Jumat, Agustus 16, 2019

DHAMMA


DHAMMA
Upa. Amaro Tanhadi

ARTI DHAMMA

Dhamma (Pali) atau Dharma (Skt) sebenarnya mempunyai banyak makna dan berbeda-beda artinya untuk konteks yang berlainan. Dhamma bisa berarti ; Kebenaran /Kesunyataan, Doktrin, Agama, Ajaran, Hukum moral, Kebajikan, Keadilan, Nilai, Suatu tujuan hidup, Tugas dan kewajiban, Segala sesuatu, Alam, Fenomena, Keadaan, Sifat, Unsur-unsur keberadaan , Obyek mental, dsb.

Dhamma mencakup tidak hanya segala sesuatu yang bersyarat saja, tetapi juga mencakup yang tidak bersyarat / yang mutlak. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan dalam penjelasan berikut ini.

Dhamma terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
● Paramattha Dhamma  adalah  kenyataan tertinggi, ada 4, yaitu : Citta (kesadaran),  Cetasika (faktor batin), Rupa (materi).

● Pannatti Dhamma adalah sebutan, konsep, untuk dijadikan panggilan atau sebutan sesuai dengan keinginan manusia.

Paramattha Dhamma terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu ;
● Sankhata Dhamma, berarti keadaan yang bersyarat, yaitu:
- Tertampak dilahirkan / timbulnya (uppado pannayati)
- Tertampak padamnya (vayo pannayati)
- Selama masih ada, tertampak perubahan-perubahannya ( thitassa annathattan pannayati ), contoh : tata surya, Matahari, Bumi, Gunung, Pohon, Manusia, laut, Danau, Sungai, batu, Angin, Sinar, Pikiran dsb.

● Asankhata Dhamma, berarti sesuatu yang tidak bersyarat, yaitu:
-Tidak dilahirkan (na uppado pannayati)
-Tidak termusnah (na vayo pannayati)
- Ada dan tidak berubah (na thitassa annathattan pannayati)
Nibbana disebut Asankhata Dhamma.

DHAMMA ADALAH HUKUM ABADI

Dhamma tidak hanya ada dalam hati sanubari manusia dan pikirannya, tetapi juga dalam seluruh alam semesta. Seluruh alam semesta terliputi olehnya. jika sang bulan timbul atau tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah, hal ini tidak lain karena disebabkan oleh Dhamma. Dhamma merupakan Hukum Abadi yang meliputi alam semesta yang membuat segala sesuatu bergerak sebagai dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu fisika, kimia, biologi, astronomi, psikologi dan sebagainya.

DHAMMA BUKAN CIPTAAN MANUSIA MAUPUN BUDDHA

Dhamma bukan ciptaan manusia maupun Buddha, Ada atau tidak ada Buddha, Hukum Abadi (Dhamma) itu akan tetap ada sepanjang Jaman. Untuk  menjelaskan hal tersebut Sang Buddha bersabda : " Para bhikkhu, apakah para Tathagatha (Buddha) muncul di dunia atau tidak, terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu (Dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa : 'Semua yang terbentuk adalah tidak kekal'. ..'Semua yang terbentuk adalah tidak memuaskan'. ..'Segala sesuatu adalah bukan diri'." (AN.3.134 : Dhammaniyama sutta).

DHAMMA DALAM PENGERTIAN KEAGAMAAN 

Dhamma dalam pengertian keagamaan adalah merupakan ajaran Sang Buddha (Buddha Dhamma) yang mencakup Kebenaran Mutlak atau Hukum Abadi yang transenden (asankhata dhamma) yang dikenal antara lain sebagai Nibbana/Nirwana, Dharmakaya, Dharmabhuta, Paramartha dan hukum yang menguasai serta mengatur alam semesta, tidak diciptakan, kekal dan imanen (Dhamma niyama ).

Istilah Dhamma di atas, meliputi Sutta Pitaka, Vinaya Pitaka dan Abhidhamma Pitaka atau Kitab Suci Tipitaka. 

Walaupun Sang Buddha yang penuh cinta kasih telah parinibbana, namun Dhamma yang mulia, yang telah Beliau wariskan seluruhnya kepada umat manusia, masih ada dalam bentuknya yang murni. Sekalipun Sang Buddha tidak meninggalkan catatan-catatan tertulis tentang ajarannya, tetapi para siswa Beliau yang terkemuka telah merawat ajaran Beliau tersebut dengan jalan menghafal dan mengajarkannya secara lisan dari generasi ke generasi.

Segera setelah Sang Buddha wafat, 500 orang Arahat yang merupakan siswa-siswa terkemuka yang ahli di dalam Dhamma menyelenggarakan suatu pesamuan untuk mengulang kembali semua ajaran Buddha. Yang Mulia Ananda Thera, yang memiliki kesempatan istimewa untuk mendengarkan semua khotbah Sang Buddha, membaca ulang Dhamma; sedangkan Yang Mulia Upali Thera membaca ulang vinaya. Demikianlah Tipitaka dikumpulkan dan disusun dalam bentuk yang sekarang oleh para Arahat.

BUDDHA DHAMMA MELAMPAUI PENGERTIAN AGAMA PADA UMUMNYA.

Buddha Dhamma merupakan suatu sistem perenungan yang dalam dan pengembangan batin dengan peraturan pelatihan yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem ini lebih luas dari pengertian agama pada umumnya yang merupakan kepercayaan dan pemujaan karena ketergantungan pada kekuatan di luar manusia. Penganut Buddha Dhamma walau berlindung pada Buddha, tidak berarti bahwa ia menyerahkan nasibnya kepada Buddha. Setiap orang memiliki kebebasan sekaligus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan nasibnya ditentukan oleh diri sendiri. Berkaitan dengan hal itu Sang Buddha bersabda :

"...Setiap makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, bersaudara dengan karmanya sendiri dan dilindungi oleh karmanya sendiri. Karma yang menentukan makhluk-makhluk, menjadikan mereka hina dan mulia."
( Majjhima Nikaya 55 )

NIBBANA, TUJUAN AKHIR AJARAN BUDDHA

Tujuan akhir dari Ajaran Buddha adalah tercapainya Nibbana, yaitu kondisi batin yang terbebas dari segala bentuk keinginan; merupakan padamnya api keserakahan, kebencian dan kegelapan batin secara mutlak.

Namun, Nibbana, yang merupakan terhentinya semua dukkha (penderitaan) tersebut, tidak dapat direalisasi hanya dengan cara sembahyang, mengadakan upacara atau memohon kepada para dewa saja. Terhentinya derita tersebut hanya dapat direalisasi dengan meningkatkan pengembangan batin. Pengembangan batin ini hanya dapat terjadi dengan jalan berbuat kebajikan, mengendalikan pikiran, dan mengembangkan kebijaksanaan sehingga dapat mengikis semua kekotoran batin, dan tercapailah tujuan akhir. Sehingga dalam hal membebaskan diri dari semua bentuk penderitaan, untuk mencapai kebahagiaan yang mutlak, maka kita sendirilah yang harus berusaha. Di dalam Dhammapada ayat 276, Sang Buddha sendiri bersabda :"Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata hanya menunjukkan jalan."

Semoga bermanfaat.

Mettacittena.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar