BUKU PINTAR AGAMA BUDDHA
Oleh : Tanhadi
KELOMPOK : C
Cāga: 1). Kemurahan hati, 2). Bebas, 3). Kedermawanan.
adalah suatu usaha untuk meringankan penderitaan makhluk lainnya. Kita harus saling berbagi dengan sesama sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Melalui pikiran; kita dapat memberikan ide, gagasan, atau paling tidak berusaha berpikir positif setiap saat. Melalui ucapan; bertutur kata yang ramah, sopan, tidak menyinggung orang lain, menghindari isu, gosip, ataupun ucapan yang tidak benar. Melalui jasmani; kita dapat membantu dengan tenaga, menjaga kebersihan dan kerapian, minimal di tempat kita berada. Bentuk lain dari kemurahan hati adalah dengan cara memaafkan kesalahan orang lain. Terhadap hewan, kita berusaha menghindari penyiksaan dan pembunuhan, bahkan kita dapat memberikan kebebasan dengan melepaskannya pada tempat yang sesuai. Melalui hal-hal tersebut kita dapat berlatih kemurahan hati.
Kemurahan hati ini ada tiga tingkat yaitu:
a. Tingkat permulaan : pemberian barang-barang yang sederhana seperti makanan, pakaian, obat-obatan, dan sebagainya kepada para bhikkhu, kepada orang-orang miskin atau orang-orang yang membutuhkan.
b. Tingkat menengah : pemberian donor darah, donor mata, donor ginjal, atau bagian-bagian tubuh yang lain yang dibutuhkan oleh orang lain.
c. Tingkat yang paling tinggi : adalah mengorbankan diri sendiri demi keselamatan orang lain atau makhluk lain, ini tentu sangat sulit dilakukan.
Cakkhu : Mata.
Cakkhu-Viññãna : Kesadaran mata/penglihatan.
Mempunyai mata sebagai dasar dan sebagai obyek sasarannya adalah benda-benda yang dapat dilihat atau yang melihat obyek tetapi tidak mengetahui lebih lanjut tentang itu.
Cakka/(skt.cakra) : Cakram, roda.
Cakkavala : Tata surya, galaksi.
Cakkavatti : Raja dari semua raja, yang memerintah di Empat penjuru benua dan disertai dengan 32 ciri Jasmani Manusia Agung.
Cakkhãyatana : Landasan mata.
Chalabhinna : Enam macam kemampuan batin.
Carita : 1). Sifat, 2). Perangai, 3). Kebiasaan.
Cattari Ariya Saccani : Empat kebenaran mulia.
Cattarosatipatthana: Empat landasan kesadaran.
Cattaro sammappadhana : Empat usaha benar.
Cattaro iddhipada : Empat jalan kesuksesan.
Catummahãrãjika : Alam surga yang paling rendah tempat Dewa-Dewi Pelindung dari empat sudut cakrawala bertempat tinggal dengan para pengikut mereka.
Dewa di alam catummaharajika memiliki usia rata-rata 500 tahun Surgawi (T.S). Sehari semalam di alam catummaharajika sama dengan 50 tahun di alam manusia.
Catupapata-nana : Kemampuan untuk mengetahui kematian dan kemunculan makhluk, seperti Mata Dewa.
Cetasika : Faktor batin, faktor-faktor mental .
Cetasika adalah faktor batin atau penyerta batin yang timbulnya bersama dengan citta, tanpa jeda waktu.; yaitu fenomena batin yang bersekutu dengan kesadaran.
Apakah sifat khas cetasika?
· Munculnya bersamaan dengan citta
· Padamnya bersamaan dengan citta
· Objeknya sama dengan citta
· Landasannya sama dengan citta
Ceto-vimutti : Keadaan pencapaian kebebasan pikiran, kebebasan melalui kekuatan batin.
Cetopariya nana : Kemampuan untuk membaca pikiran makhluk lain.
Cetanã : 1). Kehendak, 2). Niat
yaitu kehendak untuk berbuat baik atau buruk.
Cintãmaya pañña : Mengembangkan cara berpikir.
Kebijaksanaan yang dicapai melalui pemikiran dan pembahasan.
Citta : Kesadaran/Pikiran.
