HUKUM KAMMA
Di dunia ini ia
menderita,
di dunia sana ia
menderita;
pelaku kejahatan
menderita di kedua dunia itu.
Ia akan meratap
ketika berpikir, " Aku telah berbuat jahat," dan
ia akan lebih
menderita lagi ketika berada di alam sengsara.
(Dhammapada.17)
Ada sebuah kisah nyata, yang terjadi
sekitar 46 tahun yang lalu…...
Di Thailand terdapat sebuah Vihara
yang jauh dari desa maupun kota. Di lingkungan Vihara, ada pohon bodhi yang
sangat besar, umurnya diperkirakan sudah ratusan tahun. Pada hari itu Bhante
Wongsin dan gurunya (Luangpu Jagaro) yang pada waktu itu menjadi kepala Vihara
di sana menunjukkan kepada Bhante Wongsin seorang wanita yang sedang
menari-nari sambil bertepuk tangan dan berteriak : "Selamat jalan anakku, selamat
jalan anakku, kita tidak lama akan bertemu lagi”.
Berulang-ulang ia ucapkan kata-kata itu. Ya..... wanita tersebut
memang terganggu kejiwaannya. Wanita tersebut bernama Duen yang artinya bulan.
Bhante Wongsin bertanya kepada
gurunya, "Apa yang menyebabkan wanita itu menjadi gila?" Lalu Luangpu
Jagaro mulai menceritakan kehidupan wanita yang dimaksud di atas tadi.
Sekitar 45 tahun yang lalu, kehidupan
wanita itu amatlah jaya. Itu disebabkan karena ia berhasil dalam pekerjaannya,
tapi sayangnya pekerjaan itu amatlah bertentangan dengan ajaran agama.
Pekerjaannya adalah sebagai Penggugur Kandungan atau Aborsi.
Sebelumnya wanita itu sering
dinasehati oleh para bhikkhu bahwa pekerjaan itu tidak baik, disarankan untuk
mencari pekerjaan lain yang lebih baik, yaitu pekerjaan yang tidak melanggar
sila. Karena bila hal itu terus dilakukan akan mengakibatkan penderitaan di
masa yang akan datang. Tapi
wanita itu menjawab, "Bhante, saya ingin mencari uang yang cukup banyak,
setelah cukup maka saya akan berhenti, saya sanggup menanggung semua resiko
bahkan yang terburuk sekalipun."
Dari pekerjaannya menggugurkan
kandungan, ia mendapatkan banyak uang. Penghasilannya bisa mencapai 500 sampai
1.000 Baht perharinya, maka tidak heran ia bisa membangun rumah yang sangat
besar dan mewah. Kemudian ia menikah dengan seorang laki-laki yang menjadi
pilihannya.
Namun, dua bulan kemudian rumahnya
yang megah itu habis terbakar, ia menjadi miskin dan kehidupannya kembali
seperti dulu, menjalankan pekerjaan sebagai penggugur kandungan. Tetapi
pasiennya tidaklah sebanyak dulu.
Kian hari pasiennya kian sedikit. Satu
tahun kemudian wanita tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki yang gemuk,
manis dan sangat lucu. Kehadirannya membawa kebahagiaan bagi sepasang suami
istri itu.
Tapi sayangnya kehidupan tidak
berpihak kepadanya. Rumah yang dulu megah berubah menjadi gubuk yang sangat
sederhana. Karena kesederhanaannya itu, banyak anjing yang dapat keluar masuk
dengan mudah ke gubuk tersebut, lalu memakan beras milik si wanita tadi. Beras
yang dengan susah payah ia dapat kian hari kian berkurang,sehingga membuatnya
jengkel.
Suami istri itu kemudian berencana
untuk membalas dendam kepada anjing-anjing itu. Maka keduanya kemudian
menyiapkan rencana untuk melaksanakan hal tersebut bila anjing-anjing tersebut
datang kembali ke gubuk mereka untuk mencuri beras mereka.
Menjelang larut malam saat suami istri
itu tertidur, terdengar suara yang mencurigakan. Si istri terbangun kemudian
membangunkan suaminya untuk menjalankan rencana buruk mereka. Mereka siap
dengan pedang yang sudah diasah,secepat kilat sang suami mengayunkan pedang
tersebut ke arah suara yang mencurigakan, dan.....kreeek!!! Sekali penggal, tidak
terdengar lagi suara apapun, setelah itu dengan geram dipotong-potongnya tubuh
itu menjadi 12 bagian.
Lalu setelah selesai, suami istri itu
bergegas menyalakan pelita (karena saat itu belum ada penerangan dengan
menggunakan listrik) untuk mengetahui apakah makhluk tersebut telah menerima
ajalnya.
Namun betapa terkejutnya pasangan
suami istri itu, setelah mengetahui apa yang telah mereka lakukan. Makhluk yang
telah dibunuhnya ternyata bayinya sendiri yang dikira seekor anjing yang sering
mencuri beras di gubuknya.
Bayi yang sangat disayanginya telah
penuh dengan lumuran darah dan sudah tidak berbentuk,yang terlihat cuma
potongan-potongan daging akibat sabetan pedang. Suami istri itu tidak percaya
akan apa yang dilihatnya, semuanya sudah terlanjur terjadi, ia hanya bisa
menangis sejadi-jadinya sambil berteriak-teriak hingga akhirnya ia pingsan
karena terkejut dan sangat menyesal.
Keesokan harinya setelah mayat anaknya
dikremasi, suaminya ditangkap dan ditahan karena dituduh telah membunuh secara
keji dan terencana. Sedangkan Duen, ibu dari sang anak tersebut merasa sangat
sedih dan merasa sangat menyesal. Karena penyesalan dan kesedihan yang tidak
habis-habisnya ia kemudian kehilangan kesadarannya.
Mungkin inilah akibat dari hasil
perbuatan yang telah ia lakukan karena menekuni pekerjaan yang salah yaitu
membantu orang lain menghilangkan nyawa makhluk lain.
Walaupun makhluk tersebut mungkin
masih berupa gumpalan darah atau belum berwujud manusia, namun di dalamnya
telah terdapat unsur kehidupan, sehingga jika unsur itu ia hilangkan, maka ia
telah melakukan pembunuhan.
Dan hal ini telah ia lakukan secara
berulang-ulang tanpa merasa takut ataupun menyesal sehingga bila saatnya tiba
maka sesalpun akan datang, namun sayang penyesalan selalu datang terlambat.
Oleh sebab itu maka kita seharusnya
senantiasa berhati-hati dalam bertindak karena perbuatan buruk yang ditanam
akan menghasilkan akibat yang buruk pula jika dilaksanakan. Ini adalah hukum
yang abadi dan akan berlaku sampai kapanpun juga.
Sumber : Indo community