Senin, Februari 06, 2012

3) Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan


(3)  Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan
( Dukkha Nirodha Ariya Sacca )

“ Apakah kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha ?
yaitu hilang tak berbekas dan lenyapnya keinginan, penolakan, penyingkiran, peninggalan dan lenyapnya samasekali keinginan.

Tetapi dimanakah keinginan ini ditinggalkan dan berakhir ?
Yaitu dimana hal-hal yang nampaknya menyenangkan dan memuaskan itu telah ditinggalkan dan lenyap.”
( Digha Nikaya 22 )

“ Dengan hilang tak berbekas dan lenyapnya kebodohan,
lenyaplah bentuk-bentuk pikiran;
dengan lenyapnya bentuk-bentuk pikiran, lenyaplah kesadaran
dengan lenyapnya kesadaran, lenyaplah nama dan rupa;
dengan lenyapnya nama dan rupa, lenyaplah enam landasan kontak;
dengan lenyapnya enam landasan kontak, lenyaplah perasaan;
dengan lenyapnya perasaan, lenyaplah keinginan;
dengan lenyapnya keinginan, lenyaplah kemelekatan;
dengan lenyapnya kemelekatan, lenyaplah arus perwujudan;
dengan lenyapnya  arus perwujudan, lenyaplah  kelahiran;
dengan lenyapnya kelahiran, lenyaplah usia tua dan kematian,
juga kesedihan dan ratap tangis, sakit, kesusahan dan putus asa;
Inilah yang disebut Kebenaran Mulia tentang lenyapnya dukkha.”
( Anguttara Nikaya 3 :61)

146. Pada bagian ini Sang Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dilenyapkan yaitu dengan cara Memadamkan Nafsu Keinginan (tanhakkaya) dan Memadamkan Arus Kekotoran Batin (Asavakkhaya) sebagai penyebab dukkha. Ketika tanha dan Asava telah dipadamkan, maka berarti berhenti pula proses Tumimbal lahir, kita akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.

147. Nibbana sebagai kedamaian atau kebahagiaan sejati adalah ketika penderitaan lenyap, ketika akar penderitaan yaitu keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan batin (moha) telah lenyap. Itulah Nibbana, kebahagiaan sejati yang saat ini dapat kita alami karena sifat keserakahan, kebencian dan kebodohan batin dapat kita hancurkan saat ini juga dengan ketidakserakahan atau ketidakmelekatan (berdana), ketidakbencian atau cinta kasih dan welas asih, serta dengan kebijaksanaan sejati.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar