Pada suatu waktu seorang pertapa bernama Dona, memperhatikan tanda-tanda dari bekas jejak Sang Buddha, menghampiri Beliau dan bertanya pada Beliau :
“ Yang Mulia tentunya Deva ?“ ¹
“ Tentu saja bukan, pertapa, saya bukan Deva,” Jawab Sang Buddha.
“ Lalu Yang Mulia tentu Gandhaba ?” ²
“ Tentu saja bukan, pertapa, saya bukan Gandhabha.”
“ Lalu Yakkha ?” ³
“ Tentu saja bukan, pertapa, bukan Yakkha.”
“ Lalu Yang Mulia tentu seorang Manusia “
“ Tentu saja bukan, pertapa, saya bukan seorang manusia.”
“ Lalu kepada siapa Yang Mulia berdoa ?”
Sang Buddha menjawab bahwa Beliau telah menghancurkan kekotoran-kekotoran dari kondisi kelahiran kembali seperti Deva, Gandhabha, Yakkha atau seorang manusia dan menambahkan :
“ Seperti sekuntum bunga teratai, yang cantik dan elok.
Tidak menjadi kotor karena air.
Saya tidak menjadi kotor karena air,
Oleh karena itu, pertapa, saya seorang Buddha “
( Anguttara Nikaya ii, hal 37 )
Sang Buddha tidak menyatakan sebagai Titisan (Avatara) dari dewa Hindu : Vishnu, yang sebagaimana bhagavadgita menyanyikannya dengan sangat menarik, dilahirkan berulang kali dalam masa yang berbeda untukk melindungi orang yang berbudi, menghancurkan yang jahar, dan menetapkan Dhamma (Kebenaran).
Menurut Sang Buddha tidak terhitung banyaknya para Dewa dan kelompok makhluk yang tunduk pada kelahiran dan kematian; tetapi tidak ada satupun Dewa tertinggipun yang mengatur nasib-nasib manusia dan mempunyai kekuatan hebat untuk muncul di dunia pada jarak waktu yang berbeda, menggunakan bentuk manusia sebagai suatu sarana.
Foot note :
1. Deva : Suatu makhluk dewa yang bertempat tinggal di tempat yang amat menyenangkan.
2. Gandhabha : Pemusik Surgawi.
3. Yakkha : Seorang Setan.
3. Yakkha : Seorang Setan.
4. Walaupun guru-guru Hindu, dengan tujuan menarik kedalam agama Hindu untuk memperbanyak pengikut-pengikut Agama buddha, telah dengan tidak adil menyebut Sang Buddha sebagai Titisan Dewa ( Avatara ), suatu gagasan yang Beliau tidak akui pada masanya.
Namo Buddhaya,
BalasHapusSuhu,saya kutip tulisan Suhu untuk di publish di blog saya ya..saya sertakan link koq..
klo Suhu tidak setuju,silahkan hubungi saya melalui kotak komentar di blog saya yang berada di alamat http://agustanto.blogspot.com/2010/06/jawaban-atas-siapakah-sang-buddha.html
terima kasih..
Tentu saja BOLEH dong...berarti penyebaran Dhamma ini kan bisa lebih meluas lagi...., demi kebahagiaan dan kesejahteraan orang banyak...:)
BalasHapus