Sebuah kesadaran / pikiran secara dasariah merupakan sebuah aktivitas atau proses mengetahui atau menyadari satu objek. Jadi, kesadaran / pikiran bukanlah satu alat yang dimiliki oleh mahluk itu sendiri, namun kesadaran / pikiran lebih merupakan satu aktivitas mengetahui / menyadari satu objek.
Citta adalah Sifat alami pikiran yang mengetahui, tak ada dualitas; ia hanya mengetahui. Ketika Citta berhubungan dengan tubuh jasmani, ia disebut sebagai Pikiran atau Batin. Istilah Citta ini sering digunakan dalam hubungannya dengan berbagai tingkat kesadaran .
Citta adalah keadaan yang mengetahui Obyek atau keadaan yang menerima, mengingat, memikir dan mengetahui obyek. Citta disebut juga Kesadaran atau pikiran. Istilah lain untuk Citta ialah Vinnana.
Citta atau Kesadaran atau Pikiran itu akan timbul dalam diri seseorang bila ada indera yang mencerap Obyek. Selama orang itu tidak sedang tidur nyenyak, inderanya selalu mencerap obyek-obyek yang baik ataupun yang tidak baik. Bila indera mencerap obyek-obyek yang baik, maka timbullah perasaan senang, gembira dan bahagia. Sebaliknya, bila indera mencerap obyek-obyek yang tidak baik, maka timbullah perasaan tidak senang, sedih atau kecewa. Namun, bagi mereka yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian, batinnya tentu tidak akan tergoncang lagi dalam menghadapi keadaan yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan. Mereka telah mencapai keseimbangan batin yang dalam bahasa Pali disebut Upekkha.
Bila kesadaran itu timbul karena indera mata (cakkhu-pasada) mencerap obyek bentuk (ruparammana), maka kesadaran itu dinamakan kesadaran mata (cakkhu-vinnana). Bila kesadaran itu timbul karena indera telinga (sota-pasada) mencerap obyek suara (saddarammana), maka kesadaran itu dinamakan kesadaran telinga (sota-vinnana). Bila kesadaran itu timbul karena indera hidung (ghana-pasada) mencerap obyek bau (ghandarammana),maka kesadaran itu dinamakan kesadaran hidung (ghana-vinnana). Bila kesadaran itu timbul karena indera lidah (jivha-pasada), mencerap obyek rasa atau kecapan (rasarammana), makakesadaran itu dinamakan kesadaran lidah (jivha-vinnana). Bila kesadaran itu timbul karena indera badan jasmani (kaya-pasada) mencerap obyek sentuhan (photthabbarammana), maka kesadaran itu dinamakan kesadaran badan jasmani (kaya-vinnana). Bila kesadaran itu timbul karena indera pikiran (mano-pasada)mencerap obyek bentuk pikiran (dhammarammana), maka kesadaran itu dinamakan kesadaran pikiran (mano-vinnana).
Sedangkan batin, juga merupakan perpaduan dari beberapa faktor batin, yaitu: perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Jadi jelas, bahwa batin kita ternyata juga merupakan perpaduan, bukan sesuatu yang berdiri sendiri.
Citta-vithi : 1). Proses Keberlangsungan Kesadaran yang berkesinambungan (terus menerus) tanpa jeda Kosong, 2). Proses-pikiran.
Proses Berpikir
Menurut Abhidhamma, dalam keadaaan biasa pada satu saat berpikir terdapat 17 getaran kesadaran yang berlangsung dengan cepat. Adapun proses berpikir pada keadaan biasa tersebut adalah :
· Bhavanga Atita ( kesadaran tak aktif lampau )
· Bhavanga Calana ( bhavanga bergetar )
· Bhavanga Upaccheda ( bhavanga berhenti bergetar )
· Pancadvaravajjana ( lima gerbang tempat masuk objek )
· Panca Vinnana ( lima kesadaran )
· Sampaticchana ( kesadaran penerima )
· Santirana ( kesadaran pemeriksa )
· Votahapana ( kesadaran memutuskan )
· 9 – 15. Javana ( kesadaran impuls )
· 16 – 17. Tadalambana ( kesadaran merekam )
Tahap Pertama :
Bhavanga Citta adalah kesadaran yang pasif. Kesadaran pasif ini terdapat pada orang yang sedang tidur nyenyak tanpa mimpi atau ketika seseorang tidak memberikan reaksi apa apa terhadap rangsangan objek dari luar maupun dari dalam. Kesadaran ini dipandang sebagai tahap pertama untuk mempelajari proses berpikir walaupun proses berpikir itu belum mulai.
Tahap Kedua :
Bhavanga Calana adalah kesadaran yang bergetar, karena misalnya ada objek luar atau stimulasi oleh suara cahaya ( bentuk) atau rangsangan pada indriya yang diterima oleh orang yang tidur, pada tahap ini Bhavanga Atita lenyap atau dengan kata lain bhavanga citta mulai aktif. Keadaan ini merupakan tahap kedua. Calana artinya bergerak atau bergetar. Pada tahap ini bhavanga mulai bergetar, getaran ini hanya berlangsung satu saat saja sesudah itu berhenti. Hal ini merupakan akibat dari rangsangan atau objek yang berusaha untuk menyentuh atau menarik perhatian kesadaran pikiran dengan cara menganggu arus bhavanga.
Tahap Ketiga :
Bhavanga Upaccheda adalah tahap pada waktu getaran bhavanga calana terhenti. Upaccheda artinya dipotong atau diputuskan. Sebagai akibatnya, proses pikiran muncul dan mulai mengalir, namun stimulasi atau objek belum dapat dikenal oleh kesadaran.
Tahap Keempat :
Pancadvaravajjana atau kesadaran mengarah pada lima pintu indriya. Pada tahap ini kesadaran dari proses berpikir mulai mengarah untuk mengenal objek dan pada tahap ini pula kesadaran diarahkan untuk mengetahui pada indriya mana dari lima pintu indriya stimulus akan masuk. Pancadvara adalah “ lima pintu “ sedangkan avajjana artinya “ mengarah pada ”. Pada tahap ini orang yang tidur baru tersadar dan perhatiannya diarahkan pada sesuatu, tetapi tidak mengetahui apa – apa tentang hal itu.
Bila perhatiannya bangkit bukan disebabkan oleh rangsangan dari luar melalui salah satu panca inderanya tetapi oleh rangsangan dalam yaitu dari pikiran maka tahap ini disebut manodvaravajjana atau “kesadaran mengarah pada pintu indriya pikiran “. Dalam hal ini tahap proses berpikir agak berbeda dengan proses yang kita bicarakan sebab tahap ke-5 sampai ke-8 tidak terjadi.
Tahap Kelima :
Uraian pada tahap ini dibicarakan bila proses berpikir didasarkan pada kesadaran yang mendapat rangsangan luar melalui panca inderanya. Pancavinnana, ‘Panca’ adalah lima sedangkan ‘vinnana’ adalah kesadaran. Bila rangsangan itu adalah bunyi maka sota-vinnana atau kesadaran mendengar yang bekerja. Bila rangsangan itu adalah sentuhan maka disebut kaya – vinnana atau kesadaran tubuh yang bekerja. Bila itu adalah bayangan atau objek pandangan maka cakkhu – vinnana yang bekerja. Dan seterusnya. Dalam hal ini pada setiap inderiya ada kesadaran inderiya dan kesadaran inderiya ini yang bekerja. Tapi pada tahap ini kesadaran belum mengerti betul tentang rangsangan apa yang muncul melalui pintu inderiya, hal itu hanya dirasakan( sensed ).
Tahap Keenam :
Sampaticchana adalah kesadaran penerima, Tahap ini muncul bila kesan inderiya disebabkan oleh rangsangan yang diterima dengan baik.
Tahap Ketujuh :
Setelah penerima berfungsi, maka muncul fungsi pemeriksa ( santirana ). Pada tahap ini santirana melaksanakan fungsi pemeriksa dengan cara menentukan rangsangan atau objek apa yang menyebabkan kesan inderiya dan apa yang diterima lalu diperiksa.
Tahap Kedelapan :
Votthapana adalah kesadaran memutuskan atau menentukan, pada tahap ini keputusan diambil berdasarkan rangsangan yang disebabkan oleh kesan inderiya, dan apa yang diperiksa lalu diputuskan atau ditentukan.
