by : tanhadi
RENUNGAN I
Banyak orang yang mempermasalahkan tentang konsep keberadaan dan peran Tuhan dalam agamanya masing-masing.
Antara agama yang satu dengan lainnya memiliki konsep, pendapat, rumusan-rumusan, tafsir dan pengertian yang berbeda-beda dan pada umumnya mereka saling ngotot bahwa agama mereka adalah satu-satunya agama dari wahyu Tuhan.
Dikala ada seseorang tidak percaya kepada Tuhan seperti yang tertulis didalam kitab suci agama lainnya, langsung saja mereka mengeluarkan stempel Kafir/Atheis ( Tidak ber-Tuhan ) kepadanya.
Lepas dari permasalahan agama dan kepercayaan apapun yang kita anut, coba kita renungkan kembali tentang keberadaan Tuhan itu dengan penyelidikan secara seksama;
1. Siapakah Tuhan itu ?
2. Sifat-sifat yang bagaimana yang dimiliki oleh Tuhan itu ?
3. Dimana Tuhan itu berada ?
4. Apa Peranan Tuhan terhadap semua makhluk didunia ini ?
5. Apa yang diinginkan Tuhan terhadap semua karya ciptaannya ini ?
6. Apakah jenis kelamin Tuhan itu ?
1. Siapakah Tuhan itu ?
Pendapat secara umum mengatakan bahwa Tuhan adalah Sang pencipta Alam semesta beserta seisinya., oleh karenanya dia diberi julukan Yang Maha Kuasa, Penguasa Tunggal yang tiada duanya, Yang Maha Esa, Yang Maha Mengetahui segala-galanya.
2. Sifat-sifat yang bagaimana yang dimiliki oleh Tuhan itu ?
Adalah Yang maha Besar, Yang maha pengasih, Yang maha Penyayang, Yang maha mengetahui, Yang maha adil dan bijaksana, Yang maha sempurna, Yang Maha pemurah, Yang maha pengampun, Yang Maha pemberi rejeki, Yang Maha menyempitkan kenikmatan, Yang Maha menghinakan makhluknya, Yang Maha mematikan, Yang Maha Penyiksa, Yang….. Iri hati, murka, benci, penghancur, tidak mau diduakan, pilih kasih, dan sebagainya.
3. Dimana Tuhan itu berada ?
Dia berada di Surga dan ada dimana-mana.
4. Apa peranan Tuhan terhadap semua makhluk didunia ini ?
Ia mengampuni dosa-dosa manusia, memberi pahala, menjatuhkan hukuman, memberikan Wahyu/ petunjuk/ membimbing, memberi cobaan, merencanakan dan menentukan jalan hidup makhluknya, memberikan hidup/ nyawa/ roh/ jiwa.
5. Apa yang diinginkan Tuhan terhadap semua karya ciptaannya ini ?
Tentunya yang diinginkan adalah kebaikan bagi semua makhluknya, semuanya berjalan sesuai dengan rencananya, semua ciptaannya agar taat/patuh terhadap perintah-perintahnya dan menjahui larangan-larangannya, agar kita dapat masuk surga yang kekal dan berada disisinya kembali ( setelah makhluknya meninggal ).
Ditinjau dari sifat-sifat dan peranan Tuhan tsb.diatas adalah jelas bahwa Tuhan itu digambarkan sebagai suatu pribadi yang mempunyai sifat dan berbentuk (personal ) seperti diri kita sebagai manusia. Namun pada kenyataannya, apa yang telah diciptakanNya ini jauh dari pengertian Sempurna.
6. Apakah jenis kelamin Tuhan itu ?
Sebuah pertanyaan yang amat sulit untuk dijawab dengan benar, tapi lagi-lagi yang disebut sebagai Tuhan selalu digambarkan sebagai sosok Laki-laki…., sebagai contoh , tersebut dalam salah satu kitab suci : " Ia Yang Maha perkasa” ….., Yang Maha kuat , Bapa kami yang ada di Sorga....dsb ".
Konsep tentang Tuhan seperti tersebut diatas tentunya bukan sesuatu yang asing bagi kita, karena sejak kecil kita sudah mendapat modal yang kuat akan konsep Tuhan sebagai sosok Adikuasa yang mencipta alam semesta beserta seluruh isinya dari pendidikan disekolah maupun lingkungan sekitar kita.
Sesungguhnya dan ini adalah fakta, bahwa didalam Kitab Suci Nasrani dalam bahasa aslinya Ibrani, menyebut Tuhan sebagai Yahwe, sedangkan Al Quran menyebut Tuhan dengan Allah, Weda/Hindu menyebut Tuhan dengan Sang Trimurti,….
Jadi atas dasar apa kata Yahwe, Allah, Sang Trimurti diterjemahkan menjadi kata Tuhan, apakah sosok Tuhannya sama ? Berbeda dengan kata Water, Sui , Banyu yang bisa diterjemahkan dalam bahasa indonesia dengan kata Air, karena mengacu pada benda yang sifat dan bentuknya sama.
Lalu apakah Tuhan dari agama-agama tersebut mengacu pada Tuhan yang sama ? Tentu jawabnya Tidak., karena pada prinsipnya setiap agama memiliki konsep yang berbeda dan cukup signifikan. Kalau toh ada seseorang yang mengatakan bahwa Tuhan dari agama-agama yang berlainan itu adalah sama saja/Tuhan yang sama, lalu mengapa Tuhan yang sama itu memberikan aturan-aturan, perintah-perintah, wahyu, firman yang sangat berbeda diantara agama-agama tersebut, yang justeru tak jarang pula perbedaan itu menimbulkan perdebatan-perdebatan, perpecahan bahkan peperangan diantara umatNYA ? Oleh karenanya, wajar dan sah saja bila konsep Tuhan didalam agama Buddha berbeda dengan konsep Tuhan di agama-agama lain.
Didalam kitab suci agama Buddha, Sutta-sutta ataupun ceramah Dhamma, konsep tentang Tuhan memang sangat jarang disinggung dan memang dalam Agama Buddha tidak dikenal adanya konsep Tuhan dengan definisi sebagai Pencipta dan pengatur alam semesta beserta segala isinya dengan watak atau sifat-sifat seperti manusia yang bisa murka, senang, benci, sayang, menghukum ataupun memberi pahala dan sebagainya.
Sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan; dalam Buddhis itu Tuhannya yang mana ?. bagaimana pula karakteristiknya ?
Tuhan dalam agama Buddha didefinisikan sebagai YANG MUTLAK , hal ini dapat kita rujuk pada uraian Sabda Sang Buddha tentang Nibbana yang ada pada Sutta Pitaka, Udana VIII:3 ;
“ Ketahuilah para Bhikkhu, bahwa ada sesuatu Yang tidak dilahirkan, Yang tidak menjelma, Yang tidak tercipta, Yang Mutlak.
Apabila tidak ada Yang tidak dilahirkan, Yang tidak menjelma, Yang tidak diciptakan, Yang mutlak; maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi, karena ada Yang tidak dilahirkan,Yang tidak menjelma,Yang tidak tercipta, Yang Mutlak; maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu”.
Dalam hal ini agama Buddha termasuk agama Theistik ( ber-Tuhan), “Yang Mutlak “ sendiri adalah istilah falsafah, bukan istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan keagamaan. Dalam kehidupan keagamaan; “ Yang Mutlak” itulah yang disebut dengan “ Tuhan Yang Maha Esa “. Yang Maha Esa didalam Buddhisme adalah “Tanpa Aku” ( Anatta /Anatman), suatu yang tidak dapat dipersonifikasikan ( disamakan dengan suatu sosok yang berkepribadian), tidak berkondisi, terbebas dari Lobha ( Keserakahan), Dosa ( Kebencian ) dan Moha ( Kegelapan batin), bukan suatu pribadi , tidak dalam ukuran bentuk manusia dan suatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun juga.
Jika masih berpandangan bahwa Tuhan bersifat personal, maka berarti masih berkondisi, yang berarti masih ada Dukkha ( penderitaan). Dengan demikian, bisa timbul pandangan bahwa “ Tuhan dapat disalahkan “ sehingga kita tidak dapat mendudukkan Tuhan dalam proporsi yang sebenarnya dan mengaburkan kembali pandangan yang semula bahwa Tuhan adalah yang tertinggi, Maha Suci. Maha Esa, Maha tahu…. Dsb.
Dan bila hanya melihat dari sudut pandang personal, agama Buddha memang tidak memiliki Tuhan yang berkepribadian seperti itu ( yang memiliki sifat murka, cemburu, pilih kasih, menghukum , memberi pahala dan sebagainya seperti tersebut diatas ).
RENUNGAN KE II
Benarkah Tuhan mencoba ciptaannya sendiri ?
Seringkali kita mendengar dari seseorang yang sedang mengalami musibah, kemalangan dan kesialan dalam hidupnya mengatakan bahwa hal itu merupakan COBAAN dari Tuhan untuk menguji dan melihat apakah pengikutnya itu benar-benar setia padaNYA, lalu apa pendapat kita dengan cerita kisah nyata dibawah ini ?....
** Beberapa tahun yang lalu, pada suatu malam setelah selesai dari kebaktian ditempat ibadahnya, seorang pengabar agama yang taat pada agamanya pulang kerumahnya didaerah Surabaya Barat dengan mengendarai sepeda motor. Ditengah perjalanan, dia dihadang perampok yang hendak merampas sepeda motornya. Karena mungkin dia mengadakan perlawanan, akhirnya selain sepeda motornya dirampas, ia juga dianiaya dan ditinggal sendirian dijalan yang sepi tersebut dengan kondisi terluka parah.
Dengan sisa tenaga yang ada, ia berusaha untuk meminta bantuan dari kendaraan yang lewat, namun tidak ada satupun yang berani berhenti untuk menolongnya karena takut dengan penampilannya yang penuh dengan luka dan darah tsb. Akhirnya iapun memutuskan untuk terus berjalan dan merangkak sampai kelokasi perumahannya, kemudian ia ditolong oleh Satpam perumahan yang mengenalinya **.
Dari kisah nyata diatas, orang tidak akan berhenti berpikir dan bertanya-tanya kenapa ia mengalami kejadian yang mengerikan itu, apa penyebabnya ? Bagaimana orang yang sudah begitu taat sembahyang dan baru saja keluar dari pelayanan ditempat ibadahnya bisa menerima musibah seperti itu ? Benarkah itu adalah Cobaan dari Tuhan ?
Apabila kita menggambarkan Tuhan sedang mencobai manusia yang sudah begitu taat kepadaNYA dengan cara seperti itu, kita tentunya boleh merasa ngeri dengan sosok Tuhan seperti itu dan tentunya sosok Tuhan tersebut tidak bisa disebut bersifat Maha Pengasih dan Penyayang.
***** Apabila seorang ibu membuat roti kukus yang enak, maka disitu ada resiko roti kukus itu tidak mengembang atau sering dikatakan orang rotinya “bantat”. Ibu itu memang tidak tahu apa hasil akhir dari coba-cobanya terhadap roti itu, karena itu ia harus mencoba dan mencoba lagi membuat roti kukus itu sampai benar-benar enak dan sukses.******
Konsep cobaan sebagai jawaban atas kejadian yang dialami oleh pengabar agama tersebut diatas sulit diterima kecuali Tuhan memang sedang coba-coba dan tidak tahu bagaimana hasil percobaannnya itu. Dengan demikian berarti Tuhan tersebut tidak maha tahu. Tetapi bila benar-benar Tuhan tersebut Maha Tahu, bahwa hasilnya akan mengerikan mengapa masih mencobai manusianya hingga menderita seperti itu ? Hal ini tentunya mirip dengan sifat manusia yang suka iseng dan kejam.
Benarkah semua yang terjadi didunia ini
adalah atas rencana dan kehendak Tuhan ?
Konsep bahwa semua kejadian didunia ini sudah direncanakan oleh Tuhan, sulit diterima. Bila memang demikian berarti sejak awal diciptakan manusia sudah ditentukan mana yang akan masuk Neraka dan mana yang akan masuk Surga. Lalu mana letak keadilanNYA ? dan lagipula apa fungsinya menciptakan manusia dengan rencana seperti itu ? atau konsep ini murni buatan manusia sehingga akhirnya menyebabkan gambaran Tuhan jadi seperti itu ?
Seringkali ada orang yang menjelaskan bahwa kejadian itu untuk mengingatkan manusia bahwa Tuhan memiliki kekuasaan penuh atas nasib manusia. Apabila hal itu terjadi, maka berarti Tuhan tersebut bukan Maha Pencipta karena telah menciptakan manusia yang tidak sempurna, sehingga perlu terus menerus untuk diingatkan. Apalagi teman kita itu tadi kerjaannya tiap saat melayani Tuhan, kenapa ia yang harus diingatkan dan bukannya si Perampok ?
Terkadang orang menyalahkan Iblis atau Setan, yang diceritakan sebagai ciptaan Tuhan yang bertugas untuk menguji kesetiaan dan keteguhan iman manusia terhadap Tuhannya. Jika Tuhan Maha Tahu, Maha Kuasa dan Maha Pengasih, tentunya tidak perlu alat penguji dengan menciptakan Iblis atau Setan dan kalau toh sudah terlanjur diciptakan, harusnya dikendalikan supaya tidak membuat penderitaan dan musibah bagi manusia yang merupakan ciptaanNYA pula. Kecuali memang Iblis atau Setan sengaja diciptakan dan dibiarkan supaya menggoda manusia, sehingga manusia yang punya pilihan bebas, bisa punya alternatif pilihan mau masuk Neraka atau Surga.
Bila memiliki sifat Maha Tahu, tentunya sudah bisa diketahui bahwa manusia mana yang bakal tahan godaan lalu masuk Surga dan mana yang tidak tahan lalu masuk Neraka. Tetapi bila Tuhan tidak tahu mana yang akan dipilih manusia, maka sebagai perwujudan rasa cinta kasih, seharusnya tidak menciptakan Iblis penggoda, karena besar kemungkinan manusia akan tergoda lalu masuk Neraka.
Tujuan dari Perenungan tersebut diatas murni untuk melakukan koreksi atas konsep keliru yang masih banyak dimiliki umat Buddha sendiri, yaitu yang menggambarkan Tuhan sebagai “ Sosok berkepribadian “ yang mengatur nasib manusia.
Sangat tidak tepat menggambarkan kesucian dengan cara seperti itu, karenanya kita umat Buddhis tidak pernah menggambarkan Tuhan sebagai suatu sosok pencipta, Penguasa, Pemberi berkah, Penghukum dsb.
Tuhan adalah “ YANG MUTLAK “, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi bisa direalisasikan dalam batin bagi mereka-mereka yang mau mengembangkan kebijaksanaan dalam kehidupannya saat ini dan tidak harus menunggu kematian datang menjemput.
Jawaban-jawaban yang menggambarkan keterlibatan Tuhan atas nasib manusia tersebut diatas memang tidak dapat diterima dengan logika. Tetapi buat sebagian orang bisa menjadi penghibur dan harapan untuk tetap dapat bertahan atas penderitaan hidup yang sedang mereka alami, terutama bagi yang mau percaya penuh atas konsep-konsep tersebut.
Demikianlah yang dapat saya jelaskan tentang Tuhan dalam Buddhisme dari bahan yang saya kutip dari berbagai sumber Buddha Dhamma.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar