PENDERITAAN
ITU MUNCUL KARENA KEMELEKATAN
Secara sederhana Sang Buddha
mengatakan bahwa; Penderitaan itu muncul karena kemelekatan. Ia tidak dapat
diakhiri didalam Vihara, di dalam hutan, di dalam rumah, atau di pegunungan.
Kita harus mengakhiri penderitaan tepat pada sebab dari penderitaan itu
sendiri. Apa yang harus kita lakukan ialah menyelidiki dan menemukan bagaimana
cara penderitaan muncul di dalam diri kita setiap hari dan dari akarnya
bermula. Kemudian kita harus memotong akar tersebut.
Sang Buddha berkata, "Sankhittena pancupadanakkhandha
dukkha" (lima kelompok yang terdiri dari fisik dan mental, jika
dilekati merupakan penderitaan). Kelompok-kelompok fisik dan mental secara
bersama-sama membentuk wujud "orang". Jika di sana ada kemelekatan
pada sesuatu sebagai "aku" atau "milikku" maka lima
kelompok tersebut menderita. Lima kelompok itu merupakan sebuah beban berat,
suatu sumber penderitaan.
Sebagian orang salah memahami apa yang
telah dikatakan oleh Sang Buddha dalam Sabdanya , "Kelahiran adalah
penderitaan, usia tua adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan",
Pengertian mereka terpusat pada kondisi kelahiran, kondisi usia tua, dan
kondisi kematian sebagai penderitaan.
Namun kelahiran bukanlah penderitaan,
usia tua bukanlah penderitaan, kematian bukanlah penderitaan sejauh tidak ada
kemelekatan terhadap "kelahiranku", "usia tuaku", dan
"kematianku".
Pada saat ini kita melekat pada
kelahiran, usia tua, kesakitan, dan kematian sebagai "milikku". Jika
kita tidak melekat pada hal-hal itu, mereka bukanlah penderitaan, mereka
hanyalah perubahan-perubahan secara fisik. Tubuh berubah menjadi demikian, dan
kita menyebutnya "kelahiran"; tubuh berubah menjadi demikian, dan
kita menyebutnya "usia tua"; tubuh berubah menjadi demikian, dan kita
menyebutnya "kematian"; tetapi kita gagal melihatnya sebagai perubahan
fisik semata-mata. Kita melihatnya sebagai kelahiran yang nyata, dan kita
menyebunya "kelahiranku", "usia tuaku", dan
"kematianku". Ini adalah khayalan yang berlipat ganda sebab
"aku" adalah sebuah khayalan (yang merupakan titik tolak dari khayalan
berikutnya), maka melihat suatu perubahan secara fisik sebagai
"kelahiranku", "usia tuaku" adalah khayalan yang
berikutnya. Kita gagal melihat bahwa hal-hal ini adalah semata-mata perubahan
secara fisik. Sekarang, begitu kita melihat hal-hal ini sebagai perubahan
secara fisik semata maka kelahiran, usia tua, dan kematian lenyap bersama
dengan lenyapnya "aku". Tidak ada yang namanya "aku" dan
kondisi ini bukanlah pendertaan.
**Sumber Petikan:
Dimana kita dapat meletakkan dan Mengakhiri dukkha?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar