1. Pada perenungan yang berikut Sang Buddha berkata:
Engkau hendaknya merenungkan para sahabat spiritual seperti ini: "Sebenarnya adalah keberuntungan bagi saya. Sebenarnyalah, sangat baik bagi saya memiliki sahabat-sahabat yang indah, penuh kasih-sayang, senantiasa mengharap kesejahteraan bagi saya, senantiasa memberi dorongan dan mengajar saya.
( Anguttara Nikaya V : 336)
2. Perenungan pada Perdamaian
Sang Buddha berpesan meditasi perenungan "hendaknya dikembangkan sementara engkau berjalan, sementara berdiri dan berbaring, sementara melaksanakan usaha dan sementara berada di rumah yang penuh dengan anak-anak."
(Anguttara Nikaya V : 334)
3. Pelaksanaan meditasi berikut yang kita pelajari adalah Meditasi Cinta-Kasih (metta bhavana). Tujuan dari meditasi ini adalah untuk menghalau permusuhan dan menguatkan nilai yang paling tinggi dari segalanya, yakni cinta-kasih (metta). Buddhaghosa melukiskan cinta-kasih sebagai berikut:
Cinta-kasih ditandai dengan hasrat memajukan kesejahteraan orang lain. Gunanya adalah menginginkan kesejahteraan. Perwujudannya adalah hilangnya kekesalan-kekesalan. Penyebab terdekatnya adalah ingin melihat cinta di antara makhluk-makhluk.
(Visuddhimagga 318)
4. Welas-Asih adalah perasaan kasihan yang timbul ketika kita menyaksikan penderitaan makhluk-makhluk lain. Dhammapada Atthakata secara jitu mendefinisikan Welas-Asih sebagai berikut:
Welas-Asih adalah sesuatu yang menggerakkan hati karena menyaksikan penderitaan orang-lain. Menghancurkan dan meleburkan penderitaan orang-lain, jadi disebut Welas-Asih. Disebut Welas-Asih karena menaungi dan merangkul mereka yang menderita.
(Dhammapada Atthakata 192)
5. Setiap orang merasakan cinta sekurangnya pada beberapa orang tertentu - ayah dan ibu, suami atau isteri, anak-anak atau kawan-kawan. Tetapi, pada waktu yang bersamaan, cinta itu kadang-kadang terwarnai atau timbul bersama perasaan cemburu, rasa pemilikan dan keinginan untuk menguasai atau mengendalikan. Demikian pula, adalah mungkin seseorang mencintai beberapa orang, namun membenci ataupun tidak memihak pada yang lainnya. Cinta yang lebih beradab dan bernilai tinggi adalah yang terbebas dari kekotoran batin negatif dan menembus kemana-mana, dapat dirasakan merata oleh semua makhluk - pada semua manusia maupun binatang - kepada mereka yang bersahabat maupun yang bersikap bermusuhan - kepada mereka yang baik maupun yang jahat. Sebenarnyalah, memiliki hati yang mencintai adalah teragung dibanding semua sikap dan perbuatan baik lain.
Apabila seseorang memberi pemberian seratus uang logam pada pagi hari lalu siang hari dan sekali lagi pada malam harinya, dibanding seorang lain yang mengembangkan batin yang penuh cinta-kasih pada pagi hari, siangnya dan malamnya walau hanya sepemerahan susu sapi; maka akan jauh lebih bermanfaat yang ke dua. Oleh karenanya, hendaknya engkau melatih dirimu, dengan berpikir: "Kami akan mengembangkan pembebasan batin melalui cinta-kasih. Kami akan sering berlatih. Kami akan menjadikannya sarana serta mendasari semua perbuatan. Kami akan berdiri kokoh diatasnya, menimbunnya dan lalu menganjurkannya."
(Samyutta Nikaya II : 264)
6. Inilah cinta-kasih yang mewarnai setiap aspek kehidupan Sang Buddha, Siswa-siswa-Nya, dan kita hendaknya berupaya sekuat mungkin untuk mengembangkan cinta-kasih yang sama.
Meditasi Cinta-Kasih hendaknya
Dilakukan demi diri sendiri dan orang lain.
Semua hendaknya diliputi cinta-kasih.
Inilah ajaran Sang Buddha.
( Milindapanha 394)
7. Sang Buddha menyebutkan beberapa dampak positif dari pelaksana Meditasi Cinta-Kasih dan kesemuanya berhubungan dengan kebahagiaan.
Sebelas keuntungan dapat dicari dalam pembebasan batin melalui pelaksanaan cinta-kasih, dengan menumbuhkan cinta-kasih, dengan menambahnya, dengan menjadikan cinta-kasih dasar dan sarana dalam segala tindakan, dengan berdiri kokoh diatasnya, membiasakannya, dan mengembangkannya dengan baik. Apa yang sebelas itu? Seorang akan tidur dan bangun dalam keadaan bahagia, tidak bermimpi buruk, disayangi semua manusia maupun makhluk lain, dijaga para dewata; racun, api dan pedang tidak akan mencelakakannya, pikirannya dapat cepat berkonsentrasi, wajahnya bersih bercahaya, bila dia mati akan tiada kegelisahan dalam dirinya, dan bila dia tidak mengembangkan lebih jauh sekurang-kurangnya dia akan mencapai alam Brahma.
(Anguttara Nikaya V : 342)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar