doktrin kelahiran kembali karena mereka tidak mampu memahaminya atau karena mereka tidak mampu mengingat kelahiran mereka sebelumnya. Ini bukan alasan yang masuk akal. Kelahiran kembali adalah suatu proses yang tidak dapat diamati dengan indera. Kelahiran  kembali tidak dapat ditemukan dengan pengukuran dan perhitungan matematis atau menggunakan peralatan ilmiah dan mesin, tidak pula dapat difoto atau ditimbang. Namun demikian, bukan berarti Kelahiran kembali itu tidak ada. Manusia modern telah sampai pada kesimpulan bahwa ada begitu banyak hal di alam semesta ini yang tidak dapat diamati dengan indera biasa, sekalipun dengan peralatan ilmiah yang tercanggihpun.

87. Sang  Buddha  adalah  ahli  terbesar  dalam  hal  kelahiran  kembali (Tumimbal lahir/Rebirth), Pada malam agung Pencerahannya, dalam pengamatan pertama Sang Buddha mengembangkan pengetahuan menyadari masa lampau yang memungkinkan mengingat berbagai kehidupan lampaunya;

“ Aku mengingat kembali kehidupan-kehidupanku yang lampau, yaitu satu kelahiran, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran….. demikianlah aku mengingat kembali kehidupan-kehidupanku yang lampau, terperinci berserta ciri-cirinya. Inilah pengetahuan sejati pertama yang kucapai pada malam jaga pertama…..”.

“ Aku melihat makhluk-makhluk mati dan lahir kembali, yang hina dan yang mulia, yang cantik dan yang buruk, yang bahagia dan yang malang. Aku melihat bagaimana makhluk-makhluk itu melanjutkan kehidupannya sesuai dengan perbuatan-perbuatannya. Inilah pengetahuan sejati kedua yang kucapai pada malam jaga kedua…”. 
(Mahasaccaka Sutta , Majjhima Nikaya  36 ).

Ini adalah ungkapan paling awal dari Sang Buddha sehubungan dengan pertanyaan tentang Kelahiran kembali. Hal ini secara meyakinkan membuktikan bahwa Sang Buddha tidak meminjam kebenaran Kelahiran kembali dari sumber-sumber lain yang telah ada, tetapi Beliau berbicara berdasarkan pengetahuan pribadi, pengetahuan yang dikembangkan oleh diri sendiri dan yang juga dapat dikembangkan oleh orang lain.

Dalam Dhammapada XI ; 153, Sang Buddha bersabda :
“Dengan melalui banyak kelahiran, aku telah mengembara
dalam samsara (siklus kehidupan).Terus mencari,
namun tak kutemukan pembuat rumah (Tubuh) ini,
Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini ”.

Pernahkah kita pada suatu saat, disuatu tempat, berjumpa dengan orang yang belum pernah kita temui sebelumnya, tetapi secara naluriah terasa sudah tidak asing lagi dengan orang tsb ?.

Bahkan kadang kita tak habis berpikir ; Mengapa kita tidak menyukai orang itu, padahal kita tidak saling mengenal sebelumnya ?.

Pernahkah kita mengunjungi suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya dan secara naluriah terkesan bahwa kita benar-benar mengenali lingkungan sekitarnya dan “merasa” bahwa kita pernah ketempat itu sebelumnya ?

Pernahkah disuatu saat, disuatu tempat, kita sedang berkumpul dengan teman atau keluarga kita, dan pada momen tertentu tiba-tiba naluri kita merasakan bahwa situasi dan kondisi seperti itu pernah kita alami sebelumnya?.

Inilah suatu bukti nyata bahwa kehidupan dimasa lalu adalah suatu kebenaran adanya. Walaupun, kebanyakan orang tidak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, bahkan tidak mengingat kejadian-kejadian pada masa kecilnya, bahkan kejadian-kejadian sebulan yang lalupun tidak dapat diingatnya dengan baik, dengan demikian tetap menjadi kenyataan bahwa pikiran manusia tampaknya bekerja dengan suatu cara dimana tidak bisa mengingat seluruh peristiwa yang telah lampau.

88. Pikiran dan cara kerjanya, pada umumnya tidak dimengerti oleh kebanyakan orang. Sedikit yang tahu bahwa “Ingatan bawah sadar” merupakan bagian besar dari pikiran yang tidak biasa kita manfaatkan. Sebenarnya dalam bagian pikiran inilah selamanya tersimpan seluruh ingatan pengalaman-pengalaman / kesan-kesan lampau kita, termasuk kehidupan-kehidupan sebelumnya.

89. Ilmu pengetahuan modern menerima hipotesis bahwa dalam bawah sadar terdapat ingatan lengkap, tidak hanya seluruh rincian kehidupan saat ini, namun termasuk juga tahap-tahap kesadaran lampau yang sejajar dengan kehidupan kita saat ini. Adalah hal yang baik, kita tidak ingat berbagai kekeliruan, kesengsaraan dan prasangka pada kehidupan lampau kita, karena hal itu dapat membuat hidup kita menjadi sangat berat. Ada Kelahiran kembali dalam alam yang bukan manusia, dimana kesan-kesannya tidak tercatat secara jelas. Serangkaian kehidupan semacam itu praktis menghapuskan seluruh ingatan.

90. Banyak ahli spiritual Barat yang telah menerima Doktrin Kelahiran kembali sebagai suatu fakta, karena merupakan satu-satunya penjelasan yang masuk akal terhadap hal-hal tertentu yang ternyata tidak sesuai dengan konsep ahli spiritual yang lain.

Sekedar contoh, diketahui bahwa dengan perantaraan ahli spiritual dimungkinkan untuk berhubungan dengan orang-orang tertentu yang telah mati, sementara dengan orang lain ternyata tidak dapat. Hal ini selalu menjadi kesulitan besar bagi para ahli spiritual. Namun ajaran Sang Buddha dapat menjawab dengan sederhana, Sang Buddha bersabda  :

“  Dan apa beragam kamma itu ?
Adalah kamma yang akan berbuah di alam neraka,
di alam binatang, di alam asura, di alam peta, di alam manusia,
pula ada kamma yang berbuah di alam dewa .”
( Angutta Nikaya III : 414 ).

Dengan demikian, jelas tidak semua makhluk bertumimbal lahir dalam alam spiritual, lebih jauh lagi, beberapa alam kehidupan ini terlampau jauh dari alam manusia untuk dijangkau oleh para cenayang pada umumnya.






3 komentar:

  1. Pak Tanhadi, mhn informasi ttg alam spritual menurut Buddhisme. Kmd, apakah leluhur kita yg lahir kembali sbg makhluk di alam spritual masih mengenal bahkan melindungi kita sekarang? Bukankah, seseorang yg "rebirth" di alam spritual sdh merupakan makhluk lain yg berakar dr hasil kamma masa lalunya shg tdk mungkin mengenal keluarganya apalagi berkomunikasi dgn mrk via ahli spritual. Terimakasih sebelumnya Romo.

    BalasHapus
  2. Romo Tanhadi, mhn info: Ravi Shankar lahir kembali setelah 6 bulan kematiannya, sedangkan Shanti Dewi 1 tahun setelah kematiannya. Pertanyaannya, adlh pada waktu jedah ini, mrk berada di alam yg mana? Bukankah pd ulasan Romo yg lalu, disebutkan bhw proses rebirth akan terjadi seketika? Kedua, penjelasan di atas kelihatannya lbh mengarah ke "reinkarnasi" drpd "rebirth". Bukankah sebelumnya disebut ada perbedaan dr ke dua istilah itu. Terimakasih sebelumnya Romo.

    BalasHapus
  3. Didalam Buddhiame dikenal adanya 31 Alam kehidupan, diantaranya adalah alam manusia, binatang, hantu, neraka, dewa dll. Dipercayai bahwa setiap makhluk hidup yg meninggal akan terlahir kembali di salah satu dari 31 Alam kehidupan tsb. Karena 31 Alam kehidupan tsb.bersifat tidak kekal maka kehidupan para makhluk di Alam itu memiliki batasan waktu/usia. Ada yg berusia panjang dan ada pula yg berusia pendek, ada yang bahagia dan ada yang menderita, kesemuanya itu tergantung pada.karmanya masing2.

    Dengan demikian bisa saja seseorang/manusia yg meninggal spt Ravi Shankar langsung terlahir tidak sbg manusia lagi, tapi sebagai salah satu makhluk di 31 alam tsb. Dan setelah masa hidupnya habis, ia meninggal di alam tsb kemudian terlahir kembali sebagai manusia.

    Demikian penjelasam yg dpt saya sampaikan.

    Terima kasih.
    Mettacittena,
    Tanhadi

    BalasHapus