Tahap Kesembilan sampai Kelima belas :
Javana adalah impuls kesadaran. Pada saat ini kesadaran bergetar selama tujuh kali ( pada saat saat menjelang meninggal dunia, javana hanya bergetar lima kali ). Javana merupakan saat introspeksi yang diikuti oleh perbuatan. Javana berasal dari kata kerja “ javati ” yang artinya “ lari mendorong atau mendesak “. Javana merupakan impuls yang muncul sebagai klimaks dari proses kesadaran dalam proses berpikir. Karena pada tahap ini seseorang dapat menyadari dengan jelas tentang objek atau rangsangan dengan semua ciri cirinya.
Pada tahap ini kamma atau karma mulai berproses sebagai karma baik atau karma buruk. Karena kemauan bebas ada pada javana. Tahap tahap lain dari proses berpikir merupakan gerakan refleks dan harus muncul, sedangkan javana merupakan tahap dimana kesadaran bebas untuk menentukan atau memutuskan. Dalam javana ada hak untuk memilih dan mempunyai kekuatan untuk menentukan masa depan sesuai dengan kehendaknya (karmanya). Bial suatu hal salah dimengerti dan perbuatan telah dilaksanakan, maka hasilnya adalah tidak menyenangkan atau karma buruk. Javana adalah kata teknis yang sulit sekali diterjemahkan dengan tepat.
Tahap Keenam belas dan Ketujuh belas :
Tadalambana atau kesadaran mencatat atau merekam kesan. Tadalambana adalah dua saat yang merupakan akibat yang muncul segera setelah javana. Fungsi tadalambana adalah mencatat atau merekam kesan yang dibuat oleh javana. Tadalambana bukan bagian yang paling penting dari proses berpikir karena fungsinya hanya merekam kesan saja. Tadalambana berasal dari kata Tadarammana yang artinya adalah “objek itu”. Dimana Tadalambana karena kesadaran ini mempunyai objek yang sama dengan objek dari javana.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam uraian ini bahwa 17 tahap yang membentuk suatu proses berpikir hanya berlangsung dalam waktu yang sangat pendek sekali. Perkembangan dari proses berpikir adalah berbeda beda bagi setiap objek, hal ini terjadi karena adanya intensitas rangsangan yang berbeda pula. Jika intensitas rangsangan besar sekali maka suatu proses berpikir yang sempurna terjadi, jika intensitas rangsangan besar maka tadalambana ( tahap 16 dan 17 ) tidak terjadi. Jika intensitas rangsangan kecil atau kecil sekali maka proses berlangsung tanpa ada kesadaran yang sempurna.
Cittajukata : Ketulusan/kejujuran dari pikiran (vinnana –khandha) dalam pekerjaan yang baik.
Citta-kammannata : Sifat menyesuaikan diri dari pikiran (vinnana –khandha).
Citta-lahuta : Kegembiraan pikiran (vinnana-khandha) dalam pekerjaan yang baik.
Citta Niyama : Hukum psikologis.
Cittapassadi : Ketenangan Pikiran (vinnana-Khandha) dalam pekerjaan yang baik.
Citta-pagunnata : Kemampuan dari pikiran (vinnana-Khandha) dalam pekerjaan yang baik.
Citta-upakkilesa : Noda-noda pikiran.
Citta sikkha : Mental atau Samadhi.
Mencakup usaha benar, perhatian benar dan samadhi benar.
Ada dua Citta sikkha :
a. Samatha Bhavana : Latihan Mental atau meditasi ketenangan batin, bertujuan untuk mencapai ketenangan batin dan memiliki abhinna.
b. Vipassana Bhavana : Latihan mental atau meditasi pandangan terang. Meditasi ini dikembangkan untuk melihat segala sesuatu sebagaimana apa adanya.
Citta-santati : Batin yang selalu bergerak.
Citta-visuddhi : Kesucian bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana.
Cittekaggatã / (Skt. Cittraikagratã ) : Pikiran yang manunggal.
Cutupapata-nana : Lenyapnya mahluk-mahluk.
Cha-ajjhattika bahira ayatana : Enam landasan indria dalam dan luar.
Chanda : Keinginan untuk berbuat.
Yaitu suatu keinginan untuk berbicara, berjalan, berolah-raga , pergi dsb.
Chanda gati : Dorongan kesenangan sepihak.
Cuti : Wafat.
Cuti-citta : Kesadaran kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar