BERLATIH ILMU BELADIRI DAN DHAMMA, BERTENTANGANKAH?
Ada beberapa teman Buddhist yang bertanya tentang hobby saya berlatih dan melatih bela diri, di sisi lain saya belajar dan melatih diri dalam Dhamma, Apakah ke dua pelatihan diri tersebut tidak saling bertentangan? Menurut pendapat saya, ke dua hal tersebut tidaklah bertentangan, sepanjang ilmu beladiri tersebut tidak di salahgunakan untuk hal-hal negatif secara fisik maupun secara mental, al : Untuk mengintimidasi makhluk lain, memupuk kesombongan, merasa lebih jagoan daripada orang lainnya dan mengumbar nafsu kemarahan dengan berkelahi dan melukai orang lain. Dan untuk lebih jelasnya, mari kita sama-sama menyimak penjelasan dari Bhikkhu Uttamo Mahathera sehubungan dengan pertanyaan yang serupa dari umat Buddha yang lainnya, sbb :
Mempelajari ilmu beladiri, seperti yang terkandung pada namanya, sebenarnya bertujuan untuk membela diri apabila terjadi bahaya yang mengancam. Oleh karena itu, selama latihan beladiri tidak disalahgunakan untuk menyakiti mahluk lain, kiranya latihan tersebut tidak bertentangan dengan Dhamma. Lebih-lebih lagi, selain untuk menjaga diri, ilmu beladiri juga dapat dianggap sebagai olahraga yang akan membantu meningkatkan kesehatan seseorang.
Dengan tidak menyalahgunakan ilmu beladiri, maka latihan ini tidak berpengaruh terhadap perkembangan metta atau cinta kasih seseorang. Bahkan, ada kemungkinan justru dengan kemampuan beladiri ini seseorang akan semakin meningkat pikiran cinta kasihnya, karena akan timbul kesadaran pada dirinya terhadap bahaya atas semua tindakan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kemoralan. Selain itu, seseorang dengan ilmu beladiri yang baik mungkin saja malah memiliki cinta kasih untuk menjadi penolong bagi mereka yang menderita akibat tekanan dari pihak yang lebih kuat.
*Oleh karena itu, secara Agama Buddha aliran India atau Theravada, ilmu beladiri adalah netral. Baik dan buruk sangat tergantung pada mereka yang mempelajarinya. Seseorang boleh saja berlatih beladiri selama ia tidak menyalahgunakan kemampuannya sehingga menimbulkan penderitaan bagi mahluk lain. Ia harus tetap berpedoman pada pelaksanaan lima latihan kemoralan atau Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-harinya*.
Biara Shaolin di Tiongkok sampai saat ini sangat terkenal dengan para ahli beladirinya. Namun, di samping itu, cukup banyak kisah indah yang menguraikan sedemikian besar peranan mereka dalam menolong mahluk yang menderita. Kisah-kisah ini membuktikan bahwa kemampuan beladiri yang tidak disalahgunakan dapat saja beriringan dengan latihan cinta kasih.
Salam metta,
Bhikkhu Uttamo Mahathera
Sumber : http://www.samaggi-phala.or.id