Jumat, Agustus 30, 2019

Kecenderungan Sang Buddha Tidak Mengajarkan Dhamma


KECENDERUNGAN SANG BUDDHA TIDAK MENGAJARKAN DHAMMA.
oleh : Amaro Tanhadi

Sesaat setelah Sang Buddha mencapai  Penerangan Sempurna, timbullah pikiran ini  dalam diriNya : 

“Aku merenungkan: ‘Dhamma ini yang telah Kucapai sungguh mendalam, sulit dilihat dan sulit dipahami, damai dan luhur, tidak dapat dicapai hanya dengan penalaran, halus, untuk dialami oleh para bijaksana.

Tetapi generasi ini menyenangi keduniawian, bergembira dalam keduniawian, bersukacita dalam keduniawian. 

Adalah sulit bagi generasi demikian untuk melihat kebenaran ini, yaitu, kondisionalitas spesifik, kemunculan bergantungan. Dan adalah sulit untuk melihat kebenaran ini, yaitu, tenangnya segala bentukan, lepasnya segala perolehan, hancurnya ketagihan, kebosanan, lenyapnya, Nibbāna.

Jika Aku harus mengajarkan Dhamma, orang-orang lain tidak akan memahamiKu, dan itu akan melelahkan dan menyusahkan bagiKu.’ 

‘Cukuplah dengan mengajarkan Dhamma, yang bahkan Kuketahui sulit untuk dicapai; Karena tidak akan pernah dilihat oleh mereka yang hidup dalam nafsu dan kebencian.

Mereka yang tenggelam dalam nafsu, terselimuti dalam kegelapan
Tidak akan pernah melihat Dhamma yang mendalam ini, yang mengalir melawan arus duniawi. Halus, dalam, dan sulit dilihat.’

Dengan pertimbangan demikian, batinKu lebih condong pada tidak melakukan apa-apa daripada mengajarkan Dhamma."

(MN 26: Ariyapariyesanā Sutta)

--------------------
Komentar saya (Tanhadi): 

* Banyak umat Buddhis yang mempertanyakan: " Mengapa, ketika Sang Bodhisatta yang sejak lama bercita-cita untuk mencapai Kebuddhaan dengan tujuan untuk membebaskan makhluk-makhluk lain, justru sekarang merasa ragu-ragu dan pikirannya condong untuk tidak melakukan apa-apa?"

* Menurut pendapat saya, Sang Buddha BUKAN RAGU-RAGU untuk mengajarkan Dhamma, tapi ENGGAN untuk mengajarkan Dhamma. Alasannya adalah : 

1). Karena Dhamma ini sulit dilihat dan sulit dipahami, tidak dapat dicapai hanya dengan penalaran dan untuk dialami oleh para bijaksana.

2). Beliau melihat bahwa orang-orang pada generasi sekarang lebih menyenangi hal-hal yang bersifat keduniawian, batin mereka dipenuhi oleh ketamakan, kebencian dan kebodohan, sehingga sangat sulit bagi generasi yang demikian untuk melihat kebenaran Dhamma.

3). BAHWA BARU SEKARANG , SETELAH MENCAPAI PENCERAHAN, BELIAU MENYADARI SEPENUHNYA betapa kuatnya kekotoran-kekotoran dalam batin makhluk-makhluk dan betapa mendalamnya Dhamma.

Dengan pertimbangan demikian, batin Sang Buddha lebih condong pada tidak melakukan apa-apa daripada mengajarkan Dhamma.

Alasan lainnya adalah, sudah menjadi semacam tradisi para Buddha  bahwa Sang Buddha akan  membabarkan Dhamma atas permohonan Brahma, karena pada saat itu semua orang adalah pemuja Brahma dan sangat bergantung pada Brahma. Maka dari itu, jika dewa yang begitu tinggi dan berkuasa seperti Brahma ingin mendengarkan Dhamma, maka seluruh alam dewa dan manusia cenderung akan begitu juga. Karena alasan itu maka sebelum membabarkan Dhamma, Sang Buddha menunggu agar diminta oleh Brahma.

  -oOo-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar