Rabu, Juli 14, 2010

KUMPULAN SABDA SANG BUDDHA (Perpaduan Unsur)

1. Telah dikatakan sebelumnya bahwa tujuan hidup adalah membebaskan diri dari samsara dan mencapai kebahagiaan Nibbana. Kita terikat pada samsara, karena disamping segala masalah yang disebabkannya, juga ketidak-tahuan menghalangi kita untuk melihat kenyataan seperti apa adanya. Ketidak-tahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang kenyataan ciri kehidupan di atas, ketak-langgengan, ketak-puasan dan ketiada-diri alami. Dengan mengembangkan Pengertian Sejati (samma ditthi), maka kebijaksanaan (pañña) akan menggantikan ketidak-tahuan. Kita kemudian dapat melihat kenyataan seperti apa adanya (yathabhutañanadassana), kita mengatasi kemelekatan (nibbida) pada segala keberadaan Samsara, nafsu keinginan terhapus (viraga), dan dengan demikian kita senantiasa puas, tenang dan bebas (vimutti). [Samyutta Nikaya, III: 68]

Semua yang merupakan paduan unsur tidaklah kekal.
Orang yang memakluminya melalui kebijaksanaan,
Dia dapat mengatasi penderitaan.
Inilah jalan menuju kemurnian sejati.

Semua yang merupakan paduan unsur tidaklah memuaskan
Orang yang memakluminya melalui kebijaksanaan,
Dia dapat mengatasi penderitaan.
Inilah jalan menuju kemurnian sejati.

Semua yang merupakan paduan unsur tak mempunyai diri
Orang yang memakluminya melalui kebijaksanaan,
Dia dapat mengatasi penderitaan.
Inilah jalan menuju kemurnian sejati.
(Dhammapada : 278-280)

2.Dengan pencapaian Pengertian Sejati, seperti yang dikatakan Sang Buddha, adalah seperti orang buta yang dapat melihat lagi, dan oleh karenanya semua pendiriannya berubah, karena dia dapat melihat sekarang dengan jelas.

Sama dengan orang yang buta sejak lahir, tidak dapat melihat bentuk dan warna, rata atau tidak rata, bintang-bintang, matahari maupun bulan. Mungkin karena mendengar seseorang menceritakan tentang keanggunan kain yang putih bersih, indah dan tak bernoda, maka diapun mulai menginginkannya. Tetapi seorang lalu menipunya dengan memberinya selembar kain kasar, kumal dan ternoda lemak, tapi berkata: "Orang yang baik, inilah selembar kain putih bersih, indah dan tak bernoda." Dia lalu menerima dan memakainya. Lalu, suatu ketika teman dan kerabatnya mengantarnya ke tabib untuk mengobatinya, memberinya ramuan, larutan, obat gosok dan obat-obatan, maka penglinatannya pulih kembali. Dengan sendirinya kesenangan dan kemelekatan pada kain kumalnya terhapus, dia tidak menganggap lagi orang yang memberi kain kumal itu sebagai kawannya. Dia malah mungkin menganggapnya sebagai musuh, berpikir: "Untuk kurun-waktu yang begitu lama, saya telah tertipu, diperbodoh oleh orang itu."

Demikian pula, bila saya mengajarkanmu Dhamma, dengan berkata: "Inilah yang sehat, inilah jalan ke Nibbana." Engkau lalu mengetahui yang sehat, engkau melihat Nibbana. Dengan timbulnya penglihatan itu, nafsu-keinginan dan kemelakatan pada Lima Unsur Ketergantungan terhapus. Engkau mungkin akan berpikir: "Untuk kurun-waktu yang begitu lama, saya telah tertipu dan diperbodoh oleh batin, dengan tergantung pada badan, perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk batin dan kesadaran. Diprasyarati oleh ketergantungan ada kejadian, diprasyarati oleh kejadian ada kelahiran, diprasyarati oleh kelahiran, maka umur-tua, kematian, kesedihan, penyesalan, penderitaan, kedukaan dan keputus-asaan-pun terjadi."
(Majjhima Nikaya I: 511)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar